KULON PROGO, KOMPAS.com - Festival kebudayaan kembali menyemarakkan atmosfer Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Hajatan tahunan dengan nama Menoreh Art Festival 2019 (MAF) berlangsung selama 9 hari sejak hari ini, 12 Oktober 2019, sampai 20 Oktober 2019.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, banyak pertunjukkan seni dan budaya yang berbeda-beda setiap hari sepanjang lebih sepekan ke depan. Di antaranya atraksi tari, musik daerah, parade karnival hingga pertandingan olahraga tradisional.
Semua berlangsung di Alun-alun Kota Wates, Kulon Progo. Pemerintah menggelar ini untuk memperingati Hari Jadi ke-68 Kulon Progo.
"Keseluruhan rangkaian kegiatan tersebut menunjukkan betapa luar biasa kaya budaya kita. Mari kita dukung dan berpartisipasi di dalamnya," kata Plt Bupati Kulon Progo, Sutedjo saat membuka final pertandingan Nglarak Blarak di Alun-alun Wates, Sabtu (12/10/2019).
Festival kebudayaan mendorong seluruh potensi seni dan budaya Kulon Progo muncul, mempertontonkan kemampuannya, dan menyedot penonton.
Diawali dengan pertandingan Ngalarak Blarak yang digelar di alun-alun. Ini pertandingan olahraga khas dan hanya ada di Kulon Progo saja.
Pertandingan ini dulunya hanyalah permainan anak-anak dan pemuda desa menggunakan blarak (dahan kelapa yang masih berjanur) di kampung penderes nira kelapa di perbukitan Menoreh.
Pemerintah mengemasnya menjadi sebuah pertandingan. Jadilah sekarang Nglarak Blarak sebagai lomba pacuan manusia menggunakan dahan pohon kelapa.
Pemerintah mengangkatnya menjadi olahraga tradisional Kulon Progo. Olahraga ini pun naik daun dalam 3 tahun belakangan.
"Awalnya (MAF 2019) adalah final Nglarak Blarak, selanjutnya macam-macam kegiatan," kata Joko Mursito, Sekretaris Dinas Kebudayaan Kulon Progo, sebelumnya.
KOMPAS.com/ DANI J Warga bahkan menonton dari jarak sangat dekat pertunjukan sendratari Sugriwa Subali. Mereka memadati sampai nekat menaiki panggung. Sendratari ini salah satu agenda dalam Menoreh Art Festival 2018 dalam rangka menyambut Hari Jadi ke-67 Kulon Progo.Joko mengungkapkan, rangkaian kegiatan berlanjut pada kegiatan lain sampai malam. Setelah Nglarak Blarak berlanjut dengan Parade Penyanyi Campursari.
Di hari-hari berikutnya ada pertunjukkan wayang menggunakan tiga kelir atau layar. Kemudian pertunjukkan Sendratari Sugriwa Subali dan Sendratari Api di Bukit Menoreh sebagai ikon Kulon Progo.
Kegiatan olah raga tradisional lain adalah pertandingan jemparingan atau memanah tradisional tingkat nasional.
Belum lagi ada macapatan massal, karawitan dan paduan suara maupun flashmob.
Warga-warga dari pegunungan juga turun ke MAF untuk mengikuti festival bulan purnama sambil bermain musik dari lesung penumbuk padi.
Dalam gelar MAF 2019 ini pemerintah juga memberi anugerah bagi sejumlah tokoh budaya. Pemerintah juga merilis buku berjudul "Sanun" yang menceritakan kisah seorang tentara pelajar asli Kulon Progo yang jadi polisi lantas terbunuh di lapangan Shanun di Kecamatan Sentolo.
"Kami juga akan memberikan anugerah kepada beberapa tokoh budaya," kata Joko.
Pemerintah berharap dengan adanya festival ini dapat memperkenalkan kebudayaan yang telah ada di Kulonprogo ke pada masyarakat luas.
Di hari-hari berikutnya ada pertunjukkan wayang menggunakan tiga kelir atau layar. Kemudian pertunjukkan Sendratari Sugriwa Subali dan Sendratari Api di Bukit Menoreh sebagai ikon Kulon Progo.
