Mohon perhatiannya, semua isi berita diblog ini adalah disalin dari berbagai sumber. Dan hanya sebagai arsip pribadi dan Group Komunitas Warga Kulon Progo.

Seluruh informasi termasuk iklan diblog ini bukan tanggung jawab kami selaku pemilik blog. Kami hanya Memberikan tempat kepada para pengiklan dan sebagai ,media sharing


 tarif jasa kami
KEMBALI KE HALAMAN AWAL – LC FOTOKOPI  *  TARIF JASA FOTOKOPI, PRINT, SCAN, KETIK, PRINT , DLL.   *   MELAYANI PRINT, PRINT COPY SECARA ONLINE


28 February 2019

Pemkab Kulon Progo Sewakan Rusun Murah Rp 100.000 per Bulan - KOMPAS.com


KULON PROGO, KOMPAS.com - Pemerintah Kabupaten Kulon Progo meluncurkan sebuah rumah susun sederhana sewa ( rusunawa) di Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tiap rumah susun sudah lengkap dengan perabotan, seperti mebelair, tempat tidur, meja kursi, listrik, air, dapur dan tempat jemuran.
Kamar mandi juga dilengkapi toilet duduk dan shower. Dengan kelengkapan itu, warga bisa menyewa rusun harga sementara yang sangat murah, Rp 100.000 per bulan.
"Bagi yang belum punya tempat tinggal tetap, Rusunawa Tuksono masih bisa menerima. Silahkan masyarakat akan diterima dengan senang," kata Sutedjo, Wakil Bupati Kulon Progo dalam Peresmian Penghunian Rusunawa Tuksono ini, Senin (25/2/2019). 

Peresmian ditandai dengan serah terima kunci hunian dari Wakil Bupati Sutedjo pada perwakilan penghuni.
Rusunawa jadi solusi tempat hunian sewa untuk mengurangi perkembangan pemukiman yang tidak layak huni. Pemerintah Kulon Progo melirik potensi pertumbuhan warga di kawasan industri. Pemkab pun mengelola 3 rusunawa yang dibangun Kementrian PUPR.
Selain di Tuksono di Sentolo, terdapat pula rusunawa di Desa Giripeni dan Desa Triharjo di Kecamatan Wates.
Pembangunan rusunawa merupakan bangunan terbaru, yakni pada 2017. Pembangunan dilaksanakan Kementerian PUPR melalui Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu (SNVT) Penyediaan Perumahan DIY. Satker membangun Rusunawa Tuksono yang berisi 70 rumah hunian dengan ukuran 36 m2.
Rusunawa Tuksono ini terbilang istimewa. Selain dilengkapi perabot, rusun juga masih terbuka dengan harga sewa yang sangat murah. Padahal, pemerintah memiliki Peraturan Bupati Nomor 22 tahun 2016 tentang Pengelolaan Rusunawa yang mengatur penghunian pada rusunawa, termasuk harga sewa hunian.
Meskipun rusunawa Tuksono sudah diluncurkan, Kepala Dinas PU PKP Kulon Progo Gusdi Hartono menyampaikan, harga belum mengacu Perbup. Ini demi menarik warga yang memerlukan hunian layak huni.
"Masih harga damai. Harga 'sale' belum mengacu pada Perbup, tetapi hanya memberi kompensasi Rp 100.000 per bulan untuk pembayaran listrik di pojokan, gang dan lingkungan. Soal pemakaian silahkan sesuaikan dengan kebutuhan warga," kata Gusdi.
Keistimewaan lain, rusunawa dilengkapi 6 tenaga harian lepas di bawah kelola Pemda. Mereka bekerja untuk menjaga keamanan dan kebersihan.
Sultan Sidik Nastion dari SNVT Penyediaan Perumahan Propinsi DIY mengungkapkan, diperuntukkan bagi mereka yang belum mempunyai hunian, namun tidak selamanya tinggal di rusun.
"Mereka bisa menabung untuk kemudian memiliki rumah sendiri. Itu poin utamanya. Tidak selamanya tinggal disini. Tujuan kita tidak komersial," kata Sultan.
Tuksono dalam waktu singkat mulai menarik banyak warga. Sebanyak 32 kepala keluarga menempati sebagian dari 70 unit yang tersedia.
Agus Kurniawan, 34 tahun, menghuni rusunawa Tuksono di lantai 3. Ia mengaku nyaman tinggal karena fasilitas sudah lengkap. Rusun juga tidak jauh dari tempat bekerja dengan jalan yang sudah bagus. "Fasilitas yang disediakan dirasa cukup dan nyaman" kata Agus.
Share:

