Mohon perhatiannya, semua isi berita diblog ini adalah disalin dari berbagai sumber. Dan hanya sebagai arsip pribadi dan Group Komunitas Warga Kulon Progo.

Seluruh informasi termasuk iklan diblog ini bukan tanggung jawab kami selaku pemilik blog. Kami hanya Memberikan tempat kepada para pengiklan dan sebagai ,media sharing


 tarif jasa kami
KEMBALI KE HALAMAN AWAL – LC FOTOKOPI  *  TARIF JASA FOTOKOPI, PRINT, SCAN, KETIK, PRINT , DLL.   *   MELAYANI PRINT, PRINT COPY SECARA ONLINE


20 March 2017

Hujan Deras, SD Banasara Terendam Air



Solopos.com, KULONPROGO–Hujan deras sejak Minggu (19/3/2017) malam hingga Senin (20/3/2017) menyebabkan saluran drainase di Desa Jatirejo, Lendah meluap.

Akibatnya, bangunan SD Banasara di Dusun Jimatan Desa Jatirejo terendam hingga selutut orang dewasa.


Saat Harianjogja.com mendatangi lokasi, sebanyak 21 siswa kelas VI tengah mengikuti try out persiapan Ujian Nasional (UN). Mereka dibagi menjadi dua kelas. “Tadi air sempat masuk ke tiga kelas. Beruntung, kelas yang dipakai untuk try out itu tidak terendam air,” kata Kepala SD Banasara Sri Wiyanti saat ditemui di lokasi.

Sementara untuk siswa kelas I-V, Sri mengakui, sengaja diliburkan. Pasalnya, beberapa guru kelas SD Banasara memang tengah bertugas menjadi pengawas try out di sekolah lain.


Ia menambahkan, setiap musim penghujan bangunan sekolahnya memang terendam. Hujan deras membuat yang menyebabkan debit air meningkat. Sementara saluran drainase yang berada di depan sekolah tak mampu menampungnya.

Itulah sebabnya, ketimbang meninggikan pondasi dan tanah sekolah, ia menyarankan kepada pemerintah terkait untuk melakukan perbaikan saluran drainase tersebut.

Kendati begitu, ia sebenarnya sudah melaporkan kondisi banjir tahunan itu, baik kepada pemkab maupun Pemda DIY. Selama ini banjir itu sudah terjadi sejak empat tahun terakhir, namun hingga kini sama sekali belum ada respon. Diakuinya, sekolah yang kini memiliki 132 siswa itu terbilang menjadi salah satu penopang pendidikan di kawasan sekitarnya.
Share:

5 Desa akan Diabadikan sebagai Nama Gate Bandara Kulon Progo - detik.com



Yogyakarta - PT Angkasa Pura I mensosialisasikan rencana desain New Yogyakarta International Airport (NYIA). Kental dengan identitas lokal, 5 desa yang menjadi lokasi bandara akan dijadikan nama gate di terminalnya.

"Kami usulkan untuk tidak menghilangkan 5 nama desa di sana. (Nama 5 desa) akan digunakan untuk nama gate," ujar Airport Planner PT Virama Karya Benyamin Ais Nugroho di Pelem Golek Resto, Sleman, Jumat (17/3/2107).

Benyamin menyampaikan hal ini merupakan bentuk penghargaan bagi warga Kulon Progo yang bersedia meninggalkan desanya demi bandara ini. Gate akan diusulkan dengan nama Gate Glagah, Gate Jangkaran, Gate Palihan, Gate Kebon Rejo, dan Gate Sindutan.

Sedangkan untuk Kerb Keberangkatan dan Kerb Kedatangan, Benyamin berusaha menampilkan simbol-simbol khas Yogyakarta. Di kerb Kedatangan, akan ada Lawang Papat atau Sekawan dan dalam bahasa Sansekerta adalah catur. Catur, kata Benyamin, artinya kreativitas dan kecerdasan.

"Kerb (kedatangan) memiliki gerbang dengan 4 pintu masuk, bermakna menjaga adiluhung ke empat penjuru mata angin dengan kreativitas dalam bertindak dan kecerdasan berpikir," ulasnya.

