GALUR ( KRjogja.com) - Warga mengeluhkan aktifitas penambangan pasir
dengan cara manual dan mesin tiup (disebul) yang dilakukan sekelompok
orang di bekas aliran Sungai Progo atau di lahan wedi kengser di
wilayah Desa Banaran Kecamatan Galur. Warga khawatir aliran sungai
berubah ketika terjadi banjir, akibat adanya penambangan.
"Warga khawatir kalau terjadi banjir aliran sungai kembali ke arah
barat," kata Ketua Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Jatimulyo, Sukardi,
Kamis (2/7/2015).
Dijelaskan, sebelum gunung Merapi erupsi 2010, aliran Sungai Progo di
kawasan tersebut berada di sisi barat dan banyak menggerus lahan
pertanian warga. Tapi dengan terjadinya erupsi Merapi membuat material
pasir menumpuk dan membuat kawasan itu menjadi daratan, sementara
aliran air berubah arah dan berada di tengah sungai bahkan muncul
laguna di tengah.
Seiring langkanya pasir di pasaran menyusul gencarnya aparat keamanan
baik dari unsur Kepolisian maupun Satuan Polisi Pamong Praja (Sat Pol
PP). Kini banyak penambangan manual beraktifitas di lahan bekas aliran
sungai yang berubah jadi daratan. Lokasi penambangan tersebut berada
dekat dengan bangunan penahan arus sungai (grouncill) dengan kedalaman
di atas satu meter.
"Kami membentuk KUBE Jatimulyo untuk mewadahi warga yang melakukan
penambangan manual dan mesin sedot. Tapi lokasinya di aliran Sungai
Progo dan di sekitar laguna, sehingga lebih aman dan membuat airan
sungai lebih stabil disisi tengah," terangnya.
Berkaitan adanya aktifitas penambangan dengan cara disebul di luar
aliran sungai, warga berharap pemerintah turun tangan
mensosialisasikan, kawasan itu harus dikembangkan menjadi kawasan
pertanian. Bahkan jika perlu pemerintah membantu warga melakukan
penanaman tanaman keras agar aliran sungai tidak berbelok arah karena
membahayakan pemukiman warga. (Rul)
04 July 2015
Home »
Arsip berita kulonprogo
» Bekas Aliran Sungai Ditambang, Warga Resah