Ketua DPRD Kulon Progo : Pelabuhan Tanjung Adikarta Harus Segera Ditangani - Tribun Jogja


  • TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Pemerintah diminta segera menangani Pelabuhan Tanjung Adikarta yang terkesan mangkrak tanpa pengelolaan aktif.
    Wacana membentuk kerjasama pemerintah dan badan usaha (KPBU) perlu segera direalisasikan agar kerusakan fisik pelabuhan tidak semakin parah.
    Hal itu diungkapkan Ketua DPRD Kulon Progo, Akhid Nuryati.
    Menurutnya, fisik bangunan pelabuhan yang ada di wilayah Karangwuni, Kecamatan Wates itu berpotensi semakin rusak bila tidak segera ada eksekusi atau tindak lanjut yang konkrit dari Pemerintah DIY maupun Kulon Progo atas pengelolaannya. 
    Pun saat ini sejumlah prasarana seperti dermaga dan bangunan penunjang pelabuhan sudah dalam kondisi rusak.
    Dalam penilaiannya, pemerintah di tingkat provinsi maupun kabupaten perlu segera berkoordinasi untuk menemukan solusinya.
    Apalagi semoat muncul wacana Pemerintah DIY untuk membentuk KPBU bagi pengelolaan pelabuhan tersebut dan dana provinsi akan dialokasikan ke dalamnya.
    "Itu harus segera direalisasikan. Kalau tidak, kami khawatir bangunan pelabuhan justru akan semakin banyak kerusakan," kata Akhid pada Tribunjogja.com, Minggu (24/2/2019).
    Yakni, sekitar Rp 450 miliar.
    Ditambah lagi kerusakan sudah terjadi ketika fisik pelabuhan perikanan itu belum juga dioperasionalkan sesuai fungsinya.
    "Sangat disayangkan kalau dibiarkan. Bisa-bisa keinginan pemerintah pusat untuk mempunyai pelabuhan di sini hanya jadi impian belaka," kata Akhid.
    Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kulon Progo, Sudarna menyebut belum semua kebutuhan di pelabuhan itu terbangun sehingga tidak bisa disebut mangkrak.
    Ada beberapa bagian yang harus diselesaikan dulu sebelum pelabuhan bisa diperasikan.
    Di antara infrastruktur yang mendesak untuk diselesaikan yakni instalasi pemecah ombak di sisi timur serta pengerukan pasir pada jalur masuk kapal.
    "Supaya pelabuhan bisa dimanfaatkan, dua infrastruktur ini harus diselesaikan," kata dia.(*)
  • Belum jelasnya penanganan pelabuhan Tanjung Adikarta menurutnya sangat disayangkan mengingat pembangunan pelabuhan itu memakan biaya yang tidak sedikit.
Share:

25 February 2019

Puluhan TPS di Kulon Progo Masuk Kategori Rawan, Polisi Siapkan Pengamanan Khusus - Tribun Jogja