Kegiatan olah raga tradisional lain adalah pertandingan jemparingan atau memanah tradisional tingkat nasional.
Belum lagi ada macapatan massal, karawitan dan paduan suara maupun flashmob.
Warga-warga dari pegunungan juga turun ke MAF untuk mengikuti festival bulan purnama sambil bermain musik dari lesung penumbuk padi.
Dalam gelar MAF 2019 ini pemerintah juga memberi anugerah bagi sejumlah tokoh budaya. Pemerintah juga merilis buku berjudul "Sanun" yang menceritakan kisah seorang tentara pelajar asli Kulon Progo yang jadi polisi lantas terbunuh di lapangan Shanun di Kecamatan Sentolo.
"Kami juga akan memberikan anugerah kepada beberapa tokoh budaya," kata Joko.
Pemerintah berharap dengan adanya festival ini dapat memperkenalkan kebudayaan yang telah ada di Kulonprogo ke pada masyarakat luas.
KOMPAS.com/ Dani J Tari Barong di Pertunjukan Seni Perbatasan dalam rangka Menoreh Art Festival 2018 di Kulon Progo, DIY, Rabu (17/10/2018) malam.Semuanya ini bagian dari rangkaian kegiatan peringatan hari jadi ke-68 Kabupaten Kulon Progo. Rangkaian acara HUT sejatinya sudah dimulai sejak 9 September 2019 lalu dengan turnamen sepakbola.
Dilanjutkan lomba lain, seperti lomba sapi potong, kambing PE, pameran pembangunan Kulon Progo, donor darah, dan berbagai even lainnya.
Gelar seni dan budaya di Menoreh Art Festival 2019 menjadi pamungkas.
Pasar Kangen
Sedikit berbeda dengan MAF tahun sebelumnya. Festival kebudayaan MAF berlanjut dengan Pameran Seni Rupa 'RUPAKU' yang berlangsung di Taman Budaya Kulon Progo pada 21-30 Oktober 2019.
MAF pada tahun-tahun sebelumnya, pameran seni rupa jadi satu lokasi dengan festival budaya berlangsung, yakni alun-alun.
"Yang ditampilkan mulai dari komunitas perupa, juga mengundang kurator dari Jogja, pelaku budaya, komunitas seni pertunjukan," katanya.
Pameran seni rupa tidak berlangsung sendiri. Pemkab mengemas Taman Budaya menjadi semacam Pasar Kangen. Di pasar itu ada berbagai kuliner khas Kulon Progo dan pernak pernik produksi masyarakat Kulon Progo.
"Banyak menampilkan wajah Kulon Progo dari sisi kebudayaan dan kuliner," kata Joko.
Sumber Berita :
Dilanjutkan lomba lain, seperti lomba sapi potong, kambing PE, pameran pembangunan Kulon Progo, donor darah, dan berbagai even lainnya.
Gelar seni dan budaya di Menoreh Art Festival 2019 menjadi pamungkas.
Pasar Kangen
Sedikit berbeda dengan MAF tahun sebelumnya. Festival kebudayaan MAF berlanjut dengan Pameran Seni Rupa 'RUPAKU' yang berlangsung di Taman Budaya Kulon Progo pada 21-30 Oktober 2019.
MAF pada tahun-tahun sebelumnya, pameran seni rupa jadi satu lokasi dengan festival budaya berlangsung, yakni alun-alun.
"Yang ditampilkan mulai dari komunitas perupa, juga mengundang kurator dari Jogja, pelaku budaya, komunitas seni pertunjukan," katanya.
Pameran seni rupa tidak berlangsung sendiri. Pemkab mengemas Taman Budaya menjadi semacam Pasar Kangen. Di pasar itu ada berbagai kuliner khas Kulon Progo dan pernak pernik produksi masyarakat Kulon Progo.
"Banyak menampilkan wajah Kulon Progo dari sisi kebudayaan dan kuliner," kata Joko.
Sumber Berita :