Mohon perhatiannya, semua isi berita diblog ini adalah disalin dari berbagai sumber. Dan hanya sebagai arsip pribadi dan Group Komunitas Warga Kulon Progo.

Seluruh informasi termasuk iklan diblog ini bukan tanggung jawab kami selaku pemilik blog. Kami hanya Memberikan tempat kepada para pengiklan dan sebagai ,media sharing


 tarif jasa kami
KEMBALI KE HALAMAN AWAL – LC FOTOKOPI  *  TARIF JASA FOTOKOPI, PRINT, SCAN, KETIK, PRINT , DLL.   *   MELAYANI PRINT, PRINT COPY SECARA ONLINE


27 October 2019

Captain Amerika Operasi Zebra di Kulon Progo - Tagar News


Kulon Progo - Kepolisian Resort Kulon Progo kini tengah menggelar Operasi Zebra Progo 2019, dengan sasaran sejumlah pelanggaran. Bahkan, dalam operasi yang diadakan mulai tanggal 23 Oktober hingga 5 November ini, turut hadir pula superhero, Captain America dan Superman. Tugas mereka, yaitu menolong masyarakat dengan cara memberikan hiburan dan edukasi tertib berlalu lintas.
Tokoh Superman diperankan oleh Bripka Eka Nugraha, sementara tokoh Captain America diperankan oleh Bripka Fibriadi Triatmaja. Selain dua superhero tersebut, ada juga sosok badut polisi yang diperankan Aipda Bambang Suryono.
Kehadiran mereka, ternyata cukup menyita perhatian para pengendara. Pengendara yang semula terlihat takut ataupun tegang, justru akhirnya bisa tersenyum.
Senang aja lihat superhero ini. Saya harap sih ke depannya juga ada lagi.
Salah satu pengendara yang menyambut baik adanya superhero ini, adalah Yuli Irawati umur 28 tahun. Menurutnya, kehadiran dua superhero tersebut merupakan hal kreatif dari kepolisian. Polisi bisa jadi lebih membimbing dan mendukung masyarakat lebih tertib berlalu lintas.
"Saya tidak mempersoalkan harus diberhentikan sementara waktu di Operasi Zebra Progo karena ini sudah kewajiban," ucapnya usai diperiksa kelengkapan berkendara, di depan Balai desa Kedungsari Pengasih Kulon Progo, Sabtu 26 Oktober 2019.
Sambutan yang baik juga diberikan oleh Muji Erlina, warga Kebumen yang tengah melakukan perjalanan tamasya menuju Yogyakarta. Dia menuturkan, baru pertama kali melihat superhero hadir dalam sebuah operasi lalu lintas dari kepolisian.
"Senang aja lihat superhero ini. Saya harap sih ke depannya juga ada lagi, sehingga masyarakat akan semakin mengapresiasi dan juga tambah tertib," ujar Muji Erlina.
Dia menambahkan, masyarakat sebenarnya tidak perlu takut dengan operasi lalu lintas kepolisian. Apabila surat-surat kendaraan lengkap, dan kendaraan sesuai dengan standar, dipastikan akan aman dalam berkendara.
"Nah bagi yang belum lengkap, sebaiknya lengkapi saja. Toh ini juga demi kepentingan diri sendiri," ujar Muji yang seluruh kelengkapan berkendaranya lengkap.
Adanya superhero dalam Operasi Zebra Progo ini, memang merupakan yang pertama dilakukan Polres Kulon Progo. Kasat lantas Polres Kulon Progo, AKP Maryanto mengatakan, Superman dan Captain America dihadirkan bertujuan untuk menghibur sekaligus mengedukasi para pengendara motor agar tertib berlalu lintas.
Superhero dipilih menjadi maskot, karena mereka merupakan sosok penolong masyarakat dan peduli keselamatan.
"Edukasi yang merupakan bagian dari upaya preventif kepolisian. Harapannya pengendara sepeda motor bisa lebih tertib berlalu lintas," ujar AKP Maryanto.
Dia menjelaskan, dalam Operasi Zebra Progo tahun 2019 ini pengendara motor yang tercatat melakukan pelanggaran mencapai 975 orang, hingga hari Jumat 25 Oktober 2019. []

Sumber Berita :
Share:

15 October 2019

Pesta Pedagang Pasar Wates Bareng Konsumen Meriahkan HUT Kulon Progo - Tribun Jogja


TRIBUNJOGJA.COM - Dalam rangka memperingat HUT ke-68 Kabupaten Kulon Progo, Pengurus Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Wates, Kulon Progo pada hari Selasa, 15 Oktober 2019 mengadakan serangkaian kegiatan di area parkir depan pasar Wates.
Kegiatan ini dimulai pukul 08.00 WIB dan diawali dengan upacara bendera yang diikuti oleh seluruh pedagang pasar dengan mengenakan busana adat.
Selain itu aba-aba atau instruksi dan sambutan inspektur upacara wajib menggunakan bahasa Jawa.
Usai upacara bendera, para pedagang pasar yang diperkirakan berjumlah 600 orang dengan mengenakan kebaya akan mengikuti senam massal dengan lagu Kulon Progo Hip Hop, Kancili dan On My Why.
Menurut Yohanes Bambang Sunarko, selaku Ketua APPSI Wates, Kulon Progo dalam rilis yang diterima Tribunjogja.com, Senin (14/10/2019) kegiatan ini juga dimeriahkan organ tunggal yang akan mengiringi penyanyi lokal.
Sambil mendengar kan musik, para pedagang menyiapkan aneka menu untuk dinikmati bersama dengan para konsumen yang hadir atau sedang berbelanja.
Hal ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah atas rejeki yang telah diterima dan sekaligus bentuk ucapan terimakasih kepada para konsumen yang telah setia belanja di Pasar Wates, Kulon Progo. (rls)

Sumber Berita :
Share:

Upaya Agar Bandara YIA Kulon Progo Ramah Bagi Penyandang Disabilitas - Kompas.com - KOMPAS.com



  • KULON PROGO, KOMPAS.com – Layanan prima bagi para penyandang disabilitas adalah memampukan kaum difabel melakoni semua kegiatannya secara mandiri dan bermartabat.
    Bandar Udara Yogyakarta Internasional Airport ( Bandara YIA) di Kecamatan Temon, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta merencanakan hal serupa dengan mengupayakan perbaikan dan mengembangkan sarana dan layanan yang lebih lengkap bagi para difabel.
    “YIA ini (di masa depan akan menjadi) bandara yang pertama barangkali di Indonesia sebagai bandara yang ramah terhadap semua ragam disabilitas,” kata General Manager YIA dari PT Angkasa Pura I (Persero), Agus Pandu Purnama di lobi bandara, Jumat (11/10/2019).
    Provinsi DIY memiliki dua bandara, Adisutjipto di Yogyakarta dan YIA di Kulon Progo.
    Pandu mengakui, keduanya belum memberikan layanan maksimal pada penyandang disabilitas sebagai pengguna bandara meskipun bandara telah menyediakan banyak fasilitas pendukung dan sarana bagi kaum difabel ini.
    Ini dilatari minimnya pemahaman detil terkait kebutuhan mereka akibat banyaknya ragam disabilitas.
    Selama ini, AP I sudah menyediakan toilet khusus bagi difabel, kursi roda, hingga jalur untuk mereka yang tuna netra. Semua itu dirasa belum cukup menunjukkan sebagai bandara ramah difabel.
    Pandu mengungkapkan, YIA akan berkembang untuk bisa melayani semua jenis kebutuhan khusus ini.
    AP I pun menggandeng komunitas Indonesian Caring yang  menaungi para penyadang cacat di Yogyakarta.
    Mereka menghadirkan 25 difabel untuk mengevaluasi kelebihan dan kekurangan YIA dalam melayani kebutuhan mereka.
    Mereka masuk dari tol gate, drop zone, check in counter, garbarata, hingga area kedatangan.
    “Ini ternyata beda-beda kebutuhannya. Mereka merasakan kekurangannya apa di bandara ini,” kata Pandu.
    Hasil asesmen ini nanti bisa saja berujung pada ada penambahan dan penyempurnaan sarana dan fasilitas di bandara nanti sehingga bisa melayani kaum difabel secara lebih baik.
    Pandu mencontohkan bagaimana depresi bisa saja muncul pada penyandang disabilitas mental ketika menghadapi keterlambatan pesawat yang berkepanjangan.
    AP bisa saja menyediakan ruang tenang dengan berbagai fasilitas pendukung bagi penyandang seperti ini.
    Asesmen berlangsung satu hari dan tentu akan ada hasil beragam. “Mereka yang mencatat dan kami yang akan menyediakannya,” kata Pandu.