TRIBUNJOGJA.COM - Kepolisian Resor Kulon Progo memetakan ada 21 tempat pemungutan suara (TPS) untuk Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 di wilayahnya dalam kategori rawan. Antara lain karena faktor geografis, sejarah konflik, hingga banyaknya calon legislatif.
Puluhan TPS itu tersebar di enam kecamatan, yakni di Galur, Temon, Wates, Samigaluh, Kalibawang, dan Girimulyo. Kesemuanya memenuhi ketiga indikator kerawanan tersebut.
Kabag Ops Polres Kulon Progo, Kompol Sudarmawan mengatakan ke-21 TPS itu memiliki jenis kerawanan berbeda.
Untuk kerawanan faktor geografis antara lain Samigaluh, Kalibawang, dan Girimulyo.
Akses menuju TPS terbilang sulit karena wilayahnya berupa perbukitan sehingga rawan terjadi kecelakaan saat pendistribusian logistik Pemilu oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Untuk itu, logistik akan didistribusikan pada dua hari sebelum hari pemilihan.
"Langkah ini untuk mengantisipasi halangan di perjalanan yang bisa menghambat Pemilu. Kepolisian bersama TNI akan mengawalnya secara hati-hati," kata Sudarmawan, Minggu (24/2/2019).
Wilayah Kecamatan Galur, Temon, dan Wates masuk dalam peta kerawanan lantaran sejarah konflik sosial di Pemilu sebelumnya.
Sudarmawan menyebut ketiganya juga terdapat cukup banyak caleg yang berkompetisi kali ini sehingga ada langkah antisipasi khusus yang harus dilakukan. Antara lain, jumlah personel pengamanan yang diterjunkan lebih banyak dibanding wilayah lain.(tribunjogja)
Share:

23 February 2019

Hingga Februari, Kasus DBD di Kulon Progo Capai 36 Kasus, Pemkab Laksanakan Gertak PSN - Tribun Jogja



  • TRIBUNJOGJA.COM - Upaya pencegahan munculnya penyakit demam berdarah dengue (DBD) mulai digalakkan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo melalui Gerakan Serentak Pemberantasan Sarang Nyamuk (Gertak PSN).
    Hal ini dilakukan mengingat hingga Februari ini jumlah kasus yang muncul sudah dua kali lipat dari tahun lalu.
    Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat mencatat Februari ini sudah ada 36 kasus yang terlaporkan padahal di bulan yang sama tahun lalu hanya ada 16 kasus saja.
    Hal ini dinilai perlu dihadang melalui Gertak PSN tersebut yang secara simbolik dicanangkan mulai Jumat (22/2/2019).
    "PSN ini kita lakukan untuk mengantisipasi karena di daerah lain juga sudah terjadi peningkatan,"kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Kulon Progo, Baning Rahayujati seusai pencanangan Gertak PSN di Alun-alun Wates. Seremoni ini diikuti sejumlkah unsur pemerintah, pelajar, dan masyarakat.(tribunjogja)
Share:

Ke Kulon Progo, Menteri BUMN Pastikan Bandara Baru Yogyakarta Beroperasi di April 2019 - Tribunnews



  • TRIBUNNEWS.COM, KULON PROGO - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno melakukan peninjauan ke lokasi pembangunan proyek Bandara Internasional Yogyakarta/ New Yogyakarta International Airport (NYIA) di Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada Kamis (21/02/2019).
    Pembangunan bandara ini untuk mempercepatan konektivitas udara dan pemerataan ekonomi
    Menteri Rini memastikan pembangunan Bandara NYIA terus berjalan dengan baik dan secara bertahap akan beroperasi untuk melayani kebutuhan masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya.
    "Progesnya sudah cukup baik. Tentunya saya terus mengawal dan memastikan pembangunan bandara baru ini bisa berjalan baik dan bisa beroperasi sesuai dengan yang ditargetkan dan segera bisa melayani masyarakat, "ungkap Menteri Rini, dalam keterangan tertulis, Jumat (22/2/2019).
    Direktur Utama PT Angkasa Pura 1 (Persero), Faik Fahmi mengatakan, saat ini tahap pekerjaan konstruksi pembangunan Bandara NYIA sudah mencapai 71,6 persen untuk layanan Internasional dan ditargetkan bisa beroperasi pada April 2019.
    Sementara untuk layanan domestik ditargetkan beroperasi pada akhir tahun 2019. Secara keseluruhan, total kapasitas bandara baru ini diproyeksi mencapai 14 juta penumpang per tahun.
    Pekerjaan fisik untuk faslitas sisi udara dan darat saat ini telah mencapai 100 persen. Fasilitas Bandara untuk layanan Internasional meliputi fasilitas sisi udara seperti runway, rapid taxiway 1, holding bay 1, parallel taxiway, exit taxiway, apron dan taxiway apron.
    Sementara fasilitas sisi darat meliputi toll gate, gedung terminal dengan luas 12.920 meter persegi, gedung penunjang dan bangunan sub-station yang akan difungsikan sebanyak 6 unit. Selain itu, aksesibilitas Bandara NYIA dioperasikan dengan menggunakan Jalan Permanen dan Jalan Temporary 2 jalur.
    Faik menegaskan, PT Angkasa Pura I (Persero) beserta seluruh stakeholder lainnya akan terus mengawal secara bersama pembangunan bandara baru ini.
    "Terima kasih kepada Bu Menteri BUMN yang terus memberikan dukungan keoada kami. Kami terus berupaya agar target operasional bandara bisa tercapai dan tentunya tetap terus memlerhatikan aspek kualotas dan keselamatan dalam kerja 'tegas Faik.
    Setelah meninjau lokasi pembangunan proyek bandara, Menteri Rini juga berkesempatan mengunjungi Balai Pemberdayaan Masyarakat milik PT Angkasa Pura I (Persero) yang merupakan wadah untuk menampung aspirasi masyarakat Kulon Progo seiring denagn berjalannya pembangunan proyek bandara ini.
Share:

Ini yang Dilakukan Pemkab Kulon Progo Guna Tekan Penyebaran DBD - KOMPAS.com


  • KULON PROGO, KOMPAS.com — Untuk menekan penyebaran demam berdarah dengue ( DBD), Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta, mencanangkan gerakan yang diberi nama Gerakan Serentak Pemberantasan Sarang Nyamuk (Gertak PSN) di seluruh wilayah Kulon Progo.
    Gerakan ini berupa aksi membersihkan seluruh lokasi atau tempat genangan secara serentak yang berpotensi sebagai sarang nyamuk.
    Wakil Bupati Kulon Progo Sutedjo mengatakan, gerakan bersih-bersih itu diperlukan untuk mendorong masyarakat memerangi penyebaran DBD di Kulon Progo.
    "Ternyata ada cara yang lebih efektif dan efisien (menekan DBD). Namun, diperlukan langkah sosialisasi yang tepat agar semangat Gertak PSN ini bisa tersampaikan ke seluruh kalangan masyarakat," kata Sutedjo setelah membuka Gertak PSN di Alun-alun Wates, Jumat (22/2/2019). 
    Dinas Kesehatan Kulon Progo mencatat, dari Januari hingga pertengahan Februari, 36 warga Kulon Progo menderita DBD. Jumlah itu meningkat dua kali lipat dibandingkan 2018 pada periode yang sama.
    Jumlah penderita DBD juga cukup tinggi dalam dua tahun terakhir, yaitu 79 kasus pada 2017 dan 109 kasus pada 2018.
    Kulon Progo juga memiliki pengalaman puncak kasus DBD mencapa 381 kaus pada 2016. Tingginya kasus DBD karena saat itu masuk musim hujan.
    Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dari Dinas Kesehatan Kulon Progo Theodola Baning Rahayujati mengatakan, pengasapan atau fogging yang dilakukan belakangan ini dinilai tidak efektif mengatasi nyamuk Aedes aegypti yang merupakan nyamuk  penular DBD. 
    Fogging dinilai hanya memutus penyebaran nyamuk sementara, tapi dalam tempo cepat nyamuk tetap kembali. Pasalnya, fogging hanya efektif membasmi nyamuk dewasa, tetapi tidak bisa memberantas jentik nyamuk.
    "Nyamuk bertelur 400 telur dan dalam satu minggu akan menjadi nyamuk. Kami tidak ingin berulang-ulang," kata Baning.

Virus-free. www.avast.com
Share:

22 February 2019

Rusunawa Kulon Progo Masih Sepi Peminat - KOMPAS.com



KULON PROGO, KOMPAS.com - Belum banyak masyarakat yang memanfaatkan keberadaan hunian rumah susun sederhana sewa (rusunawa) yang ada di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dari 360 hunian di 3 tower rusunawa di Kulon Progo, hingga kini, baru 1 rusunawa saja yang terisi. Itu pun baru terisi sebagian saja.