Kerb Keberangkatan juga akan menampilkan beberapa frame yang bercerita tentang desa di Kulon Progo. Setidaknya ada 6 frame dengan materi yang diharapkan dapat mengantarkan tamu meninggalkan Yogyakarta sekaligus membuat mereka ingin kembali lagi.

"Frame 1, sugeng tindak. Frame 2, cerita tentang kerakyatan. Frame 3, potensi desa. Frame 4, kesenian khas desa. Fram 5, etalase seniman desa. Frame 6, tentang Kulon Progo dan Yogyakarta, dan seterusnya," kata Benyamin.
(sip/mbr)
Baca Halaman sumber.....
Share:

19 March 2017

Promosi ke Solo Bawa 41 Personel, Hanya Dibekali Rp16 Juta



Solopos.com, KULONPROGO–Gelar Roadshow Potensi Wisata Kulonprogo ke Surakarta, Dinas Pariwisata (Dispar) Kulonprogo hanya dibekali anggaran Rp16 juta saja.

Sekretaris Dispar Kulonprogo Rohedy Gunung mengakui, anggaran itu jelas jauh dari kata cukup. Pasalnya, rombongan yang akan dibawanya dalam kegiatan tersebut berjumlah 41 orang.

Dalam kegiatan yang digelar Sabtu (18/3/2017) di area Car Free Day Surakarta tersebut, rombongan dari Dinas Pariwisata akan menampilkan sejumlah potensi Kulonprogo. Tak hanya promosi wisata saja, rombongan itu juga akan memamerkan sejumlah atraksi kesenian dan produk khas kulonprogo.

“Mulai dari kuliner, kerajinan, hingga kesenian Kulonprogo akan kami tampilkan di sana,” katanya kepada Solopos.com, Jumat (17/3/2017).

Diakuinya, program roadshow itu merupakan kali pertama digelar oleh Dispar Kulonprogo. Ia berharap, dengan adanya program tersebut, kesenian, pariwisata, dan produk-produk khas Kulonprogo bisa dikenal lebih luas.

Selain Surakarta, tahun ini pihaknya sudah menggelar roadshow di Semarang akhir bulan lalu. Rencananya, masih ada dua kota yang akan disasarnya, yakni Magelang dan Purwokerto.

Pemilihan keempat kota itu, menurut mantan Camat Kalibawang tersebut didasari oleh kajian pasar dan segmen pariwisata Kulonprogo. Diakuinya, Semarang, Surakarta, Purwokerto, dan Magelang adalah beberapa daerah yang menjadi segmen dan pasar bagi Kulonprogo. “Itulah sebabnya, kami utamakan dulu kelima titik itu,” ucap Gunung.

Sementara Kepala Seksi Pemasaran dan Promosi Dispar Kulonprogo Ekasari Winarsiwi saat dikonfirmasi terpisah, roadshow itu hanya efektif untuk membangun jejaring pelanggan produk-produk kerajinan dan kuliner khas Kulonprogo saja. Sedangkan untuk promosi wisata, ia justru menilainya tak cukup efektif.

Dicontohkannya, saat roadshow di Semarang, stan yang banyak dikunjungi oleh pengunjung adalah stan kerajinan dan kuliner. “Pengunjung kami bagikan leaflet gratis saja menolak,” keluhnya.

Meski begitu, dengan anggaran total untuk semua program promosi wisata selama setahun yang hanya Rp200 juta, ia sudah cukup puas bisa menggelar roadshow tersebut. “Meski kami harus rela membagi jatah kami dengan peserta. Kamar hotel yang seharusnya diisi 2 orang, terpaksa harus diisi 3-4 orang,” katanya. sumber  : http://www.solopos.com/2017/03/18/wisata-kulonprogo-promosi-ke-solo-bawa-41-personel-hanya-dibekali-rp16-juta-802670
Share:

16 March 2017

Jalan Rusak Tanggung Jawab Pemkab Kulonprogo



RADARJOGJA.CO.ID – Pemkab memutuskan bertanggung jawab atas kerusakan jalan selama proses pengurukan lahan relokasi. Termasuk jalan yang rusak dilalui truk pengangkut tanah uruk.

‘’Saya pastikan (kerusakan jalan) itu menjadi tanggung jawab Pemkab Kulonprogo,” kata Penjabat Bupati Kulonprogo Budi Antono, Selasa (13/3).