    Fasilitas ramah untuk penyandang disabilitas

    Terbayang YIA di masa depan. Pandu mengungkapkan bagaimana nanti tunanetra punya jalur secara mandiri hingga mampu check in sendiri, kaum tuna rungu bisa sampai check in sendiri dengan bantuan costumer service yang mampu berbahasa isyarat.
    Mereka yang tuna rungu juga tak perlu tertinggal pesawat karena tidak mendengar panggilan. Mereka cukup melihat lampu menyala sebagai tanda waktunya untuk terbang.
    Tidak hanya bandara, pihak maskapai hingga ground support diharapkan bisa melakukan hal ini. “Ini yang akan kita gali ilmu ini sebagai bagian dari layanan prima,” kata Pandu.
    Bandara YIA berkembang seiring dengan Yogyakarta yang kini menjadi salah satu destinasi wisata utama setelah Pulau Bali.
    Keramahan pada penyandang cacat pun menjadi perhatian besar. Setelah bandara, tempat-tempat lain pun di Yogyakarta sebagai tempat ramah bagi difabel akan terus tumbuh, termasuk hotel dan destinasi wisata.
    “Amenity destinasi ini akan berpandangan untuk disabilitas juga. Misal perhotelan. Dari sisi PHRI dan ASITA jangan sampai ada hotel tidak ada toilet untuk difabel,” kata Pandu.
    “Tapi ini masih awal. Kita perlu pendalaman detil. Kami datangkan semua asosiasi dan Indonesia Caring. Mumpung bandara belum full operation sehingga ada langkah agar semua siap,” kata Pandu.

    Perbaikan YIA

    Ada fasilitas standar disediakan YIA bagi penyandang disabilitas. Relawan Indonesia Caring, Anggiasari Puji Aryatie mengakui bagaimana fasilitas itu belum sepenuhnya memadai.
    Anggiasari, difabel diskondroplasia di mana pertumbuhan badannya tidak berkembang baik akibat gangguan pertumbuhan tulang rawan. Anggia, panggilannya, tidak sampai setinggi pinggang.
    Dengan kondisi tubuhnya itu, Anggia mengaku banyak hal yang menyulitkan dirinya, seperti: counter check in yang yang masih terlalu tinggi, toilet khusus difabel yang juga masih terlalu tinggi, tidak ada pijakan tambahan bagi orang seukuran dirinya di ATM, hingga soal sensor pintu otomatis.
    “Saya hampir terjelungup ke toilet karena terlalu tinggi untuk saya. Kalau di Halim (Jakarta), ada dua bentuk toilet difabel yakni yang pendek dan normal,” katanya.
    Menurutnya, peninjauan ini perlu mengingat YIA berniat memberi layanan prima bagi difabel.
    Dasarnya adalah agar mereka bisa melakukan secara mandiri tanpa bantuan orang lain untuk semua jenis kecacatan.
    YIA perlu melakukan sejumlah perbaikan dan penyempurnaan di segala sisi di tengah fasilitas yang cukup lengkap.
    “Karenanya perlu pelibatan difabel dan organisasinya untuk cek langsung apakah ini bisa digunakan atau tidak,” katanya.