Pemerintah Kabupaten Kulon Progo terus berupaya merekrut warga yang ingin menghuni rusunawa-rusunawa yang ada.

"Salah satu rusun sudah terisi 75-an persen. Satu rusun baru 30-an pendaftar. Satu lagi belum diserah terima ke kami," kata Kepala Bidang Perumahan dan Permukiman, Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPKP) Kulonprogo, Suparno, Rabu (20/2/2019).

Pemerintah membangun rusunawa di berbagai daerah untuk pemenuhan kekurangan kepemilikan rumah bagi warga dan juga bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

Pemkab Kulon Progo menangkap peluang itu karena melihat perekonomian warga terus menggeliat, keluarga muda terus tumbuh, dan warga pendatang bertambah seiring pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang masif di daerah.

Pemkab dan Kementerian PUPR pun bekerja sama membangun ratusan hunian rusunawa ini demi menangkap peluang-peluang yang ada itu.

Mereka membangun rusunawa pada daerah industri seperti di Desa Triharjo dan Giripeni di Kecamatan Wates antara 2014-2016. Satu rusunawa lagi di dibangun di Dusun Krebet, Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo.

"Dengan harapan, warga kami yang bekerja di sekitar (rusunawa) akan menempati rusunawa itu," kata Suparno.

Sekedar diketahui, Kulon Progo memiliki 3 rusunawa yang dibangun Kementerian PU. Pertama adalah dua tower rusunawa di Triharjo dengan kapasitas hunian 196 rumah hunian.

Masing-masing tower memiliki 5 lantai dengan luas hunian 24 meter persegi. Hunian tidak dilengkapi dengan furniture di dalamnya.

Hunian kedua ada di Desa Giripeni dengan jumlah 98 unit. Besar dan fasilitas unit sama dengan Triharjo, yakni tanpa furniture di dalamnya dan luas 24 meter persegi.

Rusunawa Tuksono merupakan hunian terbaru yang dibangun pada 2017. Rusun ini terdiri dari 70 hunian dengan luas 36 meter persegi tiap huniannya.

Fasilitas yang diberikan cukup lengkap, terdiri dari furniture. Dari ketiga rusun itu, baru Rusunawa Triharjo yang ditempati warga, rusunawa di Giripeni belum beroperasi, sedangkan Rusunawa Tuksono tak lama lagi dimasuki warga.

"Sementara ini, sebanyak 30 keluarga sudah mendaftar masuk yang Tuksono," kata Suparno.

Suparno mengatakan, selain rusunawa, Kementerian PUPR juga membangun 50 rumah khusus (rusus) di Kecamatan Temon. Rusus ini kini sudah penuh. "Kami mau membangun lagi di Kaligintung pada 2019 ini," kata Suparno.

Kepala Dinas PU, Perumahan, dan Kawasan Pemukiman, Gusdi Hartono mengharapkan, warga tidak menunda masuk ke rusun yang sudah tersedia.

 "Rusun ini bukan kos-kosan, tetapi bagi mereka yang belum punya rumah namun sudah berkeluarga. Jangan tidak ditempati, karena kasihan orang lain. Jangan ragu untuk cepat menempati, karena kalau ditunda maka akan mundur terus," kata Gusdi.

Untuk memancing peminat, pemerintah berencana meluncurkan hunian itu pada 25 Februari 2019.

"Kami akan acarakan hari perdana warga yang masuk rusun (Tuksono) ini. Bupati Kulon Progo, Hasto Wardoyo sendiri yang akan meluncurkannya," kata Gusdi, ketika menerima 30-an perwakilan keluarga yang berencana menghuni rusun Tuksono.
Share:

Soal Harga Tanah untuk Embarkasi Haji di Kulonprogo, Ini perkiraan harganya - Tribun Jogja



Laporan Reporter Tribun Jogja, Agung Ismiyanto

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Bupati Kulonprogo, Hasto Wardoyo mengatakan, jika memang diperbolehkan menggunakan lahan di Triharjo tersebut, maka nantinya Kementrian Agama bisa membangun di atas lahan seluas 2,8 hektar yang berstatus milik pemprov.

