Mohon perhatiannya, semua isi berita diblog ini adalah disalin dari berbagai sumber. Dan hanya sebagai arsip pribadi dan Group Komunitas Warga Kulon Progo.

Seluruh informasi termasuk iklan diblog ini bukan tanggung jawab kami selaku pemilik blog. Kami hanya Memberikan tempat kepada para pengiklan dan sebagai ,media sharing


 tarif jasa kami
KEMBALI KE HALAMAN AWAL – LC FOTOKOPI  *  TARIF JASA FOTOKOPI, PRINT, SCAN, KETIK, PRINT , DLL.   *   MELAYANI PRINT, PRINT COPY SECARA ONLINE


20 February 2019

Kamijoro, Taman Bendungan Paling "Instagenic" di Kulon Progo - KOMPAS.com

KULON PROGO, KOMPAS.com - Taman Bendung Kamijoro bagaikan magnet baru bagi Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Taman ini berada di Dusun Kaliwiru, Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo, Kulon Progo.

Ribuan orang datang ke bendungan ini setiap harinya. Mereka berasal dari beragam kota baik dari pelosok-pelosok Kulon Progo, Bantul, Sleman, Gunung Kidul, Kota Yogyakarta. Tidak sedikit warga yang datang dari Jawa Tengah seperti Magelang, Purworejo, bahkan Surakarta.

Warga datang bukan hanya jadi wisatawan tetapi juga mengadu nasib untuk mendapatkan rezeki dari banyaknya wisatawan. Mereka berkendara dengan motor hingga mobil dan memenuhi kantong-kantong parkir di sekitaran dusun.

"Belum pernah saya lihat tempat (wisata) sampai didatangi orang sebanyak ini. Coba lihat, jembatan itu sampai penuhnya seperti itu," kata Budi Utomo, warga asal perbatasan Yogyakarta dengan Klaten.

Budi sengaja merekam momen keramaian ini untuk dokumentasi.

Taman merupakan bagian dari bendungan Kamijoro yang melintang seolah menahan derasnya aliran Sungai Progo, salah satu sungai terbesar yang membelah Yogyakarta. Bagian bendungan di sisi Timur berupa pintu sistem pengairan atau irigasi untuk sawah-sawah desa yang berada di Bantul dan sekitarnya.



KOMPAS.com/ DANI J Jembatan di atas Bendungan Kamijoro menghubungkan Kabupaten Kulon Progo dan Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Ribuan warga jalan dan menyesaki jembatan ini. Warga datang ke sana untuk memuaskan rasa penasaran setelah jembatan dan taman menjadi viral. Taman Bendung Kamijoro jadi destinasi baru bagi wisatawan.

Di atas bendungan terdapat jembatan cantik sepanjang 161 meter dengan lebar 3 meter. Bentuk jembatan serupa Jembatan Ampera di Palembang, lengkap dengan hiasan tali baja. Kanan-kiri jembatan dipasang pengaman dan lampu penerang bagi orang yang menyeberang pada malam hari.

Kabupaten Bantul dan Kulon Progo terhubung oleh jembatan ini, tepatnya antara Dusun Plambongan, Desa Triwidadi, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul dengan Kaliwiru, Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo, Kulon Progo. Tanpa jembatan itu, orang harus memutar sangat jauh.

Taman Bendung Kamijoro berada di sebelah Barat jembatan dan masuk dalam wilayah Kaliwiru. Taman inilah tujuan akhir mereka yang datang ke Kamijoro.


KOMPAS.com/ DANI J Plaza Taman Bendung Kamijoro menghadap ke aliran Sungai Progo menuju Samudera Hindia. Magnet baru ini berada di Dusun Kaliwiru, Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo, Kulon Progo.

Seorang pelaksana proyek pembangunan bendung Kamijoro mengungkap bahwa luas taman kira-kira sekitar 40.000 meter persegi. Taman memiliki plaza terbuka untuk tempat orang berkumpul, foto-foto, dan bisa untuk melaksanakan aktivitas massal. Pada plaza terdapat undak-undak memanjang yang bisa dipakai sebagai panggung ataulah tempat duduk. Warga suka berdiri dan foto-foto di undakan yang punya latar tulisan "Bendung Kamijoro" dengan tulisan latin maupun Jawa.

