Harianjogja.com, KULONPROGO--PT Angkasa Pura (AP) I berencana
mengadopsi pendekatan kultural yang dilakukan PT AP II dalam
pembangunan bandara baru di Kecamatan Temon. Hal itu diungkapkan
Direktur Kepersetaan dan Keuangan PT AP I Aryadi Subagyo seusai
pelaksanaan kunjungan kerja Pemkab Kulonprogo ke Bandara
Ineternasional Minangkabau (BIM) PT AP II di Padang Pariaman belum
lama ini.
Menurut Aryadi pendekatan kultural yang dilakukan PT AP II dalam tahap
pembebasan lahan dinilai efektif dan berhasil membuat warga percaya
serta membuktikan pembangunan bandara selalu berdampak positif bagi
warga sekitar. Dalam proses pembangunan BIM, tuturnya, pembebasan
lahan melibatkan tokoh adat yang memiliki sebagian besar tanah.
"Saya akan menyampaikan hasil pertemuan kepada jajaran direksi dan
menentukan langkah strategis selanjutnya," ujarnya belum lama ini.
Diungkapkannya, pembangunan bandara bukan untuk mencari keuntungan
karena dari segi bisnisbreak-even point(BEP) bandara baru yang berada
di Temon akan tercapai setelah 17 tahun. Ia menilai, pembangunan
bandara baru bertujuan untuk membuatcity airportpertama di Indonesia
yang berdampak pada kemajuan wilayah di sekitarnya.
"Kalau berpikir segi bisnis biar saja bandara tetap di Adisucipto dan
pengunjung berdesak-desakan, namun kami mengedepankan aspek pelayanan
sehingga kenyamanan tetap harus diutamakan," terang Aryadi.
Ia mengatakan dalam penerapan pendekatan kultural akan menggandeng UGM
untuk melakukan pemetaan sehingga jelas emografis
serta psikografis masyarakat setempat. Persoalan-persoalan lain yang
ditemukan dalam kunjungan, imbuhnya, juga akan ipaparkan secara detail
kepada direksi, seperti, latar belakang kepemilikan lahan, kondisi
lahan, dan sebagainya.
mengadopsi pendekatan kultural yang dilakukan PT AP II dalam
pembangunan bandara baru di Kecamatan Temon. Hal itu diungkapkan
Direktur Kepersetaan dan Keuangan PT AP I Aryadi Subagyo seusai
pelaksanaan kunjungan kerja Pemkab Kulonprogo ke Bandara
Ineternasional Minangkabau (BIM) PT AP II di Padang Pariaman belum
lama ini.
Menurut Aryadi pendekatan kultural yang dilakukan PT AP II dalam tahap
pembebasan lahan dinilai efektif dan berhasil membuat warga percaya
serta membuktikan pembangunan bandara selalu berdampak positif bagi
warga sekitar. Dalam proses pembangunan BIM, tuturnya, pembebasan
lahan melibatkan tokoh adat yang memiliki sebagian besar tanah.
"Saya akan menyampaikan hasil pertemuan kepada jajaran direksi dan
menentukan langkah strategis selanjutnya," ujarnya belum lama ini.
Diungkapkannya, pembangunan bandara bukan untuk mencari keuntungan
karena dari segi bisnisbreak-even point(BEP) bandara baru yang berada
di Temon akan tercapai setelah 17 tahun. Ia menilai, pembangunan
bandara baru bertujuan untuk membuatcity airportpertama di Indonesia
yang berdampak pada kemajuan wilayah di sekitarnya.
"Kalau berpikir segi bisnis biar saja bandara tetap di Adisucipto dan
pengunjung berdesak-desakan, namun kami mengedepankan aspek pelayanan
sehingga kenyamanan tetap harus diutamakan," terang Aryadi.
Ia mengatakan dalam penerapan pendekatan kultural akan menggandeng UGM
untuk melakukan pemetaan sehingga jelas emografis
serta psikografis masyarakat setempat. Persoalan-persoalan lain yang
ditemukan dalam kunjungan, imbuhnya, juga akan ipaparkan secara detail
kepada direksi, seperti, latar belakang kepemilikan lahan, kondisi
lahan, dan sebagainya.