Untuk pembebasan lahan sekira 9 hektar, bisa dilaksanakan setelahnya.

"Untuk harga tanah tergantung appraisal. Mungkin kalau di Pengasih semeter bisa mencapai Rp 1 juta. Triharjo bisa lebih dari Rp 2,5 juta. Paling murah di Hargomulyo, Kokap mungkin bisa Rp 400 ribu per meter," urainya, Rabu (19/2/2019).


Sesuai aturan, kata dia, memang setelah berstatus menjadi tanah milik negara nantinya bisa dibangun oleh kementrian agama.

Selain itu, opsi menggunakan dana haji pun bisa dan mencukupi untuk pembangunan ini.

Perlu diketahui Bupati Hasto menawarkan tiga lahan alternatif untuk pembangunan embarkasi haji di DIY.

Salah satu lahan alternatif yang potensial ini berada di kawasan Triharjo, Wates, Kulonprogo dengan luasan sekira 11,8 hektar.

Namun, masih perlu pembebasan lahan sekitar 9 hektar karena status lahan berupa kas desa.

Hal tersebut disampaikan oleh Hasto Wardoyo usai bertemu dengan Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X di Kepatihan, Rabu (20/2/2019).

Hasto mengatakan, ada tiga alternatif lahan yang ditawarkan dan dibahas dengan Sultan HB X, diataranya berada di Margosari, Pengasih berstatus milik perorangan dengan luasan 6 hektar dan Hargomulyo, Kokap berstatus tanah kas desa seluas 20 hektar. (TRIBUNJOGJA.COM)
Share:

20 February 2019

Kamijoro, Taman Bendungan Paling "Instagenic" di Kulon Progo - KOMPAS.com

KULON PROGO, KOMPAS.com - Taman Bendung Kamijoro bagaikan magnet baru bagi Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Taman ini berada di Dusun Kaliwiru, Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo, Kulon Progo.

Ribuan orang datang ke bendungan ini setiap harinya. Mereka berasal dari beragam kota baik dari pelosok-pelosok Kulon Progo, Bantul, Sleman, Gunung Kidul, Kota Yogyakarta. Tidak sedikit warga yang datang dari Jawa Tengah seperti Magelang, Purworejo, bahkan Surakarta.

Warga datang bukan hanya jadi wisatawan tetapi juga mengadu nasib untuk mendapatkan rezeki dari banyaknya wisatawan. Mereka berkendara dengan motor hingga mobil dan memenuhi kantong-kantong parkir di sekitaran dusun.

"Belum pernah saya lihat tempat (wisata) sampai didatangi orang sebanyak ini. Coba lihat, jembatan itu sampai penuhnya seperti itu," kata Budi Utomo, warga asal perbatasan Yogyakarta dengan Klaten.

Budi sengaja merekam momen keramaian ini untuk dokumentasi.

Taman merupakan bagian dari bendungan Kamijoro yang melintang seolah menahan derasnya aliran Sungai Progo, salah satu sungai terbesar yang membelah Yogyakarta. Bagian bendungan di sisi Timur berupa pintu sistem pengairan atau irigasi untuk sawah-sawah desa yang berada di Bantul dan sekitarnya.



KOMPAS.com/ DANI J Jembatan di atas Bendungan Kamijoro menghubungkan Kabupaten Kulon Progo dan Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Ribuan warga jalan dan menyesaki jembatan ini. Warga datang ke sana untuk memuaskan rasa penasaran setelah jembatan dan taman menjadi viral. Taman Bendung Kamijoro jadi destinasi baru bagi wisatawan.

Di atas bendungan terdapat jembatan cantik sepanjang 161 meter dengan lebar 3 meter. Bentuk jembatan serupa Jembatan Ampera di Palembang, lengkap dengan hiasan tali baja. Kanan-kiri jembatan dipasang pengaman dan lampu penerang bagi orang yang menyeberang pada malam hari.