    Masih kurang nyaman

    Sri Lestari mengungkapkan, banyak sarana khusus difabel yang dirasa kurang nyaman untuk digunakan.
    Sebagai penyandang cacat yang lumpuh separuh tubuh ke bawah lumpuh (parapelgi) seperti dirinya, ia melihat beberapa kekurangan tidak hanya soal pemasangan handrail hingga penempatan wastafel dalam toilet difabel.
    Ia mendapati bagaimana jalan khusus difabel kursi roda terasa terlalu curam, licin, belum tersedia handrail, hingga belum ada parkir khusus roda 3.
    “Parkir ini harus dengan gambar atau tulisan sebagai rambu bahwa di sana tidak boleh dipakai orang yang tidak sesuai haknya,” kata Sri.
    Ia juga menemukan masih ada pintu belum otomatis yang membuat dirinya terpaksa mendorong kaca itu dengan kursi roda. “Itu bisa merusak kaca,” katanya.
    Penyandang cacat tubuh yang menggunakan kursi roda, Bahrul Fuad menyorot tentang kebiasaan orang yang tidak memberi penghargaan pada para penyandang cacat.
    Ini terlihat dari banyak ditemui baik kursi, tempat parkir, bahkan toilet khusus difabel malah dipakai orang yang tidak cacat atas alasan tertentu.
    Fuad berharap AP I terus mendorong edukasi dan sosialisasi kepada publik soal pengguna fasilitas difabel. Dengan demikian, semua orang bisa merasakan manfaat keseluruhan jasa bandara tanpa mengabaikan yang lain.

    “Perlu ada edukasi dan sosialisasi publik tentang penggunaan fasilitas penyandang disabilitas. Jangan sampai ada priority seat atau tempat duduk (gambar) kursi roda, atau yang sudah ada tandanya untuk anak, lansia, ibu hamil, dan difabel, tapi tetap digunakan oleh orang yang tidak punya hak di situ,” kata Fuad.
    “Kalau toilet sudah jelas kursi roda ya jangan sampai dipakai oleh orang lain dengan alasan kebelet,” katanya.

    4 Kategori Disabilitas

    YIA menggandeng Indonesia Caring untuk menyusun apapun yang bisa melayani kaum difabel lebih nyaman dan leluasa saat menjadi pengguna jasa bandara.
    Komunitas ini gabungan dari Association of The Indoneisan Tours and Travel (ASITA), Yayasan Kristen untuk Kesehatan Umum (YAKKUM), United Celebral Palsy (UCP), Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (GERKATIN), dan Sasana Inklusi dan Gerakan Advokasi Difabel (SIGAB). 
    Koordinator Indonesia Caring, Meyra Marianti mengungkapkan ada banyak ragam disabilitas. Namun, semuanya terpilah dalam 4 besar, yakni disabilitas mental, sensorik, intelektual, dan fisik.
    Ia berharap, asesmen nanti bisa mewujudkan bandara nan ramah pada pada kebutuhan dasar difabel dari masing-masing kategori tersebut.
    “Paling tidak mereka bisa mandiri tanpa asistensi, sehingga tidak harus dipegang,” kata Meyra.

Sumber Berita :
Share:

Pemkab Kulon Progo Hadirkan Kampung Koteka di Kawasan Menoreh - Tribun Jogja

  • TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Sektor agrobisnis banyak berkembang di sekitar destinasi wisata dan sentra perkebunan di kawasan perbukitan Menoreh belakangan ini.
    Hal itu mendorong Pemerintah Kabupaten Kulon Progo untuk mengembangkan kampung kopi, teh, dan kakao (Kampung Koteka).
    Kampung Koteka ini dipusatkan di wilayah Kecamatan Samigaluh, Kalibawang, dan Girimulyo.
    Ketiga wilayah ini merupakan sentra perkebunan dari tiga komoditas tersebut.
     Adapun program Kampung Koteka ini telah digagas Pemkab sejak 2017 dan dilakukan bertahap hingga 2020 sebagai bagian dari dukungan terhadap Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Borobudur serta Bandara Internasional Yogyakarta (YIA).
    Kasi Produksi Perkebunan, Dinas Pertanian dan Pangan Kulon Progo, Cahyadi Jono mengatakan agribisnis banyak tumbuh di tiga kecamatan itu dalam tiga tahun terakhir.
    Terutama di sekitar objek-objek wisata sehingga mampu mendongkrak jumlah kunjungan wisatawan ke wilayah tersebut.
    Adapun kampung-kampung agribisnis yang dikembangkan Pemkab melalui program Kampung Koteka itu antara lain Kampung Kakao di Banjararum (Kalibawang), Kampung Kopi Purwosar (GIimulyo), dan Kampung Kopi Gerbosari maupun Pagerharjo (Samigaluh).
     "Di sana dibangun unit usaha perkebunan yang dikelola masyarakat sekaligus menjadi objek wisata dan agribisnis ini kemudian muncul di sekitarnya sehingga bisa mendongkrak angka kunjungan wisata," kata Cahyadi, Senin (14/10/2019).
    Disebutnya, letak geografis Kulon Progo cukup strategis seiring adanya program pengembangan KSPN Borobudur dan Bandara YIA oleh pemerintah pusat.

