06 August 2016
Ganti rugi lahan Bandara Kulon Progo capai Rp4,08 triliun
Dua Pekan Lagi, Kompensasi Bandara Kulon Progo Dibayarkan
Papan bertuliskan aneka penolakan pembangunan bandara baru di Kecamatan Temon, Kulon Progo, DIY. (Metrotvnews.com/Ahmad Mustaqim) |
Kepastian ini disampaikan Kepala kakanwil Badan Pertanahan Nasional (BPN) DIY Ari Yuriwin di Yogyakarta, Jumat, 5 Agustus. Kompensasi itu untuk 4.347 bidang tanah milik warga serta untuk 885 pekerja penggarap di tanah Pakualaman.
Pemberian uang kompensasi akan dilakukan secara bertahap. Mekanisme pembayaran tengah dimatangkan oleh BPN DIY.
Pemilik lahan yang telah sepakat di musyawarah awal akan diprioritaskan lebih dulu mendapat kompensasi. Sementara, bangunan pemerintah dan tanah Pakualaman berada di urutan terakhir.
Para penggarap wajib membawa bukti tertulis yang menyatakan mereka benar menggarap lahan Pakualaman untuk mencairkan uang kompensasi. "Karena sekarang sudah banyak lahan yang pindah tangan garapan," tegasnya.
Besaran kompensasi mengacu pada hasil tim penilai independen. Sayangnya, Ari enggan merinci besaran nilai kompensasi.
Hingga kini, BPN masih menemukan ada selisih tanah sebanyak 64 bidang. Selisih ini muncul dari hasil penghitungan dan pencocokan data dari peta bidang dengan tim penilai. Pihaknya masih mencaritahu selisih ini dengan mencocokkan objek dan subjek bidang tanah ini.
Pro dan Kontra
Tak semua warga Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo sepakat dengan pembangunan bandara. Mereka yang menolak tergabung dalam Wahana Tri Tunggal. Sejak tahun lalu, mereka menggelar demonstrasi penolakan. Jalur hukum pun ditempuh meski akhirnya kandas.
Beredar Rekomendasi Diduga Palsu untuk Cabup Kulonprogo
05 August 2016
Pemkab Lakukan Kaderisasi Nelayan
Ini Alasan Pelajar Bawah Usia Tak Boleh Kemudikan Kasus
02 August 2016
Penyandang Disabilitas di Kulonprogo Dapat Pengobatan Gratis
Pengembangan Wisata Kulon Progo Tunggu Bandara
- Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, belum membuat perencanaan pengembangan objek wisata pantai di wilayah selatan daerah itu karena masih menunggu rencana induk pembangunan bandara.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kulon Progo Agus Langgeng Basuki di Kulon Progo, Senin (1/8), mengatakan sesuai rencana tata ruang wilayah, kawasan selatan sudah banyak program pembangunan skala besar, seperti pasir besi, bandar udara, dan pelabuhan.
"Kami masih merencanakan pengembangan objek wisata Pantai Glagah dan Trisik, tapi tidak dalam waktu dekat," kata Langgeng.
Ia mengatakan pengembangan Pantai Glagah menunggu rencana induk bandara. Bappeda tidak mungkin membuat atau mengubah kawasan Pantai Glagah karena perencanaannya harus menunggu bandara, supaya tidak tumpang tindih kebijakan.
"Kami masih menunggu rencana induk bandara. Setelah itu, kami baru merencanakan langkah selanjutnya," kata dia.
Saat ini, kata Langgeng, Pemkab Kulon Progo akan melakukan pendekatan kelompok sadar wisata (Pokdarwis) untuk pengembangan tambak udang di Kawasan Pasir Kadilangu dan Pasir Mendit.
Rencananya, lokasi tersebut akan dikembangkan wisata mangrove secara profesional. Sehingga, saat bandara beroperasi menjadi wisata alternatif yang potensial dalam mendorong perekonomian masyarakat.
"Hal ini yang perlu, kami rencanakan sebaik mungkin. Tambak udanb, kami kembangkan menjadi objek wisata baru," kata dia.
Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kulon Progo Krissutanto mengatakan rencana detail teknis (DED) kawasan selatan, khususnya Pantai Glagah dan Congot sudah disusun, tapi dengan adanya rencana bandara belum dapat dilaksanakan dan harus direviuw sesuai dengan DED bandara.
"Sampai saat ini, kami masih menunggu DED bandara. Nanti, kalau DED bandara, kami akan menyesuaikan untuk luasan, sarana dan prasarana, serta jalan dari Glagah ke Congot yang terkena bandara. Sehingga kami harus mengulang penyususunan atau mereview DED," kata Krissutanto.
Menurut dia, daya tarik Pantai Glagah dan Congot adalah laguna, pemecah gelombang, pelabuhan samudera, dan tambatan perahu wisata, plus bandara. Harapannya, wisatawan dapat melihat pesawat. Pemkab Kulon Progo berharap pagar bandara dibuat secara transparan.