Di sisi lain dari taman, terdapat shelter bertudung tenda raksasa yang dipakai warga untuk berteduh. Tak jauh dari tenda terdapat taman bermain bagi anak-anak yang menyukai jungkat jungkit, ayunan, hingga luncuran.

Selain itu, taman juga dikemas menjadi kawasan pohon buah-buahan dengan batang keras. Sedikitnya ada sekitar 300 pohon buah dengan batang keras, mulai dari jambu air hingga jambu kristal, sawo, kelengkeng, rambutan, mangga.

"Ada durian juga. Kalau sudah besar nanti jadi kebun buah-buahan," kata Agung, seorang pelaksana kerja di proyek tersebut.


Semua terhubung oleh pedestrian. Beberapa lokasi tanpa semenisasi ditumbuhi rumput gajah mini dan dihiasi tumbuhan warna-warni. Keberadaan taman ditambah eksotika jembatan membuat orang terus berdatangan.

"Tidak sangka orang datang sebanyak ini," kata Agung.

Taman Bendung Kamijoro mendapat perhatian besar sejak dua minggu terakhir. Mereka berkeliling di taman ini dan tampak tidak terlalu lelah. Mereka bisa duduk di mana saja karena banyak tempat rehat sejenak.

Pedagang asongan asal Bantul bernama Rahayu, 45 tahun, menceritakan, ia pernah menikmati keuntungan besar dalam sehari menjual jajanan pasar di taman itu. Ia menawarkan kacang rebus, arem-arem, serabi, minuman air mineral botol, hingga jagung rebut.

"Saat itu, pengunjung membeli 40 kilogram jagung rebus manis. Cuma di hari Minggu itu saja pernah sampai Rp 450.000," kata Rahayu.

Hasilnya jauh melebihi kerja keras menumbuk biji melinjo dengan ongkos 5000 per kg. "Lebih enak jualan seperti ini jadinya, apalagi sambil lihat orang. Semoga ini ramai terus, biar bisa jualan terus," kata Rahayu.

Kamijoro semakin naik daun seperti ini berkat media sosial. Warga terpancing untuk datang.

Seorang wisatawan asal Gamping, Bantul, bernama Risca, 45 tahun, berkunjung ke taman setelah melihat banyaknya postingan di Facebook dan Instagram. Foto-foto itu menarik dan cantik.

Ia datang satu mobil bersama 6 anggota keluarganya. Ia mengakui, Taman Bendung Kamijoro memang Instagramable.

"Kekurangannya masih gersang dan panas. Ada baiknya berkunjung saat sore saja. Selain itu risiko untuk anak yang berjalan dekat sungai. (Pengamannya) jembatan terlalu tinggi untuk anak," kata Risca saat berada si Kamijoro.

Umardini, 40 tahun, asal Balikpapan, Kalimantan Timur. Ia menyempatkan mampir ke Kamijoro selagi jalan-jalan ke Yogyakarta. Menurutnya, taman ini ruang publik paling indah se-Kulon Progo.

"Saya sering jalan-jalan keliling Kulon Progo. Sejauh ini, taman ini paling indah se-Kulon Progo. Bila banyak tumbuhan dan lebih hijau, maka taman ini berpotensi viral di masa depan seperti hutan pinus Dlingo," kata Umardini.

Lahan Kolonjono

Awalnya, kawasan taman adalah tanah tak bertuan pada aliran sungai dengan luas sampai 7 hektar. Warga sekitar 60 kepala keluarga memanfaatkan tanah itu sebagai tempat menanam kolonjono, rumput untuk pakan kambing dan sapi. Warga kadang menjual pakan ternak in.

