Mohon perhatiannya, semua isi berita diblog ini adalah disalin dari berbagai sumber. Dan hanya sebagai arsip pribadi dan Group Komunitas Warga Kulon Progo.

Seluruh informasi termasuk iklan diblog ini bukan tanggung jawab kami selaku pemilik blog. Kami hanya Memberikan tempat kepada para pengiklan dan sebagai ,media sharing


 tarif jasa kami
KEMBALI KE HALAMAN AWAL – LC FOTOKOPI  *  TARIF JASA FOTOKOPI, PRINT, SCAN, KETIK, PRINT , DLL.   *   MELAYANI PRINT, PRINT COPY SECARA ONLINE


Showing posts with label KULINER. Show all posts
Showing posts with label KULINER. Show all posts

04 August 2018

Sedep Miroso! 'Jangan Tholo' Bikinan Mbah Kebo Khas Kulon Progo

  1. Sedep Miroso! 'Jangan Tholo' Bikinan Mbah Kebo Khas Kulon Progo  Detikcom (Siaran Pers)Full coverage


Foto: Ayu Rifka Sitoresmi/detikcom

Kulon Progo - Meskipun sederhana sayur ndeso selalu bikin kangen. Di Warung ini ada sayur tholo, besengek tempe dan bacem ayam. Sedapnya bikin nambah nasi!

Sayur ndeso selalu bikin kangen. Di Warung ini ada sayur tholo, besengek tempe dan bacem ayam. Sedapnya bikin nambah nasi! Jangan sepelekan tampilan sayur yang sederhana ala kampung. Seperti racikan sayur dan lauk-pauk di warung Mbah Kebo di Kulon Progo ini. 

Warung makan Mbah Kebo berlokasi di Dusun Jambon, Desa Donomulyo, Kecamatan Nanggulan di Kulon Progo, Yogyakarta. Berupa rumah sederhana dengan papan kayu sebagai dinding di bagian depan, dan sebagian lagi di samping dan belakang berdinding anyaman bambu ini mampu menarik selera pelanggan hingga luar Kulon Progo. 

Mereka datang ke warung makan ini karena menu khasnya yang bikin kangen. Namanya 'jangan tholo'. Dalam bahasa Jawa 'jangan' berarti sayur dan tholo merujuk pada kacang beras yang mungil kecokelatan sebagai bahan bakunya. 

Sedep Miroso! 'Jangan Tholo' Bikinan Mbah Kebo Khas Kulon ProgoFoto: Ayu Rifka Sitoresmi/detikcom

Sayur berkuah santan ini berisi daun mlinjo muda, tempe semangit (tempe yang sudah disimpan 2-3 hari), kacang tholo serta cabe rawit dan cabai merah yang digiling kasar. Tampilannya tak terlalu menarik tapi sekali cicip terasa pedas gurih yang enak. 

Menu lain yang jadi andalan di warung makan ini adalah ayam bacem, tempe dan tahu besengek. Ayam bacem merupakan olahan ayam yang diungkep, dimasak dengan sedikit air dengan bumbu bacem. Bawang merah, bawang putih, ketumbar, gula Jawa, daun salam dan lengkuas. 

Warna ayam jadi sedikit kecokelatan dengan rasa manis gurih. Ayam yang dipakai jenis ayam kampung yang dibacem selama 2 jam sehingga bumbunya meresap. Ayam ini kemudian digoreng sebentar hingga agak kering kecokelatan. 

Sedep Miroso! 'Jangan Tholo' Bikinan Mbah Kebo Khas Kulon ProgoFoto: Ayu Rifka Sitoresmi/detikcom

Sementara besengek tahu dan tempe diolah dengan bumbu besengek. Berupa bawang merah, bawang putih, kemiri, gula Jawa, lengkuas, daun salam dan santan encer. Pastinya rasanya gurih meresap dan mantap. 

Pelanggan warung ini datang dari dari Magelang, Solo, Jakarta, Kebumen dan beberapa kota lain. Mereka datang karena penasaran dengan sayur tholo dan tempe atau tahu besengek yang legendaris Mbah Kebo. 

"Kadang mereka datang bawa mobil banyak, rombongan. Macem-macem asalnya, mereka datang jauh-jauh ke sini karena ingin mencicipi sayur tholo, tempe, tahu besengek, dan ayam baceman, tapi juga kadang foto-foto," cerita Mbah Kebo. 

Sedep Miroso! 'Jangan Tholo' Bikinan Mbah Kebo Khas Kulon ProgoFoto: Ayu Rifka Sitoresmi/detikcom

Sumiyati yang biasa dipanggil Boinem merupakan pemilik warung legendaris dan sekaligus juru masak yang berusia 67 tahun. Ia sudah berjualan selama 37 tahun. Menurutnya ia bukan pertama yang menjual masakan tradisional tersebut, tetapi kini sudah generasi ketiga. 

"Yang pertama jualan Jangan Tholo adalah Mbah saya yang bernama Mbah Sumodrono, kemudian diteruskan oleh bapak saya Mangunwiyono, dan saat ini gantian saya yang jualan. Saya sendiri sudah 37 tahun meneruskan usaha ini," ujar Sumiyati dalam bahasa Jawa. 