Sumber Berita :
Share:

Wisata ke Yogya, Mampir ke Kulon Progo untuk Menoreh Art Festival 2019 - Kompas.com - KOMPAS.com


KULON PROGO, KOMPAS.com - Festival kebudayaan kembali menyemarakkan atmosfer Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Hajatan tahunan dengan nama Menoreh Art Festival 2019 (MAF) berlangsung selama 9 hari sejak hari ini, 12 Oktober 2019, sampai 20 Oktober 2019.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, banyak pertunjukkan seni dan budaya yang berbeda-beda setiap hari sepanjang lebih sepekan ke depan. Di antaranya atraksi tari, musik daerah, parade karnival hingga pertandingan olahraga tradisional.

Semua berlangsung di Alun-alun Kota Wates, Kulon Progo. Pemerintah menggelar ini untuk memperingati Hari Jadi ke-68 Kulon Progo.

"Keseluruhan rangkaian kegiatan tersebut menunjukkan betapa luar biasa kaya budaya kita. Mari kita dukung dan berpartisipasi di dalamnya," kata Plt Bupati Kulon Progo, Sutedjo saat membuka final pertandingan Nglarak Blarak di Alun-alun Wates, Sabtu (12/10/2019).

Festival kebudayaan mendorong seluruh potensi seni dan budaya Kulon Progo muncul, mempertontonkan kemampuannya, dan menyedot penonton.

Diawali dengan pertandingan Ngalarak Blarak yang digelar di alun-alun. Ini pertandingan olahraga khas dan hanya ada di Kulon Progo saja.

Pertandingan ini dulunya hanyalah permainan anak-anak dan pemuda desa menggunakan blarak (dahan kelapa yang masih berjanur) di kampung penderes nira kelapa di perbukitan Menoreh.

Pemerintah mengemasnya menjadi sebuah pertandingan. Jadilah sekarang Nglarak Blarak sebagai lomba pacuan manusia menggunakan dahan pohon kelapa.

Pemerintah mengangkatnya menjadi olahraga tradisional Kulon Progo. Olahraga ini pun naik daun dalam 3 tahun belakangan.

"Awalnya (MAF 2019) adalah final Nglarak Blarak, selanjutnya macam-macam kegiatan," kata Joko Mursito, Sekretaris Dinas Kebudayaan Kulon Progo, sebelumnya.



KOMPAS.com/ DANI J Warga bahkan menonton dari jarak sangat dekat pertunjukan sendratari Sugriwa Subali. Mereka memadati sampai nekat menaiki panggung. Sendratari ini salah satu agenda dalam Menoreh Art Festival 2018 dalam rangka menyambut Hari Jadi ke-67 Kulon Progo.Joko mengungkapkan, rangkaian kegiatan berlanjut pada kegiatan lain sampai malam. Setelah Nglarak Blarak berlanjut dengan Parade Penyanyi Campursari.

Di hari-hari berikutnya ada pertunjukkan wayang menggunakan tiga kelir atau layar. Kemudian pertunjukkan Sendratari Sugriwa Subali dan Sendratari Api di Bukit Menoreh sebagai ikon Kulon Progo.

Kegiatan olah raga tradisional lain adalah pertandingan jemparingan atau memanah tradisional tingkat nasional.

Belum lagi ada macapatan massal, karawitan dan paduan suara maupun flashmob.

Warga-warga dari pegunungan juga turun ke MAF untuk mengikuti festival bulan purnama sambil bermain musik dari lesung penumbuk padi.

Dalam gelar MAF 2019 ini pemerintah juga memberi anugerah bagi sejumlah tokoh budaya. Pemerintah juga merilis buku berjudul "Sanun" yang menceritakan kisah seorang tentara pelajar asli Kulon Progo yang jadi polisi lantas terbunuh di lapangan Shanun di Kecamatan Sentolo.

"Kami juga akan memberikan anugerah kepada beberapa tokoh budaya," kata Joko.

Pemerintah berharap dengan adanya festival ini dapat memperkenalkan kebudayaan yang telah ada di Kulonprogo ke pada masyarakat luas.