Tokoh warga Kaliwiru, Sugeng Lono Raharjo mengungkapkan, warga tidak menolak ketika pemerintah berniat membangun sebuah taman di lahan wedi kenser (istilah jawa pada bekas aliran sungai yang di jadikan lahan untuk bercocok tanam oleh penduduk) itu. Warga menyadari pentingnya bendungan untuk irigasi.

Namun lebih dari itu, warga juga mendapat pencerahan bahwa taman di sebelah Barat bendungan bakal bisa dikelola warga dan memberi pemasukan bagi warga.

"Sehingga mereka lapang dada menyerahkan ke pemerintah," kata Lono, seorang pensiunan guru.



KOMPAS.com/ DANI J Ada area bermain untuk anak di Taman Bendung Kamijoro ini. Magnet baru ini berada di Dusun Kaliwiru, Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo, Kulon Progo.

Benar saja, kini pengunjung ramai sejak awal Februari lalu. Warga Kaliwiru segera menyambut keberadaan taman sebagai destinasi baru di Sentolo. Apalagi mengingat Sontolo minim destinasi wisata.

Taman sungguh menarik perhatian banyak warga. Seperti hari ini, Pengunjung tumpah ruah. Warga bakal mengabadikan foto ketika melintas berjalan kaki di semua sudut taman dan jembatan.

Tidak ada retribusi masuk ke taman maupun jembatan. Warga Kaliwiru pun berinisiatif mengelola parkir, membuat toilet, dan berbagai rencana fasilitas wisata lain di sekitaran taman.

Warga memanfaatkan kesempatan ini unuk menjual karcis parkir Rp 2 ribu untuk sepeda motor dan Rp 5 ribu untuk mobil. Lono mengungkapkan, sebanyak 1.000 karcis parkir terjual dalam satu hari. Jumlah karcis parkir meningkat dua kali lipat bila hari minggu dan hari libur. Tak hanya di Kaliwiru. Warga Pajangan, Bantul di sisi timur jembatan, juga ketiban rezeki.

Warga juga memanfaatkan momen untuk berjualan. Aneka kuliner dijajakan oleh warga setempat, seperti pecel, mie lethek, es krim, dan beragam jajanan pasar khas Yogyakarta.
Share:

17 February 2019

Pelajar Kulon Progo Terlibat dalam Bedah Rumah Warga Miskin - KOMPAS.com




KULON PROGO, KOMPAS.com - Puluhan pelajar terlibat dalam aksi bedah rumah warga miskin di Dusun Nguntuk-unthuk, Desa Ngargosari, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dalam bedah rumah ini, pelajar merasakan pengalaman gotong royong, sebuah kearifan lokal warga Kulon Progo, yang terus bertahan turun temurun.

Selain gotong royong, pelajar bisa memperkokoh bagaimana silaturahmi satu dengan orang lain, saling simpati, mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, juga melatih hidup toleransi.

"Bisa saling membantu, saling tolong menolong dengan sesama, murid bisa saling berkontribusi bersama, dan bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri," kata Saiful Anwar, pelajar Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Samigaluh, seperti tertera dalam rilis via email yang dikirim Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Minggu (17/2/2019).

Puluhan pelajar SMPN 2 Samigaluh ini ikut dalam bedah rumah milik Antonius Jumilan di Ngunthuk-Untuk. Para pelajar terlihat antusias meranting (estafet) ember berisi pasir yang digunakan untuk membangun rumah.

Mereka menyingkirkan perbedaan apapun di antara warga. Kepala SMPN 2 Samigaluh, Sartono mengatakan, pelibatan pelajar dalam bedah rumah bagian dari pendidikan karakter yang memang telah diterapkan dunia pendidikan Kulon Progo.

Karakter pelajar yang diharapkan itu adalah Pancasilais, bisa membantu masyarakat yang kebetulan kurang mampu, dan sekaligus terdidik toleransi.

