Ilustrasi penerbangan - Alamy
Harianjogja.com, JOGJA- Bandara Kulonprogo diharapkan mampu membuka akses penerbangan ke negara-negara utama yang selama ini hanya diakomodir Bandara Internasional Soekarno Hatta dan Bandara Internasional Ngurah Rai. Akses masyarakat di wilayah DIY dan Jawa Tengah kian terbuka, termasuk akses ekspor produk lokal di kedua wilayah ini.
Direktur Utama PT Angkasa Pura I Faik Fahmi mengungkapkan sebagai salah satu destinasi wisata unggulan di Indonesia, Jogja memiliki daya tarik untuk turis terutama dari luar negeri. "Selama ini, potensi tersebut belum bisa terlayani secara optimal oleh Bandara Internasional Adistjipto. Karena keterbatasan bandara ini yang hanya bisa menampung pesawat kecil," ujar Faik belum lama ini.
New Yogyakarta International Airport (NYIA) di Kulonprogo telah dirancang dengan desain bandara yang sesuai standar internasional dengan panjang runway 3.250 meter. Faik mengungkapkan dengan bandara baru ini, penerbangan internasional dapat dilayani sebanyak mungkin.
Faik berharap dibukanya bandara ini dapat semakin membuka akses masuknya pesawat-pesawat berbobot besar dari berbagai maskapai dunia. Di mana yang selama ini, pintu utama masuknya turis ke Indonesia baru diakomodir oleh Jakarta dan Bali.
"Kami harap penumpang atau turis dari Jepang, Korea Selatan, Tiongkok, Australia bisa langsung masuk ke Jogja melalui bandara di Kulonprogo tanpa harus ke Bali atau Jakarta dulu," jelas Faik.
Jika target penerbangan dari luar negeri masuk ke dalam negeri melalui bandara Kulonprogo adalah wisatawan. Sedangkan secara outbound, yakni penerbangan dari Kulonprogo ke luar negeri diharapkan bisa mengakomodir akses bagi para jemaah haji maupun umrah. Pun demikian untuk potensi untuk logistik atau kargo.
Faik menjelaskan kegiatan ekspor akan lebih terakomodir, terutama untuk produk-produk asal DIY dan Jawa Tengah. Produk ekspor dari kedua wilayah ini, kata Faik, akan memiliki daya saing yang lebih kuat lagi.
"Karena produk asal DIY dan Jawa Tengah sudah memiliki akses [pengiriman] langsung ke luar negeri. Kalau selama ini produk kedua daerah ini harus dikirim lewat bandara-bandara lain, sehingga timbul biaya-biaya yang lebih mahal," jelas Faik
Faik berharap dibukanya bandara ini dapat semakin membuka akses masuknya pesawat-pesawat berbobot besar dari berbagai maskapai dunia. Di mana yang selama ini, pintu utama masuknya turis ke Indonesia baru diakomodir oleh Jakarta dan Bali.
"Kami harap penumpang atau turis dari Jepang, Korea Selatan, Tiongkok, Australia bisa langsung masuk ke Jogja melalui bandara di Kulonprogo tanpa harus ke Bali atau Jakarta dulu," jelas Faik.
Jika target penerbangan dari luar negeri masuk ke dalam negeri melalui bandara Kulonprogo adalah wisatawan. Sedangkan secara outbound, yakni penerbangan dari Kulonprogo ke luar negeri diharapkan bisa mengakomodir akses bagi para jemaah haji maupun umrah. Pun demikian untuk potensi untuk logistik atau kargo.
Faik menjelaskan kegiatan ekspor akan lebih terakomodir, terutama untuk produk-produk asal DIY dan Jawa Tengah. Produk ekspor dari kedua wilayah ini, kata Faik, akan memiliki daya saing yang lebih kuat lagi.
"Karena produk asal DIY dan Jawa Tengah sudah memiliki akses [pengiriman] langsung ke luar negeri. Kalau selama ini produk kedua daerah ini harus dikirim lewat bandara-bandara lain, sehingga timbul biaya-biaya yang lebih mahal," jelas Faik