TEMPO.CO, YOGYA - Prancis tertarik pada bahan baku wewangian asal Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Negara yang dikenal sebagai penghasil parfum itu malah mengimpor minyak atsiri, kosmetik, dan wangi-wangian dari daerah ini. Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta menyebutkan ekspor komoditas ini ke Prancis meningkat pada 2016 sebesar 94,2 persen dibanding pada 2015.
Bahkan, sepanjang Januari-Juli 2016, nilai ekspor komoditas itu mencapai US$ 5,74 juta. Sedangkan pada Januari-Juli 2015, nilai ekspor mencapai US$ 2,95 juta. “Minyak atsiri dari daun cengkeh dan biji nilam produksi Kulon Progo digunakan sebagai campuran bahan parfum Prancis,” kata Kepala BPS DIY, Bambang Kristianto, kemarin.
Menurut Bambang Kristianto, minyak atsiri, kosmetik, dan wewangian termasuk dalam sepuluh komoditas unggulan yang dikirim ke negara-negara tujuan utama ekspor. Prancis berada di urutan negara teratas yang mengimpor minyak atsiri, yakni 63,08 persen. Negara pengimpor minyak atsiri berikutnya adalah Amerika Serikat sebesar 7,98 persen, Inggris 4,94 persen, Belanda 4,41 persen, dan Jepang 0,14 persen.
Minyak atsiri dihasilkan dari ekstrak alami daun, bunga, kayu, biji-bijian, dan putik bunga. Sentra penghasil minyak atsiri di DIY terbesar berada di Kecamatan Samigaluh, Kulon Progo. Mereka merupakan puluhan kelompok usaha yang memproduksi minyak dari hasil penyulingan daun cengkeh kering. Bahan baku berupa daun cengkeh kering biasanya hanya tersedia pada musim kemarau. Minyak atsiri jenis ini banyak digunakan untuk wewangian, penyedap masakan, dan industri farmasi.
Menurut Bambang, minyak dari hasil penyulingan daun cengkeh dan biji nilam produksi kelompok usaha Kulon Progo disetor ke PT Eksotik Aromatika yang berada di Jalan Solo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Minyak atsiri dari penyulingan daun cengkeh dan biji nilam itu kemudian diekspor ke sejumlah negara Eropa.
Pengusaha PT Eksotik Aromatika, Ridwan Raharjo, mengatakan negara-negara Eropa umumnya menggemari minyak atsiri yang punya aroma khas, di antaranya dari daun cengkeh, damar, biji nilam, mawar, dan melati. “Prancis pangsa pasar tersendiri. Mereka menyukai minyak atsiri dari cengkeh dan nilam,” kata Ridwan.
Dia mengatakan bisnis minyak atsiri dari tanaman nilam cukup menjanjikan dan diminati negara-negara Eropa. Untuk pasar dalam negeri, minyak atsiri dari daun nilam juga bagus. Harga minyak atsiri dari daun nilam per kilogram mencapai Rp 800 ribu. Menurut Ridwan, ekspor minyak atsiri meningkat hingga 20 persen dalam beberapa bulan terakhir.
Selain negara-negara Eropa, minyak atsiri dari Indonesia disukai negara-negara Timur Tengah untuk wewangian. Timur Tengah lebih menyukai minyak atsiri dari kayu gaharu. “Wewangian minyak jenis ini tahan lama,” kata Ridwan.
SHINTA MAHARANI
Bahkan, sepanjang Januari-Juli 2016, nilai ekspor komoditas itu mencapai US$ 5,74 juta. Sedangkan pada Januari-Juli 2015, nilai ekspor mencapai US$ 2,95 juta. “Minyak atsiri dari daun cengkeh dan biji nilam produksi Kulon Progo digunakan sebagai campuran bahan parfum Prancis,” kata Kepala BPS DIY, Bambang Kristianto, kemarin.
Menurut Bambang Kristianto, minyak atsiri, kosmetik, dan wewangian termasuk dalam sepuluh komoditas unggulan yang dikirim ke negara-negara tujuan utama ekspor. Prancis berada di urutan negara teratas yang mengimpor minyak atsiri, yakni 63,08 persen. Negara pengimpor minyak atsiri berikutnya adalah Amerika Serikat sebesar 7,98 persen, Inggris 4,94 persen, Belanda 4,41 persen, dan Jepang 0,14 persen.
Minyak atsiri dihasilkan dari ekstrak alami daun, bunga, kayu, biji-bijian, dan putik bunga. Sentra penghasil minyak atsiri di DIY terbesar berada di Kecamatan Samigaluh, Kulon Progo. Mereka merupakan puluhan kelompok usaha yang memproduksi minyak dari hasil penyulingan daun cengkeh kering. Bahan baku berupa daun cengkeh kering biasanya hanya tersedia pada musim kemarau. Minyak atsiri jenis ini banyak digunakan untuk wewangian, penyedap masakan, dan industri farmasi.
Menurut Bambang, minyak dari hasil penyulingan daun cengkeh dan biji nilam produksi kelompok usaha Kulon Progo disetor ke PT Eksotik Aromatika yang berada di Jalan Solo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Minyak atsiri dari penyulingan daun cengkeh dan biji nilam itu kemudian diekspor ke sejumlah negara Eropa.
Pengusaha PT Eksotik Aromatika, Ridwan Raharjo, mengatakan negara-negara Eropa umumnya menggemari minyak atsiri yang punya aroma khas, di antaranya dari daun cengkeh, damar, biji nilam, mawar, dan melati. “Prancis pangsa pasar tersendiri. Mereka menyukai minyak atsiri dari cengkeh dan nilam,” kata Ridwan.
Dia mengatakan bisnis minyak atsiri dari tanaman nilam cukup menjanjikan dan diminati negara-negara Eropa. Untuk pasar dalam negeri, minyak atsiri dari daun nilam juga bagus. Harga minyak atsiri dari daun nilam per kilogram mencapai Rp 800 ribu. Menurut Ridwan, ekspor minyak atsiri meningkat hingga 20 persen dalam beberapa bulan terakhir.
Selain negara-negara Eropa, minyak atsiri dari Indonesia disukai negara-negara Timur Tengah untuk wewangian. Timur Tengah lebih menyukai minyak atsiri dari kayu gaharu. “Wewangian minyak jenis ini tahan lama,” kata Ridwan.
SHINTA MAHARANI