" Bedah rumah ini kegiatan sekolah praktek langsung dan merupakan kegiatan pengamalan Pancasila secara langsung. Alhamdulillah, kegiatan seperti ini bisa membantu masyarakat yang kebetulan kurang mampu, dan sekaligus mengajarkan toleransi kepada generasi muda dan anak-anak kita, terhadap kondisi lingkungan yang ada. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang sangat positif dan kalau perlu bisa kami tingkatkan," kata Sartono.

Pembangunan rumah layak huni bagi Antonius merupakan bagian dari program bedah rumah bagi warga miskin yang rutin berlangsung di Kulon Progo sejak bertahun-tahun lalu.

Pemkab Kulon Progo bekerja sama dengan perusahaan, berbagai kelompok masyarakat, hingga badan amal, menggelar program yang menyasar rumah warga yang tidak mampu.

Program sekaligus mempertahankan dan terus menggelorakan semangat kegotongroyongan antar warga sekitar. Gotong royong itu diwujudkan baik dari sisi pembiayaan maupun pelibatan sumber daya manusia dari berbagai kelompok.

Bedah rumah memang sudah berlangsung lama. Rata-rata dilakukan pada hari Minggu di beberapa titik.

Seperti di hari ini saja, bedah rumah juga berlangsung di rumah milik Sumanto warga Separang Pagerharjo Samigaluh.

Aksi peduli ini semakin memperlihatkan bagaimana masih banyak warga di Kulon Progo hidup dalam kondisi memprihatinkan, utamanya di daerah dengan medan sulit di Bukit Menoreh. Mereka memerlukan uluran tangan.

Wakil Bupati Kulon Progo, Sutedjo menyatakan, pentingnya gotong royong karena manusia tidak bisa hidup sendiri dan saling membutuhkan bantuan orang lain.

"Dengan bergotong royong merupakan bentuk pengamalan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Kami juga senang para siswa ikut terlibat dalam gotong royong bedah rumah," kata Sutedjo, yang hadir di rumah milik Antonius ini.

Sejumlah pejabat Pemkab, kecamatan hingga perangkat desa, hadir di bedah rumah ini.
Share:

Navigasi Bandara Baru Kulon Progo akan Dilayani "Mobile Tower" - KOMPAS.com




KULON PROGO, KOMPAS.com - Lalu lintas udara di Bandara udara New Yogyakarta International Airport (NYIA) rencananya akan dilayani mobile tower dalam pada April 2019 mendatang.

Pasalnya, tower navigasi atau biasa disebut tower Air Traffic Controller (ATC) bandara diperkirakan belum selesai sepenuhnya di awal NYIA beroperasi.

"Saat ini untuk bangunan tower masih proses pembangunan, jadi untuk pengoperasian penerbangan International nantinya memakai satu mobile tower, AirNav yang menyediakan dan diletakkan di sisi Barat apron," kata Hendro Susanto, Non Terminal Manager NYIA dari AP I, ketika ditemui di prouek pembangunan NYIA, Sabtu (16/2).

Bandara Mutiara SIS Al Jufri Palu pernah memanfaatkan mobil tower seperti ini pada Oktober 2018 silam. Gempa yang mengguncang Palu dan sekitarnya turut merobohkan tower ATC bandara. Kehadiran mobile tower memulihkan sementara lalu lintas udara di Palu, ketika itu.

Rencana pemanfaatan mobile tower dilakukan pada Maret mendatang. "Sambil menunggu bangunan tower ATC bisa digunakan," kata Hendro.

Pembangunan NYIA terus menunjukkan pertumbuhan infrastruktur dan bangunan di dalamnya. Secara keseluruhan proyek NYIA sudah memasuki 35 persen pembangunan fisik.

Progres pembangunan terminal salah satu yang paling kelihatan. Terminal sudah berdiri 2 lantai dan dindingnya sudah terpasang kaca.Terminal juga sudah dipasang ubin, platform, hingga instalasi listrik. Masjid tampak sudah selesai lebih dulu.