Selain itu, persoalan penggunaan tanah kas desa untuk lahan relokasi sudah seizin gubernur. Namun belum mengantongi izin resmi. Tengah disusun berkas untuk memenuhi izin penggunaan tanah kas desa sebagai lahan relokasi.

Budi membantah pengurukan dilakukan tanpa mengantongi izin penggunaan tanah bersatus Sultan Ground (SG). ‘’Saya akui, jika secara legal formal belum memiliki izin dari gubernur. Namun secara informal sudah ada pembicaraan soal itu,’’ kata Budi.

Izin resmi belum selesai lantaran masih ada desa yang belum menyusun berkas perizinan. Jika ada perubahan, disebabkan penambahan luas jalan masuk yang dilalui truk pengangkut.

Pelepasan tanah kas desa untuk dimanfaatkan warga memang belum pernah terjadi di Kulonprogo. Namun dengan pertimbangan tenggat waktu pengosongan lahan yang terus berjalan, pengurukan harus dilakukan sambil perizinan diproses.

‘’Penggunaan tanah kas desa sebagai lahan relokasi sudah masuk dalam nota kesepahaman antara pemerintah daerah dengan pihak terkait yang ditandatangani November lalu,’’ ujar Budi.

Sebelumnya, Kepala Desa Palihan Kalisa menyatakan pelepasan tanah kas desa belum bisa dilakukan kendati sudah dilakukan pengurukan. Sebab izin pelepasan tanah kas desa belum turun dari Gubernur DIJ. Perangkat desa khawatir jika pengurukan ini menyalahi aturan.

‘’Jangan sampai relokasi selesai dibangun, tapi hak atas tanah mengambang,’’ kata Kalisa.

Sebelumnya Kepala Desa Kebonrejo Slamet juga mengatakan pengurukan di tanah kas desa Kebonrejo tepatnya di sisi selatan balai desa dan berbatasan dengan SMA 1 Temon mengancam robohnya pagar sepanjang 120 meter. Sekarang kondisinya miring dan harus disangga bambu agar tidak ambruk. (tom/iwa/mar)
Baca Halaman sumber.....
Share:

Bulan Ini Mulai Dibagikan, Ada Perbedaan Data Penerima



Solopos.com, KULONPROGO-Distribusi beras miskin (raskin) Kulonprogo untuk alokasi Januari 2017 diberikan kepada 46.129 Keluarga Penerima Manfaat (KPM). Jumlah ini lebih sedikit 1.194 KPM dibandingkan data dari Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK).

Fanshuri, personil dari Bulog DIY mengatakan alokasi raskin Januari akan dibagikan pada bulan ini. Setiap keluarga mendapatkan 15 kilogram beras dengan total nilai berkisar Rp1 miliar. “Masing-masing mendapat sekitar Rp691.000 karena per kilonya Rp1.600,” jelasnya pada Selasa (14/2/2017).

Terkait selisih jumlah keluarga penerima, ia mengatakan jika penyaluran raskin didasarkan Surat Permohonan Alokasi (SPA) Januari lalu. Data tersebut sesuai dengan data tahun 2015 dari Sistem Informasi dan Konfirmasi Data (Siskada) Kementriaan Sosial RI.

Karena itu, pihaknya juga berharap data penambahan alokasi segera disusun. Dengan demikian, penyaluran alokasi bulan berikutnya sudah bisa sesuai dengan data dari Kemenko PMK.

Kepala Dinas Sosial Kulonprogo, Eka Pranyata mengatakan akan segera menyelesaikan data tambahan terkait selisih jumlah tersebut. Nantinya, penambahan akan mengutamakan warga yang sangat miskin.

Menurutnya, penambahan ini bukan menjadi soal karena jumlah data dari Kemenko PMK juga tidak jauh berbeda dengan album kemiskinan Kulonprogo.

“Album kemiskinan terbaru tercatat 47.000 lebih, jadi tidak sulit menyelesaikan kekurangannya,” jelasnya.

