[image: Anggota tim juri memeriksa ukuran tubuh kambing peranakan etawa
yang mengikuti kontes kambing PE dan sapi putih di Lapangan Pengasih,
Kulonprogo, Rabu (7/10/2015). (JIBI/Harian Jogja/Rima Sekarani I.N.)]
*Harianjogja.com, KULONPROGO*-Peternak kambing peranakan etawa (PE) diimbau
tidak menjual pejantan unggul kepada konsumen luar daerah. Tujuan demi
mempertahankan kualitas bibit kambing PE asal Kulonprogo.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Bidang Peternakan Dinas Kelautan Perikanan
dan Peternakan (DKPP) Kabupaten Kulonprogo, Nur Syamsu Hidayat, di sela
kontes kambing PE dan sapi putih di Lapangan Pengasih, Kulonprogo, Rabu
(7/10/2015). Dia mengaku sudah menyepakati kebijakan itu dengan
kelompok-kelompok peternak di Kulonprogo.
Nur memaparkan, upaya penjaringan bibit kambing PE kualitas A masih terus
dilakukan. Kambing-kambing itu sebisa mungkin tidak boleh keluar dari
Kulonprogo. Pemkab Kulonprogo juga menyediakan anggaran khusus untuk
pengembangan bibit kambing PE berkualitas unggul.
"Kambing PE yang boleh keluar hanya kualitas B dan C," kata Nur.
Nur menyadari peternak rawan tergiur dengan harga tinggi yang ditawarkan
konsumen demi pejantan unggul. Apalagi jika pejantan itu sering memenangkan
kejuaraan. Dia mengungkapkan, pernah ada pejantan yang ditawar sampai Rp90
juta. Meski demikian, dia berharap peternak bisa menjaga komitmen untuk
menjaga kualitas bibit kambing PE.
Kontes hari itu, lanjut Nur, juga diselenggarakan untuk meningkatkan
kualitas bibit kambing PE. Acara itu sekaligus menjadi ajang evaluasi
program pendampingan dan penyuluhan yang selama ini dilakukan DKPP
Kulonprogo.
"Peternak yang menjadi peserta bisa saling tukar informasi dan berbagi tips
perawatan kambing," ujar Nur.
Bambang Subagiyo, peternak asal Dusun Gendu, Desa Jatimulyo, Kecamatan
Girimulyo mengaku kambing PE pejantan miliknya seberat 115 kilogram pernah
ditawar Rp50 juta. Menurutnya, pejantan yang pernah meraih prestasi tingkat
nasional bahkan bisa bernilai Rp100 juta.
"Tapi tetap tidak kita buka [jual]," ungkap Bambang.
Bambang bertekad tidak menjual pejantan unggulnya. Anak kambing atau cempe
berusia tiga bulan ke bawah saja bisa dihargai Rp3 juta hingga Rp15 juta
per ekor. Terakhir, dia menjual seekor cempe berusia tiga bulan seharga
Rp10 juta ke Jakarta.
"Kalau jual pejantan itu ibarat kehilangan kekuatan intinya," ucapnya.
Bambang lalu menjelaskan, kualitas kambing PE diantaranya terlihat dari
kondisi fisik yang tinggi dan besar. Hal itu juga tampak dari panjang dan
tebalnya bulu bagian belakang panjang serta telinga. Selain memperhatikan
kualitas pakan, kambing PE juga harus rajin perawatan. Misalnya dimandikan
dengan sampo dan kondisioner seminggu sekali.