Landasan pacu sudah memasuki tahap pengaspalan di beberapa titik. Apron hingga paralel taxiway sudah memasuki tahap betonisasi. Semua digarap sekitar 4.500 pekerja.
Share:

Anggota DPR Sebut Bandara Kulon Progo Rawan Gempa & Tsunami - detikFinance

Jakarta - Anggota DPR-RI heran proyek New Yogyakarta International Airport (NYIA) Kulon Progo atau Bandara Kulon Progo dibangun di tengah patahan gempa. Padahal dulunya di lokasi proyek NYIA Kulon Progo pernah terjadi tsunami hebat.
"Dari BNPB sendiri itu meginformasikan kepada kami bahwa NYIA itu di tengah patahan tsunami, bukan hanya gempa," ujar Anggota Komisi VIII dari Fraksi Partai NasDem, Choirul Muna Chozin kepada detikcom.
Hal itu disampaikan Choirul seusai kunker Komisi VIII DPR RI ke Pemda DIY, Kamis (14/2/2019). Dalam kunjungan ini mereka diterima oleh Wakil Gubernur DIY, Kanjeng Gusti Pengeran Adipati Aryo (KGPAA) Paku Alam X.

Choirul menjelaskan, kepada Komisi VIII DPR RI pihak BNPB membenarkan bahwa dulu pernah terjadi tsunami di tempat yang kini dibangun NYIA, makanya dia heran kenapa NYIA dibangun di tempat berisiko.
"Kalau memang betul-betul itu adalah tanah patahan untuk tsunami, itu kan sangat berbahaya," katanya.
Dia mempertanyakan kenapa potensi tsunami ini terkesan tak dianggap serius, padahal menurutnya dalam membangun NYIA pemerintah harus memperhatikan aspek bangunan, penanggulangan, dan mitigasinya.

"Oleh karena itu tadi saya katakan, tanya pada BPBD yang ada di sini seberapa jauh kalau itu memang informasi BNPB (benar). Kenapa ini tidak ditindaklanjuti untuk persoalan ini. Jadi ada suatu keheranan di sini," tuturnya.
Namun karena NYIA terlanjur dibangun, Komisi VIII meminta agar pemerintah melalui pelaksana proyek memperkuat aspek mitigasinya. Serta memperkuat penanggulangan apabila sewaktu-waktu terjadi tsunami.
"Seperti (bandara) di Jepang, juga perlu kita belajar seperti yang ada di sana. Kenapa bandara-bandara yang ada di Jepang dengan tsunami yang begitu hebat itu tidak berimbas begitu hebat. Ini yang perlu dikaji," tutupnya.
Respons Pemprov DIY
Pernyataan berbeda disampaikan KGPAA Paku Alam X. Menurutnya, belum pernah terjadi tsunami di wilayah yang kini sedang dibangun NYIA Kulon Progo, namun dia mengakui ada potensi gempa di sana.

"Kalau informasi patahan itu (gempa) memang secara geologi tergambar. Jadi di sebelah selatan Pulau Jawa itu adalah patahan pasifik. Tapi sepengetahuan saya belum ada cerita tentang tsunami (di lokasi NYIA)," tuturnya.
Kepala Pelaksana BPBD DIY, Biwara Yuswantana mengatakan belum pernah ada gempa di lokasi proyek NYIA. Akan tetapi dia tak menampik adanya potensi tsunami di bandara baru ini.
"Oleh kerana itu mitigasi menjadi bagian pembangunannya, bagaimana kemudian sepanjang pantai di perbatasan bandara dengan laut itu bisa dilakukan langkah-langkah penanaman pohon," ungkapnya.
"Sehingga kemudian mitigasinya adalah baik itu pada konteks infrastruktur maupun konstruksi bangunan bandaranya itu sendiri sudah memperhitungkan aspek itu (kemungkinan terjadinya tsunami)," pungkasnya. (ush/hns)

Share:

16 February 2019

Cegah DBD, Pemkab Kulon Progo Canangkan Gertak PSN - Tribun Jogja


TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Pemerintah Kabupaten Kulon Progo mencanangkan Gerakan Serentak Pemberantasan Sarang Nyamuk (Gertak PSN) yang digelar sebulan penuh.