Adapun, distribusi raskin akan diawali di Girimulyo pada akhir pekan ini. Pembagian raskin akan diakhiri di Kecamatan Temon dan Wates pada penghujung bulan nanti.
Baca Halaman sumber.....
Share:

Pengembangan Gua Kebon Terganjal Status Tanah



Solopos.com, KULONPROGO – Pengembangan objek wisata Gua Kebon di Dusun VII, Krembangan, Panjatan terhalang kesepakatan kepemilikan tanah. Meski berlabel wisata edukasi, air terjun tersebut sampai saat ini belum dilengkapi sarana prasarana yang sesuai.

Mat Nurhadi, Ketua Kelompok Sadar Wisata Taman Tirta selaku pengelola mengakui jika keunggulan obwisnya belum nampak secara fisik. “Baru sebagai air terjun alami saja, edukasinya belum,” terangnya pada Selasa(14/3/2017).

Pihaknya sebenarnya berencana melakukan kerjasama untuk mewujudkan objek wisata berbasis pendidikan lingkungan.

Ia menyebutkan rencana untuk menambahkan sarana pembibitan dan laboratorium alam sebagai bentuk pendidikan non formal. Namun, rencana membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit.

Akses dana ke pemerintah desa juga belum bisa dilakukan karena terbentur aturan yang ada. Pemerintah mensyaratkan nota kesepahaman sebagai dasar penggunaan tanah objek wisata agar bisa memanfaatkan dana daerah.

Samiran, Kepala Desa Krembangan mengatakan jika tanah obwis terkait harus jelas statusnya dalam nota kesepahaman tersebut. “Harus ada MOU, apakah tanah sewa, hibah atau apa,” terangnya.

Namun, sampai saat ini lahan tersebut masih menjadi tanah warga sehingga perangkat desa juga tidak bisa berbuat banyak. Nota kesepahaman diperlukan untuk mengantisipasi konflik klaim kepemilikan lahan setelah pengembangan dan bantuan infrastruktur diberikan.

Dukungan dari pemerintah desa sendiri sejauh ini berupa pembangunan akses jalan yang bersumber dari APBDes. Pembangunan tersebut bisa dilakukan karena bersifat fasilitas umum.

Samiran mengatakan pihaknya berharap pengembangan Gua Kebon bisa dilakukan karena Panjatan sampai saat ini belum memiliki obwis ikonik. Terkait dengan status wisata edukasi yang masih pincang, ia menilai kelengkapan sarana bisa dilakukan menyusul di kemudian hari.

Adapun, obwis Gua Kebon sendiri saat ini menjadi perwakilan Kulonprogo untuk lomba pariwisata tingkat DIY. Terdapat 3 obwis di Kulonprogo yang diikutsertakan dalam lomba ini termasuk Pantai Congot, Temon dan Waduk Sermo, Kokap.
Baca Halaman sumber.....
Share:

Tiga Wisatawan Tewas Terseret Ombak di Pantai Glagah Kulon Progo




Kulonprogo - Tiga wisatawan tewas terseret ombak di kawasan Pantai Glagah, Temon, Kulon Progo, Rabu (15/3/2017). Dari ketiga korban itu, dua orang adalah guru dan murid asal Kabupaten Kulon Progo dan satu wisatawan asal Jakarta Barat.

"Ketiga korban adalah wisatawan yang sedang berwisata di Pantai Glagah," kata Syamsuddin dari kantor SAR Glagah Kulon Progo.

Ketiga korban itu adalah Supriyanto (24), Muhammad Mahfud (12), dan Putra Kristanto (18). Korban Supriyanto adalah guru di SDN 2 Kaliwuluh, Kepil, Wonosobo, Jawa Tengah, dengan alamat Dusun Telogowiryo, Desa Kapulogo, Kecamatan Kepil, Wonosobo. Muhammad Mahfud adalah siswa kelas VI SDN 2 Kaliwuluh dengan alamat Cebungan, Kaliwuluh, Kepil, Wonosobo. Sedangkan Putra Kristanto adalah warga Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat.

Menurut Syamsuddin, mereka adalah rombongan wisatawan SDN 2 Kaliwuluh kelas VI bersama empat orang guru pendamping yang tengah melakukan rekreasi menjelang pelaksanaan ujian nasional. Sebelum kejadian, sudah ada beberapa petugas yang memperingatkan agar tidak mandi di kawasan tersebut. Namun peringatan itu tidak dihiraukan.