KOMPAS.com/ Dani J Tari Barong di Pertunjukan Seni Perbatasan dalam rangka Menoreh Art Festival 2018 di Kulon Progo, DIY, Rabu (17/10/2018) malam.Semuanya ini bagian dari rangkaian kegiatan peringatan hari jadi ke-68 Kabupaten Kulon Progo. Rangkaian acara HUT sejatinya sudah dimulai sejak 9 September 2019 lalu dengan turnamen sepakbola.

Dilanjutkan lomba lain, seperti lomba sapi potong, kambing PE, pameran pembangunan Kulon Progo, donor darah, dan berbagai even lainnya.

Gelar seni dan budaya di Menoreh Art Festival 2019 menjadi pamungkas.
Pasar Kangen

Sedikit berbeda dengan MAF tahun sebelumnya. Festival kebudayaan MAF berlanjut dengan Pameran Seni Rupa 'RUPAKU' yang berlangsung di Taman Budaya Kulon Progo pada 21-30 Oktober 2019.

MAF pada tahun-tahun sebelumnya, pameran seni rupa jadi satu lokasi dengan festival budaya berlangsung, yakni alun-alun.

"Yang ditampilkan mulai dari komunitas perupa, juga mengundang kurator dari Jogja, pelaku budaya, komunitas seni pertunjukan," katanya.

Pameran seni rupa tidak berlangsung sendiri. Pemkab mengemas Taman Budaya menjadi semacam Pasar Kangen. Di pasar itu ada berbagai kuliner khas Kulon Progo dan pernak pernik produksi masyarakat Kulon Progo.

"Banyak menampilkan wajah Kulon Progo dari sisi kebudayaan dan kuliner," kata Joko.



Sumber Berita :
Share:

Delapan Kecamatan di Kulon Progo Dilanda Kekeringan - CNN Indonesia

  • Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat jumlah warga yang mengalami kesulitan air bersih mengalami peningkatan dari 4.150 jiwa menjadi 8.316 jiwa pada musim kemarau tahun ini.
    Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulon Progo, Suhardiyana, mengatakan sebanyak lebih dari 8.300 jiwa yang kesulitan air bersih tersebar di delapan kecamatan.

    Kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Samigaluh, Kalibawang, Kokap, Pengasih, Girimulyo, Panjatan, Lendah, dan Sentolo.
    "Kami memperkirakan jumlah warga yang kesulitan air bersih lebih dari 8.316 jiwa. Kami terus memantau distribusi air bersih ke masyarakat supaya mereka tetap bisa mencukupi kebutuhan air untuk keperluan sehari-hari," kata Suhardiyanta, sepertiyang dikutip dari Antara, Minggu (13/10).

    Ia mengatakan sampai saat ini, masih banyak masyarakat mengajukan permintaan bantuan dropping air bersih.
    Tidak hanya dari pedusunan, Suhardiyanta menambahkan, permintaan penyaluran air juga datang dari sejumlah rumah ibadah dan sekolah.
    "Jumlah wilayah serta jumlah penduduk yang terdampak, terus mengalami peningkatan. Mata air warga banyak yang sudah mengering," katanya.
    Sementara itu, Sekretaris Daerah Kulon Progo Astungkoro mengatakan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo memastikan, kebutuhan air masyarakat akan tetap dipenuhi hingga datangnya musim hujan tiba.
    Hingga saat ini sudah tersalurkan 770 tangki air bersih ke masyarakat, ujarnya.
    "Dari koordinasi dengan pihak BMKG, diperkirakan ada kemunduran musim hujan. Kami memiliki 301 tangki air bersih dan siap disalurkan jika datang permintaan," kata Astungkoro.

    Astungkoro menjelaskan air menjadi lebih bermanfaat dibandingkan dengan uang di saat musim musim kemarau. Karena itu, pihak desa di Kulon Progo diminta mencadangkan dana kedaruratan yang diambil dari dana desa, untuk keperluan penanganan kekeringan.
    "Selain untuk membuat pamsimas (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat), dana tersebut juga bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih warganya," katanya.
    [Gambas:Video CNN] (ANTARA/agr)

Sumber Berita :
Share:

BERITA KULON PROGO TERBARU

SITEMAP

Archive