"Objek wisata pantai tetap hidup, dan akan dikembangkan sesuai ketentuan berlaku," katanya.
ANTARA
30 July 2016
Taman Sungai Mudal, Kesempurnaan Perbukitan Menoreh
Kulonprogo yang berbatasan langsung dengan Perbukitan Menoreh, semakin menunjukkan keindahannya. Warga semakin hari menggali setiap potensi dari alam sekitarnya sebagai tempat wisata yang menarik bagi wisatawan.
Taman Sungai Mudal menyempurnakan keindahan Bukit Menoreh dengan memperkenalkan wisata alam unik di tengah hijaunya pepohonan yang asri. Berkunjung ke wisata alam tersebut, wisatawan akan dimanjakan dengan adanya air terjun, kolam alami serta taman yang sangat indah.
Taman Sungai Mudal terletak di desa Jatimulyo, Girimulyo, Kulon Progo, Jogja. Nama Mudal sendiri berasal dari nama mata air salah satu gua di Girimulyo yang memancar setiap tahun untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat. Dari sumber mata air itulah mengalir dengan deras ke bawah membentuk Air Terjun Mudal, Air Terjun Kembang Soka, dan mengalir lagi ke bawah menuju Air Terjun Kedung Pedut.
Wisata alam yang berada sekitar 3 km dari Gua Kiskendo tersebut dapat dikunjugi dengan melewati tanjakan yang cukup tinggi dan jalan berbatu. Meski demikian jalanan dapat dilalui dengan kendaraan beroda dua.
Sebelum sampai Taman Sungai Mudal, wisatawan akan disuguhkan adanya pemandangan hutan pinus yang masih asri. Dan ditemani gemericik air terjun di sisi kanan yang masih sangat alami karena memang belum diolah oleh masyarakat.
Setelah berjibaku dengan terjalnya jalanan, rasa lelah akan hilang bersama aliran Sungai Mudal yang jernih dan pemandangan tebing di kiri kanan sungai. Wisatawan juga dapat menikmati segarnya air pegunungan dengan berenang di sungai tersebut.
Sungai dengan panjang 600 meter tersebut memiliki kedalaman yang cukup dalam yaitu 2-3 meter. Sehingga wisatawan dapat menggunakan ban yang disewakan dengan harga Rp 5.000/ban. Meski demikian jika membawa anak-anak, dihimbau untuk bermain di sungai yang dangkal demi kenyamanan wisatawan.
Setelah lelah bermain air, wisatawan dapat menikmati indahnya taman buatan di sekitar sungai yang sudah ditata sedemikian rupa, sehingga taman tersebut terlihat sangat alami. Dengan latar tebing batu Gunung Kelir menambah keeksotisan wisata alam tersebut.
Tidak jauh dari taman, ada tangga bambu kecil yang akan mengantarkan pada Air Terjun Mudal dan beberapa kolam alami lainnya. Saat musim hujan tiba air terjun tersebut sangatlah indah, saat musim kemarau tiba dengan debit air yang kecil menyebabkan bebatuan di sekitar air terjun nampak indah pula dengan lumut hijau menutupinya.
Selain menikmati pemandangan alam yang sangat mempesona tersebut, wisatawan dapatcamping di area camping ground yang telah disediakan. Atau melakukan rapelling dan water canyoning di Air Terjun Mudal saat musim hujan. Bahkan menguji adrenalin dengan bermain flying fox juga dapat ditemui di wisata tersebut.
Fasilitas yang disediakan cukup lengkap. Mulai dari penjual makanan, kamar mandi, hingga gazebo-gazebo sekedar untuk beristirahat berjajar rapi disana.
Yang unik dari wisata alam tersebut adalah dimana wisatawan dapat menanam atau menyumbangkan benih tanaman bahkan bunga di Taman Sungai Mudal dalam program "Trees of Hope". Hal ini bertujuan agar kelestarian alam Menoreh khususnya Taman Sungai Mudal tetap terjaga.
Nah, menarik bukan? Taman Sungai Mudal wajib ada dalam daftar destinasi kamu selanjutnya. Berlibur bersama keluarga juga lebih asyik.
Jangan lupa tetap menjaga kebersihan lingkungan dan tetap berhati-hati.
Kontributor – Kurnia Fatchul Ma'rifah
sumber : http://kanaljogja.com/pemkab-kulon-progo-siapkan-5-embung-di-perbukitan-menoreh/
PROYEK BANDARA KULONPROGO Ganti Rugi Bandara Dibayar 15 Agustus
Kulon Progo petakan lokasi-lokasi penopang KSPN Borobudur
Kulon Progo (ANTARA News) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengidentifikasi dan memetakan jalan-jalan dan titik-titik lokasi di Kecamatan Samigaluh yang dapat menjadi penopang Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Borobudur, Jawa Tengah.