Korban Muhammad Mahfud bersama teman-temannya bermain dan mandi di pinggir pantai dekat muara sungai sekitar pukul 13.00 WIB. Saat bermain, korban tidak mengetahui kalau ada ombak besar yang langsung menerjang. Kristanto, yang hendak menolong, juga ikut terseret ombak.

"Korban langsung terjatuh dan terseret arus. Saat itu gurunya, Supriyanto, bersama korban lain, Putra Kristanto, hendak menolong, namun justru ikut terseret arus dan tenggelam," katanya.

Setelah mendapatkan laporan, lanjut Syamsuddin, Tim SAR langsung melakukan pertolongan dan pencarian. Dua korban, yakni Supriyanto dan Putra Kristanto, ditemukan terlebih dulu dalam kondisi meninggal dunia.

"Korban terakhir Mahfud ditemukan di muara, pertemuan sungai dengan laut. Korban ditemukan sekitar pukul 16.45 WIB setelah dilakukan penyelaman menggunakan alat selam," katanya.

Dia menambahkan, ketiganya sudah diperiksa oleh puskesmas setempat. Ketiga jenazah langsung diserahkan kepada keluarga masing-masing untuk dimakamkan. sumber : https://news.detik.com/berita/d-3448023/tiga-wisatawan-tewas-terseret-ombak-di-pantai-glagah-kulon-progo
Share:

14 March 2017

Lebih dari Separuh Nelayan di Kulon Progo Belum Miliki Kartu Asuransi



REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Saat ini di Kulon Progo terdapat sekitar 670 nelayan. Dari 670 nelayan ini yang memiliki kartu asuransi nelayan baru 318 nelayan.

"Karena itu saya tugaskan kepada Kepala Dinas Kelautan  dan Perikanan Kabupaten Kulon Progo untuk memberi perhatian kepada nelayan agar semua nelayan di Kulon Progo bisa memiliki kartu asuransi nelayan. Kalaupun belum bisa semuanya, tetapi setidaknya menuju ke sana," kata Penjabat Bupati Kulon Progo Budi Antono, Senin (13/3) malam.

Dalam rilis yang diterima Republika, Senin (13/3),  penjabat bupati Kulon Progo menyerahkan klaim asuransi nelayan dari PT Asuransi Jasindo DIY kepada Musidah, warga Imorenggo, Desa Karangsewu, Kecamatan Galur sebesar Rp 160 juta.  Suami Musidah yang bernama  Kliman (Muhadi Wiyono) seorag nelayan yang meninggal mendadak saat berladang.

Menurut Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Pemkab Kulon Progo Sudarno, Karena Kliman meninggal tidak sedang beraktifitas sebagai nelayan, klaim cair Rp 160 juta. Jika sedang melakukan aktivitas nelayan bisa mendapat sekitar Rp 200 juta.

"Bentuk konkirt kepedulian pemerintah yang diberikan kepada nelayan adalah dalam bentuk premi sebesar Rp 175 ribu untuk satu tahun. Harapannya nelayan bisa perpanjang sendiri dalam membayar premi asuransi," tutur Sudarno.

Hal ini, katanya menambahkan, membuktikan bahwa pemerintah hadir untuk masyarakat, khususnya ahli waris. Hak sudah diberikan sesuai dengan yang sudah tertuang oleh PT Asuransi Jasindo. "Kami mewakili Pemkab Kulon Progo dan masyarakat. Apresiasi kepada PT Asuransi Jasindo Yogyakarta yang sudah komitmen dengan menyerahkan jaminan santunan sesuai dengan komitmen yang disepakati,” kata Anton panggilan akrab Budi Antono.

"Pemerintah akan mengayomi nelayan, diwujudkan dalam kepedulian untuk sesegera mungkin memberi kartu asuransi. Syukur jika bisa semua (nelayan) dapat kartu," kata Anton yang juga Kepala Dinas Perdagangan dan Peridustrian DIY ini.