Hal ini dilakukan untuk mencegah berkembangnya penyakit demam berdarah di tengah masyarakat.

Pencanangan Gertak PSN itu ditandai dengan penggalangan komitmen dari forum komunikasi pimpinan daerah (Forkopimda) di Kulon Progo serta masyarakat, Jumat (15/2/2019) dengan penandatanganan komitmen bersama.

Gertak PSN untuk memberantas jentik nyamuk itu akan digelar mulai hari itu hingga empat pekan ke depan secara berturut-turut setiap Jumat.

"Ini penting untuk sosialisasi kepada masyarakat dan mencegah demam berdarah. Semua unsur akan bergerak mulai pekan ini hingga sebulan ke depan. Semoga dengan ini Kulon Progo bisa terbebas dari penyakit itu," kata Bupati Kulon Progo, Hasto Wardoyo pada Tribunjogja.com.

Kabupaten terbarat di wilayah DIY itu sejauh ini memang masih bergulat dengan penyakit demam berdarah.

Data Dinas Kesehatan setempat menunjukkan bahwa kasus demam berdarah terus muncul setiap tahunnya di berbagai wilayah kecamatan.

Antara lain di wilayah Kecamatan Wates, Kokap, Temon, Pengasih, Lendah, Galur, Nanggulan, Kalibawang, dan Samigaluh.

Tercatat hingga pertengahan Februari ini sudah ada 25 kasus demam berdarah dengue (DBD) dan 116 kasus Demam Berdarah (DB) yang muncul selama 2019.

Adapun pada 2018 lalu terdapat sebanyak 109 orang penderita DBD, 2017 sebanyak 79 orang, dan 2016 terdapat angka tertinggi dalam enam tahun terakhir sebanyak 381 penderita.
Share:

Seluruh SMP Negeri di Kulon Progo Harus Bisa UNBK Mandiri - Tribun Jogja


TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Seluruh Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan sederajatnya di Kulon Progo ditargetkan bisa menggelar Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) secara mandiri pada 2020 nanti.

Kucuran dana dari pemerintah pusat dan daerah akan dioptimalkan untuk mewujudkannya.

Adapun saat ini ada 81 SMP/sederajat di Kulon Progo.

Sebanyak 49 sekolah di antaranya sudah melaksanakan UNBK secara mandiri sementara 30 lainnya masih menumpang di sekolah lain.

Sedangkan dua sekolah belum menggelar UNBK karena masih terhitung baru berdiri.

Kepala Seksi Kurikulum dan Penilaian SMP, Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Kulon Progo, Sumarni mengatakan bahwa target itu sangt mungkin tercapai mengingat adanya bantuan anggaran dari pemerintah setiap tahunnya untuk pemenuhan sarana prasarana sekolah.

Di antaranya Dana Alokasi Khusus (DAK) dari pemerintah pusat serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kulon Progo.

Selain itu pihak skeolahjuga mendapat sumbangan dari wali murid maupun ikatan alumni dan Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

"SMP Negeri kami usahakan bisa UNBK mandiri di 2020. Kalau yang swasta jadi tanggungjawab yayasan namun tetap ada bantuan dari pemerintah," kata Sumarni pada Tribunjogja.com, Jumat (15/2/2019).

Alokasi bantuan dana itu sedikit banyak memang turut mendongkrak kemampuan sekolah dalam penyiapan sarpras sehingga semakin banyak sekolah yang mampu menggelar UNBK secara mandiri.
Share:

KIM di Kulon Progo Wajib Miliki Website dan Medsos - Tribun Jogja



TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) wajib memiliki laman jejaring (website) dan akun media sosial seiring digebernya program Kota Pintar (Smart City) di Kulon Progo.

Hal ini untuk meningkatkan pelayanan informasi dan mengimbangi perekembangan teknologi saat ini.

Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kulon Progo, Rudiyatno mengatakan gencarnya program Smart City itu menuntut KIM untuk mengikuti perkembangan di era teknologi informasi saat ini.