Kabupaten Bantul dan Kulon Progo terhubung oleh jembatan ini, tepatnya antara Dusun Plambongan, Desa Triwidadi, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul dengan Kaliwiru, Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo, Kulon Progo. Tanpa jembatan itu, orang harus memutar sangat jauh.

Taman Bendung Kamijoro berada di sebelah Barat jembatan dan masuk dalam wilayah Kaliwiru. Taman inilah tujuan akhir mereka yang datang ke Kamijoro.


KOMPAS.com/ DANI J Plaza Taman Bendung Kamijoro menghadap ke aliran Sungai Progo menuju Samudera Hindia. Magnet baru ini berada di Dusun Kaliwiru, Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo, Kulon Progo.

Seorang pelaksana proyek pembangunan bendung Kamijoro mengungkap bahwa luas taman kira-kira sekitar 40.000 meter persegi. Taman memiliki plaza terbuka untuk tempat orang berkumpul, foto-foto, dan bisa untuk melaksanakan aktivitas massal. Pada plaza terdapat undak-undak memanjang yang bisa dipakai sebagai panggung ataulah tempat duduk. Warga suka berdiri dan foto-foto di undakan yang punya latar tulisan "Bendung Kamijoro" dengan tulisan latin maupun Jawa.

Di sisi lain dari taman, terdapat shelter bertudung tenda raksasa yang dipakai warga untuk berteduh. Tak jauh dari tenda terdapat taman bermain bagi anak-anak yang menyukai jungkat jungkit, ayunan, hingga luncuran.

Selain itu, taman juga dikemas menjadi kawasan pohon buah-buahan dengan batang keras. Sedikitnya ada sekitar 300 pohon buah dengan batang keras, mulai dari jambu air hingga jambu kristal, sawo, kelengkeng, rambutan, mangga.

"Ada durian juga. Kalau sudah besar nanti jadi kebun buah-buahan," kata Agung, seorang pelaksana kerja di proyek tersebut.


Semua terhubung oleh pedestrian. Beberapa lokasi tanpa semenisasi ditumbuhi rumput gajah mini dan dihiasi tumbuhan warna-warni. Keberadaan taman ditambah eksotika jembatan membuat orang terus berdatangan.

"Tidak sangka orang datang sebanyak ini," kata Agung.

Taman Bendung Kamijoro mendapat perhatian besar sejak dua minggu terakhir. Mereka berkeliling di taman ini dan tampak tidak terlalu lelah. Mereka bisa duduk di mana saja karena banyak tempat rehat sejenak.

Pedagang asongan asal Bantul bernama Rahayu, 45 tahun, menceritakan, ia pernah menikmati keuntungan besar dalam sehari menjual jajanan pasar di taman itu. Ia menawarkan kacang rebus, arem-arem, serabi, minuman air mineral botol, hingga jagung rebut.

"Saat itu, pengunjung membeli 40 kilogram jagung rebus manis. Cuma di hari Minggu itu saja pernah sampai Rp 450.000," kata Rahayu.

Hasilnya jauh melebihi kerja keras menumbuk biji melinjo dengan ongkos 5000 per kg. "Lebih enak jualan seperti ini jadinya, apalagi sambil lihat orang. Semoga ini ramai terus, biar bisa jualan terus," kata Rahayu.

Kamijoro semakin naik daun seperti ini berkat media sosial. Warga terpancing untuk datang.

Seorang wisatawan asal Gamping, Bantul, bernama Risca, 45 tahun, berkunjung ke taman setelah melihat banyaknya postingan di Facebook dan Instagram. Foto-foto itu menarik dan cantik.

Ia datang satu mobil bersama 6 anggota keluarganya. Ia mengakui, Taman Bendung Kamijoro memang Instagramable.

"Kekurangannya masih gersang dan panas. Ada baiknya berkunjung saat sore saja. Selain itu risiko untuk anak yang berjalan dekat sungai. (Pengamannya) jembatan terlalu tinggi untuk anak," kata Risca saat berada si Kamijoro.