Kepada Mursidah, berharap bisa berativitas seperti sediakala lagi, apa yang sudah diterima bisa dimanfaatkan untuk menyambung kebutuhan kehidupan lagi atau modal usaha sesuai dengan kemampuan. "Kepada semua pihak agar ikut melakukan sosialisasi agar nelayan mengetahui, dengan pemberian santunan ini sebagai bukti negara ikut hadir. Dengan adanya jaminan asuransi kecelakaan, diharapkan nelayan berani melaut lagi," tuturnya.
Baca Halaman sumber.....
Share:

Banyak yang Dipelosok, Belum Semua Desa di Kulonprogo Punya Website



WATES, KRJOGJA.com - Di Kabupaten Kulonprogo, sampai saat ini baru Kecamatan Panjatan, Sentolo, Pengasih dan Lendah yang semua desanya telah mempunyai web, meski masih jarang di update. Karena pentingnya website, maka Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kulonprogo menggelar pelatihan pembuatan dan pengelolaan website desa, 13 hingga 14 Maret di ruang laboratorium komputer Diskominfo setempat.

Pelatihan kerjasama dengan Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BPPKI) Yogyakarta tersebut dibuka Kepala BPPKI Yogyakarta Eka Handayani SE MM,  diikuti perwakilan Perangkat Desa Tayuban Panjatan, Desa Sidoharjo Samigaluh, Desa Donomulyo Nanggulan, Desa Banjarharjo Kalibawang dan Desa Sendangsari Pengasih.

Dikatakan Kadinas Kominfo Kulonprogo Drs R Agus Santosa MA, era teknologi dan keterbukaan informasi sekarang ini keberadaan website sangat penting bagi pemerintah desa, terlebih dalam perlombaan desa juga ditambah indikator tentang teknologi informasi. "Adanya dukungan dari BPPKI Yogyakarta menjadi semangat bagi Kominfo Kulonprogo untuk setahap demi setahap nantinya desa yang ada mempunyai web desa," kata Agus.

Kepala BPPKI Yogyakarta Eka Handayani SE MM berterima kasih atas respon yang baik dari kunjungan sebelumnya terkait dengan kegiatan pelatihan aplikasi bagi website desa. Terlebih kerjasama yang dibangun Dinas Kominfo dengan Dinas yang membawahi pemerintahan desa serta kecamatan. "Sehingga kedepan keberadaan website desa akan lebih bermanfaat dengan adanya dukungan dengan instansi di Pemkab Kulonprogo," ujarnya. (Wid)
Baca Halaman sumber.....
Share:

13 March 2017

Seleksi Operator Sekolah Segera Digelar

Harianjogja.com, KULONPROGO — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kulonprogo tak cuma berencana merekrut tenaga guru non-Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk menambah nilai pelayanan pendidikan, terutama jenjang SD. Perekrutan juga bakal dilakukan untuk posisi operator sekolah.

Kepala Bidang Pembinaan Ketenagakerjaan Dinas Pendidikan, Pemuda, serta Olahraga (Dikpora) Kabupaten Kulonprogo, Budi Rohyatunu berbicara perekrutan guru maupun operator sekolah nonASN direncanakan terlaksana pada Maret ini. Sistem yang dipakai merupakan seleksi terbuka.

“Ini kita tetap melakukan sejumlah persiapan,” ujar Budi, Sabtu (11/3/2017).

Sementara itu, Kepala Dinas Dikpora Kulonprogo, Sumarsana berpendapat, operator sekolah berperan penting kepada nilai dapodik yang berubah acuan serta rujukan dalam pelaksanaan beberapa program di bidang pendidikan. Dapodik diantaranya berubah dasar penentuan besar alokasi Bantuan Operasional Sekolah (BOS), tunjangan guru, rehabilitasi gedung sekolah, persiapan ujian nasional, sampai  pengajuan bantuan pembangunan ruang kelas baru.

Sumarsana mengatakan, pemutakhiran dapodik dilakukan dengan-cara berkala. Sistem yang dipakai pun semakin disempurnakan demi menambah nilai data. Namun, sistem tersebut cuma bisa manjur/tepat bertujuan jika operator sekolah bisa juga petugas pendataan di tingkat sekolah sanggup mengoperasikannya dengan-cara optimal. “Itu berkaitan dengan validitas data yang dilaporkan. Petugas pendataan dituntut rutincermat serta teliti waktu mengisi setiap kolom pada software dapodik,” ujar Sumarsana.
Baca Halaman sumber.....
Share:

BERITA KULON PROGO TERBARU

SITEMAP