Ia menilai kepemilikan website dan media sosial wajib hukumnya bagi KIM agar tak terseok menghadapi perkembangan teknologi.

"KIM yang fokus dalam informasi harus mengikuti jalannya program Smart City dari Pemkab Kulon Progo. Sehingga, harus segera memiliki website untuk layanan informasi,"kata Rudi dalam rapat koordinasi dengan 11 KIM di wilayah Kulon Progo, Rabu (13/2/2019).

Atas hal itu, Diskominfo berencana memberi pelatihan pembuatan dan pengelolaan website kepada KIM melalui laboratorium komputer yang dimilikinya.

Rencananya, kegiatan itu akan dilakukan pada kurun Februari-Maret 2019 ini.

Perwakilan KIM yang mahir bidang teknologi informasi akan diundang untuk pelatihan itu.

Nantinya, website KIM akan diintegrasikan dengan laman milik Diskominfo agar layanan informasi lebih terdiseminasi.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu (DPMPT) Kulon Progo, Agung Kurniawan menyebut keberadaan KIM sangat penting.
Share:

Kulonprogo Tak Ingin KLA Mentok di Madya - Harian Jogja



Harianjogja.com, KULONPROGO—Kulonprogo sudah dua tahun terakhir hanya mendapat predikat Madya dalam mewujudkan Kabupaten Layak Anak (KLA). Tahun ini, diupayakan ada peningkatan predikat Nindya dalam menuju Kulonprogo KLA.

Kepala Seksi Peningkatan Kualitas Hidup Anak Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos P3A) Kulonprogo Listyani mengungkapkan sejak evaluasi tiap tahun soal KLA dilakukan, pada 2017 dan 2018, predikat yang didapat Kulonprogo hanya tingkat Madya.

"Sebelumnya dapat predikat Pratama pada 2015, lalu meningkat jadi Madya di 2017. Tahun lalu [2018], masih Madya," katanya kepada Harian Jogja, Jumat (15/2/2019). Ada lima tingkat menuju KLA, yaitu Pratama, Madya, Nindya, Utama lalu KLA.

Setelah dilakukan evaluasi, tiap kabupaten mendapatkan skor. Skor dalam tiap tingkatan KLA yaitu dari 500 pada Pratama sampai 1.000 untuk tingkatan KLA. Untuk skor Kulonprogo saat ini masih berkutat sekitar poin 600.

Listyani mengatakan dalam mewujudkan KLA, harus ada komitmen dari masing-masing organisasi perangkat daerah (OPD). Berbagai indikator dalam penilaian KLA di antaranya adanya ruang bermain ramah anak (RBRA), kecamatan ramah anak, desa ramah anak dan sekolah ramah anak.

Sejauh ini Kulonprogo belum mempunyai RBRA. Ruang bermain anak yang ada di Alun-Alun Wates belum tergolong ramah anak. Listyani menambahkan dari 12 kecamatan, baru tujuh kecamatan yang sudah mendeklarasikan kecamatan ramah anak. Untuk desa ramah anak hanya 25% saja yang sudah deklarasi desa ramah anak.

Mengenai akan diresmikannya New Yogyakarta International Airport (NYIA), ia berharap agar disiapkan juga fasilitas-fasilitas yang menunjang ramah anak. "Di bandara harusnya disediakan juga ruang-ruang publik, ada ruang laktasi, ruang ramah bermain anak ataupun toilet khusus anak," ujar Listyani.

Bupati Kulonprogo Hasto Wardoyo mengungkapkan dalam mencapai tingkat KLA, perlu berbagai persiapan dari Pemkab. "Dalam mewujudkan KLA, butuh berbagai langkah terutama komitmen dari OPD, juga bekerja sama dengan dunia usaha, perguruan tinggi, juga media," katanya.
Share:

09 February 2019

Bupati Kulon Progo Targetkan Tali Asih PAG Cair Pekan Kedua Februari - Tribun Jogja



TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Bupati Kulon Progo, Hasto Wardoyo menyebut kemungkinan pencairan dana tali asih bagi warga penggarap lahan Paku Alam Gorund (PAG) terdampak pembangunan New Yogyakarta International Airport (NYIA) di Temon bisa terlaksana jelang pertengahan Februari 2019 ini.

