Harianjogja com, KULONPROGO—Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kulonprogo mengimbau nelayan untuk segera mematikan baling-baling perahu motor jika melihat adanya penyu di sekitar perahu menyusul kematian sejumlah penyu di perairan Kulonprogo.
"Kami mengimbau kepada para nelayan bila melihat adanya penyu di sekitar perahu agar mematikan mesin motor tempelnya untuk menghindari penyu terkena baling-baling," kata Kepala DKP Kulonprogo, Sudarna, Minggu (18/8).
Imbauan ini bukan berarti kematian penyu di Kulonprogo disebabkan oleh baling-baling perahu nelayan, tetapi lebih pada antisipasi agar tidak terjadi lagi kasus kematian serupa. Hingga saat ini penyebab matinya sejumlah penyu di Kawasan Pantai Congot, Kecamatan Temon dan Pantai Imorenggo, Kecamatan Galur, beberapa waktu lalu belum diketahui.
Sudarna meminta kepada semua pihak baik nelayan, masyarakat pesisir maupun wisatawan yang berkunjung ke pantai dan kebetulan melihat penyu terdampar dalam kondisi mati untuk segera melapor ke pihak berwenang, seperti Tim SAR maupun dinas terkait. "Bangkai penyu yang terdampar bisa kami identifikasi jenisnya dan melaporkannya ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam [BKSDA] DIY serta sesegera mungkin menguburkannya," kata Sudarna.
Diberitakan sebelumnya, penyu langka ditemukan mati membusuk di Pantai Imongrenggo, Desa Karangsewu, Kecamatan Galur. Bangkai penyu berjenis belimbing itu pertama kali ditemukan oleh warga sekitar pada Rabu (14/8).
Bangkai ditemukan sekitar 20 meter dari bibir pantai. Panjang tubuh penyu dari kepala sampai ekor mencapai dua meter dengan lebar satu meter dan berat sekitar 200 kilogram. Dari hasil pemeriksaan, di bagian karapas atau cangkang sebelah kiri terdapat luka sepanjang 20 sentimeter. Hingga kini belum diketahui penyebab pasti kematian penyu tersebut.
"Kami temukan adanya luka di sisi kiri karapas penyu, karena karapasnya ini lunak jadi mudah terluka, kira-kira itu penyebab kematiannya. Sampel organ yang kami ambil yaitu usus kondisinya sudah busuk, kalau diuji di laboratorium agak sulit karena bakteri sudah masuk, jadi dugaan sementara penyu tersebut mati akibat luka," kata dokter hewan di BKSDA DIY, Yunitita Sari.
Soal penyebab luka, Yunitita belum bisa menyimpulkan. Dalam waktu dekat BKSDA bakal berkoordinasi dengan Fakultas Biologi UGM untuk melakukan identifikasi lebih lanjut perihal kematian penyu tersebut. "Tim dari Fakultas Biologi UGM akan mengidentifikasi termasuk mengetahui umur penyu. Rencananya kuburan penyu bakal dibongkar untuk keperluan pemeriksaan," ujarnya.
Yunitita, menjelaskan kematian penyu bisa disebabkan oleh sejumlah hal. Bisa karena faktor usia sehingga penyu rentang kena penyakit, atau bisa juga karena cuaca yang tidak bersahabat. "Sekarang suhu udara dan air laut cukup dingin jadi bisa mempengaruhi kehidupan penyu," ujar