Mohon perhatiannya, semua isi berita diblog ini adalah disalin dari berbagai sumber. Dan hanya sebagai arsip pribadi dan Group Komunitas Warga Kulon Progo.

Seluruh informasi termasuk iklan diblog ini bukan tanggung jawab kami selaku pemilik blog. Kami hanya Memberikan tempat kepada para pengiklan dan sebagai ,media sharing


 tarif jasa kami
KEMBALI KE HALAMAN AWAL – LC FOTOKOPI  *  TARIF JASA FOTOKOPI, PRINT, SCAN, KETIK, PRINT , DLL.   *   MELAYANI PRINT, PRINT COPY SECARA ONLINE


15 October 2015

Jamasan Pusaka Kitab Daun Lontar Kalimasodo Tarik Antusiasme Warga

TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO -Prosesi jamasanpusaka kitab daun lontar
kalimasodo yang diturunkan sang pemilik Mangun Sendjoyo kembali
dilakukan di rumah Mugiharjo, warga Dusun Klebakan, Desa Salamrejo,
Sentolo, Rabu (14/10/2015).

Bertepatan moment menyambut 1 Suro, pembersihan pusaka berupa kitab
itu juga melibatkan dan disaksikan warga sekitar.

Mugiharjo kini merupakan generasi kelima dari Mangun Sendjoyo. Sebagai
pemegang kitab daun lontar yang diturunkan leluhurnya itu, Mugiharjo
pun berkewajiban melakukan jamasansetiap tahunnya.

Prosesi itu dimulai pagi. Warga selain beberapa terlibat dalam
jamasan, banyak pula yang datang untuk menyaksikan.

Mugiharjo memulainya dengan mengeluarkan kitab berusia ratusan tahun
itu dari peti penyimpanan.

Kitab yang memang harus dijaga secara hati-hati oleh ahli warisnya ini
dikeluarkan masih dalam bentuk gulungan. Ahli waris dan warga pun
melakukan prosesi dengan mengoleskannya minyak kasturi.

Intinya, pembersihan dilakukan agar tulisan di dalamnya terjaga utuh.

"Dulu hanya keluarga yang boleh menjamas. Sekarang warga terlibat. Ini
agar semua ikut melestarikannya," kata Mugoharjo.

Kitab sepanjang 40 sentimeter dan lebar lima sentimeter berbahan daun
lontar kalimasodo itu diyakini ada sejak zaman Sultan Agung di
Kerajaan Mataram. Isinya merupakan tulisan bahasa Jawa Kawi.

Meski demikian, sampai saat ini belum ada yang dapat membaca pesan
tulisan secara detail.

Inti yang dapat diungkap, sejauh ini kitab daun lontar itu berisi
kalimat syahadat petunjuk jalan kehidupan manusia.

Menurutnya, dahulu kitab itu diberikan Sultan Agung kepada eyangnya
bernama Kyai Jlegong Kethok. Hal ini sebagai penghargaan atas jasa
kyai mengusir bangsa penjajah.

Begitu sang kyai meninggal, konon kabarnya dihukum mati akibat suatu
peristiwa, kitab itu diturunkan kepada adiknya, Panji Darmo Gathi,
yang tak lain adalah leluhur Mangun Sendjoyo. Di tangan Mugiharjo,
kitab itu berarti telah sampai ke generasi kelima.

Seorang warga, Gunanto, menganggap prosesi tersebut merupakan bagian budaya.

"Saya dua kali ikut prosesi ini. Nampaknya kali ini lebih halus
jamasannya," ujarnya.(*)
Share:

BERITA KULON PROGO TERBARU

SITEMAP

Archive