Saat ini tengah dilakukan persiapan teknis pencairan ke rekening bank milik warga.

Hasto mengatakan, saat ini yang perlu berkejaran waktu adalah penyiapan teknis oleh bank yang ditunjuk untuk proses pencairan tersebut, yakni Bank Pembangunan Daerah (BPD) DIY.

Adapun persiapan teknis yang dimaksudnya antara lain penyelesaian pendaftaran rekening warga dan penyiapan notaris untuk mendampingi Pakualaman dalam proses pencairannya nanti.

"Target saya minggu kedua Februari ini bisa terlaksana (pencairan)," kata Hasto, Kamis (7/2/2019).

Dari informasi yang dihimpun Tribunjogja.com, Pura Pakualaman sebagai pemilik lahan itu memang menjanjikan dana kompensasi berupa tali asih bagi para warga bekas penggarapnya.

Nilainya mencapai Rp 25 miliar untuk 1.602.988 meter persegi lahan garapan yang terdampak pembangunan NYIA di Desa Glagah, Palihan, Sindutan, dan Jangkaran.

Dana tersebut diambilkan dari hasil ganti rugi pembebasan lahan PAG seluas 160 hektare oleh PT Angkasa Pura I sebesar Rp701,512 miliar yang sebelumnya dikonsinyasikan di Pengadilan Negeri Wates.

Berdasar pendataan yang dilakukan pihak desa bersama paguyuban penggarap, Dinas Pertanahan dan Tata Ruang (PTR) Kulon Progo mencatat ada ratusan warga penggarap dari keempat desa terdampak itu yang masuk data nominatif sebagai calon penerima dana tali asih.

Yakni, Jangkaran 121 orang, Sindutan 69 orang, Palihan 182 orang, dan terbanyak di Glagah 476 orang.
Share:

Dinas Kesehatan DIY Sosialisasikan Gerakan Hidup Sehat di Kulon Progo - Tribun Jogja


TRIBUNJOGJA.COM - Penyakit tidak menular (PTM) menjadi momok bagi kesehatan masyarakat modern saat ini.
Hal itu sebetulnya bsia dicegah dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Kepala Seksi Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan DIY, dr Veronika Nur Hardiyarti mengatakan ada perubahan pola penjangkitan penyakit di tengah masyarakat saat ini.
Jika dulunya warga lebih banyak terserang penyakit menular, mereka kini justru didera berbagai jenis penyakit tidak menular (PTM).
Di antaranya stroke, diabetes melitus, jantung, asma, kanker, dan lainnya.
Yogyakarta disebutnya termasuk dalam daftar teratas kota di Indonesia dengan riwayat PTM cukup tinggi di masyarakatnya. 
Kondisi itu menurutnya tak lepas dari pola hidup masyarakat yang kurang menerapkan PHBS, di antaranya jarang beraktivitas fisik, kebiasaan merokokdan mengonsumsi minuman beralkohol, kurang konsumsi buah dan sayur, dan lainnya.
Ditambah, sebagian masyarakat kurang menyadari pentingnya cek kesehatan berkala seperti pemeriksaan tekanan darah, kadar gula darah, kadar kolesterol, dan lainnya.
"Tujuh dari 10 persen pasien PTM itu tidak tahu dirinya sakit karena tidak pernah mengecek kondisi tubuhnya,"kata Veronika saat ditemui Tribunjogja.com dalam Sosialisasi Gerakan Hidup Sehat (Germas) di Balai Desa Giripurwo, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, Kamis (7/2/2019).
Germas disebutnya digelar dengan tujuan menciptakan masyarakat yang tetap sehat dan produktif sehingga bisa mencegah munculnya penyakit.
Share:

BERITA KULON PROGO TERBARU

SITEMAP