Mohon perhatiannya, semua isi berita diblog ini adalah disalin dari berbagai sumber. Dan hanya sebagai arsip pribadi dan Group Komunitas Warga Kulon Progo.

Seluruh informasi termasuk iklan diblog ini bukan tanggung jawab kami selaku pemilik blog. Kami hanya Memberikan tempat kepada para pengiklan dan sebagai ,media sharing


 tarif jasa kami
KEMBALI KE HALAMAN AWAL – LC FOTOKOPI  *  TARIF JASA FOTOKOPI, PRINT, SCAN, KETIK, PRINT , DLL.   *   MELAYANI PRINT, PRINT COPY SECARA ONLINE


11 February 2015

Tahun 2015, Dua Rusun Akan Dibangun

KULONPROGO ( KRjogja.com)- Tahun 2015 ini akan dibangun rumah susun
sederhana sewa (rusunawa) di Pedukuhan Gununggempal Desa Giripeni
Kecamatan Wates dan rusun buruh di Desa Tuksono Sentolo. Sebelumnya
juga sudah dibangun rusunawa di Triharjo Wates berlantai lima yang
saat ini sudah selesai pembangunan fisiknya dan tinggal pengerjaan
ipal komunalnya serta pemasangan lsitrik.
Kabid Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kulonprogo Zahram
Asurawan ST MT menyatakan untuk rusunawa Gununggempal sudah dilakukan
lelang dan Surat Perintah Kerja (SPK)-nya sudah turun. Sekarang sudah
mulai pengerjaannya, yang diharapkan selesai sekitar bulan September
2015 mendatang.
Rusunawa berlantai lima di Gununggempal ini, kata Zahram, dana yang
disediakan sebesar Rp 13 Miliar dari APBN. Berdiri di atas lahan
5.000m2 dari 4,4 hektar yang disediakan dari tanah kas desa dengan 96
kamar dan 2 kamar untuk difabel.
"Sedangkan rusun buruh di Tuksono baru dilakukan cek lokasi dan belum
dilelang. Tapi akan dikerjakan tahun ini juga, sebab sudah ada MoU
antara Gubernur DIY, Menteri Perumahan, dan Menteri Tenaga Kerja.
Direncanakan akan dibangun dua yakni lantai lima dan tiga,"papar
Zahram, Selasa (10/02/2015).
Sementara untuk rusunawa Triharjo Wates pembangunan fisik sudah
selesai dan kini sedang dilakukan pengerjaan instalasi pengolahan air
limbah (ipal) komunal dan pemasangan listrik. Diharapkan bulan Juni
sudah bisa dihuni.(Wid)
Share:

09 February 2015

INFRASTRUKTUR KULONPROGO : Pelebaran Jalan Dudukan Segera Dilanjutkan

Harianjogja.com, KULONPROGO- Pengembangan infrastruktur di kawasan
industri Sentolo akan kembali dilanjutkan dengan pelebaran jalan
sejauh 1,3 kilometer. Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kulonprogo juga telah
menyiapkan dana Rp2,8 miliar untuk pembebasan tanah sepanjang satu
kilometer.
"Rencana pembangunan jalan di kawasan tersebut sepanjang 8,25
kilometer. Tahun 2014 sudah kami mulai tahap pertama yakni tiga
kilometer, tapi baru dikerjakan 1,7 kilometer. Pada tahun ini, sisanya
akan dilanjutkan segera mungkin," ujar Kepala Bidang Jasa Marga DPU
Kulonprogo Gusdi Hartono saat ditemui di kantornya, Jumat (6/2/2015).
Gusdi mengatakan pengembangan jalan pada tahap pertama dilakukan untuk
membuka akses masuk ke kawasan industri. Tahapan pembangunan jalan
tersebut dimulai tahun 2014 dan tanah yang baru dibebaskan baru sejauh
tiga kilometer. Dibukanya akses jalan Dudukan-Ngentakrejo itu akan
menjadi jalan utama memasuki kawasan industri yang menghubungkan jalan
negara dan jalan provinsi.
"Untuk memenuhi sebagai jalan utama menuju kawasan industri, maka
badan jalan harus dilebarkan dengan target pelebaran mencapai 14 meter
dan lebar aspal delapan meter," ungkap Gusdi.
Lebih lanjut Gusdi mengatakan tak hanya melanjutkan pembangunan jalan
yang tersisa dari tahapan lalu. Penyempurnaan jalan dan badan jalan
juga akan dilakukan pada tahun ini. Pasalnya, ketebalan aspal di jalan
yang sudah dilebarkan yang berada di Dusun Giyoso, Desa Salamrejo
masih belum cukup tebal.
"Kami juga akan melanjutkan proses pembebasan tanahnya lagi. Tahun ini
ada satu kilometer tanah yang akan dibebaskan dengan anggaran sekitar
Rp2,8 miliar. Kami sudah melakukan kordinasi dan diskusi dengan pihak
desa terkait hal itu, dan baru akan jalan," jelas Gusdi.
Sebelumnya, Pelaksana Harian Kepala Desa Salamrejo Surono menambahkan,
pelebaran jalan untuk memasuki kawasan industri dilakukan secara
bertahap. Saat ini, kondisi jalan yang berada di kawasan tersebut
sudah cukup baik dan jauh lebih luas, sehingga lalu lalang kendaraan
berat tidak terlalu mengganggu warga.
" Kalau di sisi jalan masuk memang jalan sudah diperlebar, namun masih
akan diaspal untuk diperhalus," imbuh Surono
Share:

Perahu Terbalik, Mulyono Hilang di Progo

KALIBAWANG ( KRjogja.com) - Satu dari sembilan peserta arum jeram atau
rafting yakni Mulyono (47) warga Polokerto, Bekonang Kabupaten
Sukoharjo Jawa Tengah mengalami kecelakaan hanyut dan hilang setelah
perahu karet yang ditumpangi bersama delapan rekannya terbalik di
Sungai Progo tepatnya di wilayah Pantog Wetan Desa Banjaroya Kecamatan
Kalibawang, Minggu (08/02/2015).
Hingga berita ini ditulis Tim Search and Rescue (SAR) Merapi masih
melakukan pencarian di sepanjang Sungai Progo. Anggota Polsek
Kalibawang Bripka Santoso menjelaskan, musibah terbaliknya perahu
peserta arum jeram tersebut bermula ketika sejumlah tenaga medis Rumah
Sakit (RS) Moewardi Solo selesai melaksanakan ujian anastesi.
Usai ujian, para peserta refreshing dengan ikut rafting dari pertemuan
Sungai Pabelan dan Progo di wilayah Magelang. Dalam pelaksanaan
kegiatan, peserta yang berjumlah 30 orang dibagi dalam enam perahu.
Mereka menyusuri derasnya arus Sungai Progo yang memang sedang dalam
kondisi banjir. Saat melintas di intake Kalibawang, di wilayah Pantog
Wetan, Banjaroya perahu yang dinaiki korban bersama 8 rekannya
terbalik.
"Tiga orang terjatuh dan dua orang berhasil menepi. Korban yang
merupakan perawat IGD tenggelam dan tidak nampak. Dari lokasi kejadian
ke finish sebenarnya jaraknya hanya tinggal satu kilometer lagi, tapi
perahu mengalami musibah terbalik," kata Bripka Santoso.
Tim SAR dan petugas kepolisian serta warga setempat terus melakukan
pencarian dengan menyusuri Sungai Progo. Dalam proses pencarian
sebenarnya Tim sempat melihat dayung dan pelampung mengambang.
"Kemungkinan pelampung yang dikenakan lepas dan korban tidak bisa
berenang," ujarnya.(Rul)
Share:

05 February 2015

BANDARA KULONPROGO : Puluhan Warga Glagah Hengkang dari Konsultasi Publik

Harianjogja.com, KULONPROGO-Puluhan warga Desa Glagah, Kecamatan
Temon, yang terdampak pembebasan lahan hengkang dari Aula Balaidesa
Glagah saat diminta mengisi formulir persetujuan atau penolakan
rencana pembangunan bandara, Selasa (3/2/2015).
Kegiatan yang berlangsung dari pukul 10.00 WIB dihadiri 85 dari 154
undangan yang disebar. Tim Pengadaan Lahan Bandara memaparkan rencana
akuisisi lahan selama 45 menit. Setelah itu, tim menyuruh warga
mendatangi petugas yang sudah berjajar di meja untuk mengisi formulir
persetujuan atau penolakan. Tak disangka, sebanyak 27 warga yang hadir
pergi meninggalkan aula Balai Desa tanpa mendatangi petugas.
Salju, warga Pedukuhan Glagah, mengaku enggan mengisi formulir
konsultasi publik dan memilih pergi karena tidak setuju dengan
pembangunan bandara di Temon. "Saya datang ya mendengarkan saja,
tetapi tidak ada rencana mengisi," ujarnya.
Sementara, Sukiyem, warga Pedukuhan Sangkretan, mengaku sebenarnya
tidak setuju dengan pembangunan bandara di Temon.
"Saya datang untuk memenuhi undangan, tetapi soal mengisi formulir ya
tergantung warga lainnya," tuturnya.
Diakuinya, sikap warga terkait pembangunan bandara ditentukan oleh
mayoritas suara warga di satu wilayah.
Lain halnya dengan Supadmi, warga Pedukuhan Kepek, yang justru datang
untuk kedua kalinya ke konsultasi publik. Ia mengatakan, dalam
konsultasi publik pertama sudah mengisi formulir persetujuan, tetapi
kembali mendapatkan undangan untuk hadir di konsultasi publik
lanjutan.
"Katanya ada kesalahan administrasi, jadi saya disuruh mengisi ulang
formulir," ungkapnya.
Share:

03 February 2015

Toyota Indonesia Donasikan Kendaraan untuk SMK

WATES ( KRjogja.com) -Toyota Indonesia menyumbangkan satu unit mobil
Etios senilai kepada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2
Kulonprogo sebagai bagian dari rangkaian donasi kendaraan utuh kepada
Universitas dan SMK yang diawali dengan penyerahan kepada Universitas
Indonesia pada September 2014 lalu.
Upaya ini merupakan salah satu wujud komitmen Toyota Indonesia untuk
mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia,
khususnya dalam menyiapkan SDM lokal yang handal. Donasi diserahkan
Ketua Yayasan Toyota & Astra (YTA), Mintarejo Darmali didampingi oleh
General Manager PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Teguh
Trihono kepada Kepala Sekolah SMK Negeri 2 Kulonprogo, Dra Rr
Istihari Nugraheni MHum dalam acara yang dihadiri Kepala Dinas
Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) DIY dan Bupati
Kulonprogo.
"Total Toyota Indonesia mendonasikan 18 unit kendaraan utuh kepada
beberapa perguruan tinggi dan SMK di Indonesia guna mendukung kegiatan
praktikum teknik. Kualitas sumber daya manusia lokal sangat penting
terutama dalam menghadapi era persaingan yang kompetitif Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Menyikapi hal ini, kami berupaya untuk bisa
membantu peningkatan kualitas SDM dengan memperkenalkan teknologi di
dunia otomotif sebagai salah satu industri yang akan langsung terkena
dampak penerapan MEA," kata Teguh Trihono dalam keterangan tertulis
yang disampaikannya kepada KR, Selasa (03/02/2014).
Teguh mengatakan penyerahan bantuan ini merupakan wujud dari komitmen
Toyota Indonesia untuk terus mendukung peningkatan kualitas SDM
Indonesia yang handal sesuai dengan semangat Toyota Berbagi. Total
nilai ekonomis dari donasi kendaraan utuh ini adalah lebih dari Rp 4
miliar. Sebelumnya, Toyota Indonesia telah mendonasikan kendaraan utuh
dan komponen kendaraan kepada lebih dari 60 SMK Teknik di seluruh
Indonesia.(M-3)
Share:

02 February 2015

Konflik Sosial Pesisir Selatan Temon Hendaknya Segera Dihentikan

TEMON ( KRjogja.com)- Konflik sosial yang terjadi di wilayah pesisir
selatan Kulonprogo dewasa ini menyusul adanya rencana pembangunan mega
proyek bandara dan penambangan pasir besi mengundang keprihatinan
Lembaga Kajian Resolusi Konflik. Perbedaan pendapat terhadap rencana
pembangunan wilayah tersebut telah mengganggu kerukunan hidup
masyarakat sehingga muncul kelompok pro dan kontra yang berakibat
diterapkannya sanksi sosial.
"Kami sangat prihatin atas kondisi yang terjadi saat ini. Hanya karena
berbeda pandangan timbul konflik sosial serius di masyarakat," kata
Ketua Lembaga Kajian Resolusi Konflik, Muqoffa Mahyudin, SAg MHum usai
Mujahadah Perdamaian dan Kebersamaan Dalam Islam, Masyarakat Pesisir
Kulonprogo di Masjid Ainul Jariyah Pedukuhan Ngelak Desa Jangkaran
Kecamatan Temon, Minggu (1/2/2015).
Mujahadahan dihadiri warga pesisir selatan Kecamatan Temon yang
terkena pembangunan bandara, baik kelompok yang pro maupun kontra.
Ketua Wahana Tri Tunggal (WTT) Martono bersama sejumlah pengurus
paguyuban yang selama ini menolak bandara nampak hadir dan berbaur
dengan jamaah lain. Mujahadahan, tahlil dan doa dipimpin KH Drs
Muttaqim Mujid.
Menurut Muqoffa, dari hasil survey, konflik sosial ternyata telah
menyatu dalam diri masyarakat. Hal tersebut tercermin dengan adanya
warga yang tidak mau menghadiri hajatan pernikahan ataupun takziyah
antaranggota kelompok. Pihaknya khawatir kondisi tersebut akan
diwariskan kepada anak cucu hingga waktu yang sangat lama. Muqoffa
berharap, mujahadah bisa menginspirasi semua kelompok untuk mengakhiri
konflik sosial. Pendekatan agama seperti mujahadah diharapkan bisa
jadi media penyembuh hati sehingga masyarakat kembali hidup rukun.
"Minimal dengan berdoa dan makan bersama bisa jadi langkah awal warga
untuk kembali ke kehidupan lama yang lebih tentram," jelasnya.
Dalam upaya mengembalikan kerukunan hidup masyarakat di wilayah
pesisir selatan Temon, Lembaga Kajian Resolusi Konflik akan
menggandeng para tokoh agama untuk terus mengkaji penyebab-penyebab
sekaligus mencari solusi agar persoalan-persoalan yang timbul segera
bisa berakhir.
"Mereka (tokoh agama-Red.) akan kami ajak untuk aktif menggelar
pengajian sekaligus memberikan pencerahan. Mudah-mudahan ke depan
mujahadah dan pengajian bisa dilaksanakan di masjid-masjid lain di
Temon," harapnya.
Tokoh Desa Jangkaran, M Sururudin mengapresiasi Lembaga Kajian
Resolusi Konflik yang telah memprakarsai upaya penyatuan umat di
wilayah pesisir selatan Kulonprogo. Pihaknya yakin acara tersebut bisa
menyadarkan masyarakat dan tidak terjebak dalam kepentingan pragmatis.
Mujadahan dan kajian bisa jadi pintu gerbang bagi rekonstruksi
kemanusiaan.
"Menurut kami acara seperti ini cukup penting, karena itu kami
berharap ke depan kegiatan-kegiatan serupa bisa berlanjut, sehingga
jalinan tali silaturrahmi warga menjadi harmonis kembali," jelasnya.
Martono sepakat dengan pernyataan Muqoffa. Bahkan dirinya juga
berharap kegiatan keagamaan tersebut bisa dilaksanakan rutin sebagai
upaya mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hanya saja untuk
diwilayah Desa Glagah dan sekitarnya, pihak penyelenggara perlu
berkoordinasi secara intensif.
"Karena di sana tidak semudah membalikkan telapak tangan, perlu
proses," terangnya.(Rul)
Share:

BERITA KULON PROGO TERBARU

SITEMAP