Sedep Miroso! 'Jangan Tholo' Bikinan Mbah Kebo Khas Kulon ProgoFoto: Ayu Rifka Sitoresmi/detikcom

Tak heran rasa dari menu yang disajikan masih terasa khas, karena memang resepnya pun juga turun temurun. Cara memasak mbah Boinem pun masih menggunakan tungku kayu bakar. 

Tak hanya lauk-pauk saja, cara menanak nasinya pun juga masih memakai cara lama, dengan cara liwet menggunakan kendil. Beras dan air dimasak dengan api kecil memakai periuk dari aluminium. Maka tak heran saat Anda datang ke warung tersebut ada kendil di meja saji berjajar dengan beragam lauk dan sayur. Selain menyediakan lauk ayam kampung goreng, Sumiyati juga menyediakan ayam potong goreng, telur, ikan, dan beragam gorengan. 

Sedep Miroso! 'Jangan Tholo' Bikinan Mbah Kebo Khas Kulon ProgoFoto: Ayu Rifka Sitoresmi/detikcom

Nama Mbah Kebo sendiri itu berasal dari warga yang datang ke warungnya. Tidak ada cerita khusus dengan nama panggilan yang sampai sekarang dikenal masyarakat dengan sebutan Mbah Kebo dan juga menjadi nama warungnya. 

"Parapan saya adalah Boinem, dari nama panggilan tersebut akhirnya warung ini diberi nama Mbah Kebo, biar lebih gampang manggilnya," tambah Sumiyati. 

Sedep Miroso! 'Jangan Tholo' Bikinan Mbah Kebo Khas Kulon ProgoFoto: Ayu Rifka Sitoresmi/detikcom

Jika Anda ingin datang ke warung ini tidaklah sulit, kalau dari pusat kota Yogyakarta mengarah ke arah Wates. Sampai pertigaan Sentolo belok kanan ke arah Waduk Sermo. Hingga di pertigaan Joresan belok kanan kurang lebih 200 meter, dengan posisi warung berada di kanan jalan. 

Warung ini buka dari pukul 07.00-15.00 WIB. Soal harga, relatif murah. Dengan Rp 18.000 Anda sudah bisa menikmati nasi, sayur tholo, tempe dan tahu besengek, ayam bacem, dan es teh. Harga yang terjangkau, porsi memuaskan, warung yang nyaman, tentu membuat orang kembali datang. 


(odi/odi)

Share:

19 February 2017

Mencicipi Growol Versi Modern



Growol merupakan satu dari sederet makanan tradisional khas Kulonprogo yang patut diicipi. Growol bahkan sudah memiliki versi trendi yang cukup mudah ditemukan di sejumlah toko modern di Kulonprogo.

Growol terbuat dari singkong. Sebelum digiling dan dikukus hingga matang, singkong yang telah dikupas harus direndam dalam air selama sekitar tiga hari. Pada zaman dahulu, growol yang rasanya hambar ini sering dijadikan pengganti nasi.

Namun, bentuk makanan khas Kulonprogo ini dianggap cenderung tidak menarik sehingga tidak cocok dijadikan oleh-oleh. Selain itu, tidak semua orang mampu menerima cita rasa yang ditawarkan growol.

“Growol itu baunya dianggap tidak enak jadi tidak semua kalangan bisa menikmati growol. Sekarang orang Kulonprogo sendiri saja belum tentu doyan,” kata Desti, beberapa waktu lalu.

Sejak April 2016, Desti dan ibunya, Sri Puji Astuti merintis usaha stik growol di rumah mereka, Dusun Karangwuluh Lor, Desa Karangwuluh, Kecamatan Temon, Kulonprogo. Keduanya mencoba berinovasi agar growol dapat dinikmati semuanya kalangan.

Pembuatan stik growol dimulai dari mengukus growol selama beberapa menit. Growol kemudian dicampur dengan berbagai bahan seperti tepung terigu, maizena, mentega, serta bumbu pendukung sesuai rasa yang diinginkan. Ada enam rasa yang ditawarkan, yaitu original, bawang, pedas, stroberi, keju, dan barbeque.

Adonan lalu dicetak dengan mesin penggiling hingga berbentuk seperti mie dengan panjang sekitar 10 sentimeter. Goreng hingga kering dan jadilah stik growol yang siap santap.

Sri sendiri merupakan salah satu anggota aktif Koperasi HJKP Manunggal. Setelah melalui serangkaian proses, stik growol mendapatkan akses untuk dijual di Toko Milik Rakyat (Tomira) yang dikelola koperasi.

Namun, stik growol saat juga sudah masuk beberapa toko moderen lain sehingga semakin memudahkan konsumen. Mereka juga menggunakan sistem penjualan online sehingga konsumen stik growol juga berdatangan dari wilayah Jogja, Jawa Tengah, Kalimantan, bahkan Papua.

Sri menambahkan, growol aman dikonsumsi penderita diabetes karena mempunyai kandungan gula yang rendah. “Harganya Rp10.000 per kemasan. Cocok untuk oleh-oleh,” ucap dia.
Share:

BERITA KULON PROGO TERBARU

SITEMAP