Mohon perhatiannya, semua isi berita diblog ini adalah disalin dari berbagai sumber. Dan hanya sebagai arsip pribadi dan Group Komunitas Warga Kulon Progo.

Seluruh informasi termasuk iklan diblog ini bukan tanggung jawab kami selaku pemilik blog. Kami hanya Memberikan tempat kepada para pengiklan dan sebagai ,media sharing


 tarif jasa kami
KEMBALI KE HALAMAN AWAL – LC FOTOKOPI  *  TARIF JASA FOTOKOPI, PRINT, SCAN, KETIK, PRINT , DLL.   *   MELAYANI PRINT, PRINT COPY SECARA ONLINE


15 August 2019

Warga Kulon Progo Terpaksa Berbagi Air di Wilayah Kekeringan - KOMPAS.com

  • KULON PROGO, KOMPAScom -  Kekeringan masih  melanda beberapa desa dan kecamatan di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
    Warga di wilayah kekeringan terpaksa harus saling berbagi air bersih dari sumur-sumur yang ada.
    Seperti halnya dialami 70 kepala keluarga yang mendiami Dusun Kaligede, Desa Gerbosari, Kecamatan Samigaluh.
    Dusun itu berada pada dataran tinggi Bukit Menoreh. Warga di sana membagi jadwal pengambilan air bersih dari sumur dalam agar tidak cepat habis sepanjang musim kemarau ini.
    Dengan cara ini, warga Kaligede bisa bertahan dari kemarau. Mereka bahkan belum pernah meminta bantuan pasokan air dari pemerintah karena berhasil mengatasi ketersediaan air dengan cara ini. 
    Hal itu diungkapkan Heppy Eko Nugraha, Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penganggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulon Progo, Selasa (13/8/2019).
    "Tergantung efisiensi masyarakat menggunakan air. Seperti di tempat saya, (masyarakat Kaligede) giliran. Yang berada di bawah mengambil malam, yang atas saat pagi. Yang penting bisa untuk mandi, masak, minum. Tidak boleh boros dan tidak boleh menangnya sendiri,” kata Heppy. 
    Menurut dia, warga mulai merasa kekurangan air baku mulai Juni 2019. Mereka sudah mengajukan permohonan bantuan air bersih pada pemerintah.
    Setidaknya ini terungkap dari permohonan perwakilan kelompok masyarakat maupun pemerintah desa setempat. 
    Pemerintah Kulon Progo melalui Dinas Sosial dan sejumlah aksi CSR masih mampu menanganinya.
    Selain itu, sekarang banyak dusun yang warganya masih bisa mencari jalan keluar memperoleh air dengan kearifan lokal mereka. 
    Keberhasilan mengatasi kesulitan air bersih akibat kekeringan itu membuat situsi sekarang belum terasa berat seperti di tahun sebelumnya.
    Heppy menceritakan, Pemda Kulon Progo sampai menerbitkan status Darurat Kekeringan karena hampir semua kecamatan di Kulon Progo kehilangan air baku pada musim panas 2018.
    “(Sekarang) Warga yang meminta bantuan air bersih masih dapat diatasi secara sektoral,” katanya.
    Walau keadaan belum parah, BPBD terus menjalin mengkoordinasikan dengan Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak (P3A) Kulon Progo yang juga memiliki pos anggaran dropping bantuan air bersih ke warga.
    Kekeringan melanda Kulon Progo dalam 3 bulan belakangan ini, sejak Mei 2019 lalu.
    Sumur-sumur warga sebagai persediaan air tanah di beberapa wilayah semakin surut dan berkurang. Prakiraan puncak musim kemarau terjadi pada Agustus, bulan ini.
    Kemarau diperkirakan masih bertahan lama hingga Oktober 2019 mendatang.
    Pemerintah mengharapkan dampak musim kemarau yang dialami warga dapat segera teratasi.
    Warga yang mengalami kesulitan air terdapat di 96 pedukuhan dari 23 desa yang tersebar di enam wilayah kecamatan.
    Tercatat sekitar 4008 kepala keluarga (KK) atau 7.771 jiwa kesulitan mendapatkan air bersih.
    Dusun-dusun itu terdapat di sebagian Kecamatan Samigaluh, Kalibawang, Kokap, Girimulyo, sebagian di wilayah Kecamatan Pengasih dan Kecamatan Panjatan. 

Share:

BERITA KULON PROGO TERBARU

SITEMAP

Archive