Dinas Kebudayaan, atau Kundha Kabudayan, Kabupaten Kulon Progo di Daerah Istimewa Yogyakarta, menyelenggarakan ritual jamasan pusaka dengan nama Siraman Agung. Tujuannya adalah untuk melestarikan tradisi dan kebudayaan daerah yang diwariskan secara turun-temurun oleh para leluhur, yang dilaksanakan di kawasan Alun-alun Wates.
Eka Pranyata dari Dinas Kebudayaan Kulon Progo menyatakan pada hari Kamis bahwa ritual jamasan pusaka memiliki tujuan untuk mengenalkan tradisi dan menampilkan dua pusaka yang diberikan oleh Kesultanan. Pusaka tersebut adalah Kanjeng Kyai Bantar Angin, hadiah dari Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, dan Kanjeng Kyai Amiluhur, hadiah dari Kadipaten Pakualaman.
''Selama ini pusaka-pusaka itu ada yang dilakukan pembersihan secara rutin siraman atau jamasan, ada yang belum bahkan ada yang tidak dilakukan. Kita laksanakan sambil kita kenalkan seperti ini. Untuk tradisi siraman atau jamasan itu untuk membersihkan pusaka-pusaka tersebut," kata Eka.
Eka memaknai tradisi jamasan sebagai cara untuk meningkatkan keyakinan atau kekuatan."Dalam budaya Jawa, ini bertujuan untuk meningkatkan keyakinan atau kekuatan," Eka menyatakan, ritual dimulai dengan Kirab Pusaka dari Museum Bale Agung di Kantor Sekretariat Daerah Kulon Progo. Kirab bergerak mengelilingi Alun-alun Wates dan berakhir di depan rumah dinas bupati, tempat dilaksanakannya jamasan.
Ritual Jamasan secara rutin diadakan selama Bulan Muharram. Hal ini didasarkan pada kepercayaan dan tradisi Jawa bahwa bulan tersebut adalah waktu untuk membersihkan diri, baik secara fisik maupun spiritual, termasuk melalui proses jamasan pusaka.
Eko menyatakan bahwa ini adalah kali pertama semua pusaka dari berbagai kabupaten dan kapanewon menjalani jamasan bersama-sama. Oleh karena itu, ritual ini menjadi sebuah momen penting untuk pelestarian tradisi.
"Lewat kegiatan ini kami ingin masyarakat juga mengenal berbagai pusaka yang ada," katanya.
Sementara itu, Staf Ahli Bupati Kulon Progo Triyanto Raharjo mengatakan ada nilai-nilai kehidupan yang bisa diamalkan dari tradisi tersebut.
Nilai-nilainya seperti gotong-royong, kebersamaan, hingga religius. Ritual jamasan juga menjadi bentuk refleksi diri bagi masyarakat, terutama yang melaksanakannya.
"Ritual Jamasan Pusaka ini sekaligus menjadi ritual untuk membersihkan diri," katanya.