Umardini, 40 tahun, asal Balikpapan, Kalimantan Timur. Ia menyempatkan mampir ke Kamijoro selagi jalan-jalan ke Yogyakarta. Menurutnya, taman ini ruang publik paling indah se-Kulon Progo.

"Saya sering jalan-jalan keliling Kulon Progo. Sejauh ini, taman ini paling indah se-Kulon Progo. Bila banyak tumbuhan dan lebih hijau, maka taman ini berpotensi viral di masa depan seperti hutan pinus Dlingo," kata Umardini.

Lahan Kolonjono

Awalnya, kawasan taman adalah tanah tak bertuan pada aliran sungai dengan luas sampai 7 hektar. Warga sekitar 60 kepala keluarga memanfaatkan tanah itu sebagai tempat menanam kolonjono, rumput untuk pakan kambing dan sapi. Warga kadang menjual pakan ternak in.

Tokoh warga Kaliwiru, Sugeng Lono Raharjo mengungkapkan, warga tidak menolak ketika pemerintah berniat membangun sebuah taman di lahan wedi kenser (istilah jawa pada bekas aliran sungai yang di jadikan lahan untuk bercocok tanam oleh penduduk) itu. Warga menyadari pentingnya bendungan untuk irigasi.

Namun lebih dari itu, warga juga mendapat pencerahan bahwa taman di sebelah Barat bendungan bakal bisa dikelola warga dan memberi pemasukan bagi warga.

"Sehingga mereka lapang dada menyerahkan ke pemerintah," kata Lono, seorang pensiunan guru.



KOMPAS.com/ DANI J Ada area bermain untuk anak di Taman Bendung Kamijoro ini. Magnet baru ini berada di Dusun Kaliwiru, Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo, Kulon Progo.

Benar saja, kini pengunjung ramai sejak awal Februari lalu. Warga Kaliwiru segera menyambut keberadaan taman sebagai destinasi baru di Sentolo. Apalagi mengingat Sontolo minim destinasi wisata.

Taman sungguh menarik perhatian banyak warga. Seperti hari ini, Pengunjung tumpah ruah. Warga bakal mengabadikan foto ketika melintas berjalan kaki di semua sudut taman dan jembatan.

Tidak ada retribusi masuk ke taman maupun jembatan. Warga Kaliwiru pun berinisiatif mengelola parkir, membuat toilet, dan berbagai rencana fasilitas wisata lain di sekitaran taman.

Warga memanfaatkan kesempatan ini unuk menjual karcis parkir Rp 2 ribu untuk sepeda motor dan Rp 5 ribu untuk mobil. Lono mengungkapkan, sebanyak 1.000 karcis parkir terjual dalam satu hari. Jumlah karcis parkir meningkat dua kali lipat bila hari minggu dan hari libur. Tak hanya di Kaliwiru. Warga Pajangan, Bantul di sisi timur jembatan, juga ketiban rezeki.

Warga juga memanfaatkan momen untuk berjualan. Aneka kuliner dijajakan oleh warga setempat, seperti pecel, mie lethek, es krim, dan beragam jajanan pasar khas Yogyakarta.
Share:

17 February 2019

Pelajar Kulon Progo Terlibat dalam Bedah Rumah Warga Miskin - KOMPAS.com




KULON PROGO, KOMPAS.com - Puluhan pelajar terlibat dalam aksi bedah rumah warga miskin di Dusun Nguntuk-unthuk, Desa Ngargosari, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dalam bedah rumah ini, pelajar merasakan pengalaman gotong royong, sebuah kearifan lokal warga Kulon Progo, yang terus bertahan turun temurun.

Selain gotong royong, pelajar bisa memperkokoh bagaimana silaturahmi satu dengan orang lain, saling simpati, mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, juga melatih hidup toleransi.

"Bisa saling membantu, saling tolong menolong dengan sesama, murid bisa saling berkontribusi bersama, dan bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri," kata Saiful Anwar, pelajar Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Samigaluh, seperti tertera dalam rilis via email yang dikirim Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Minggu (17/2/2019).

Puluhan pelajar SMPN 2 Samigaluh ini ikut dalam bedah rumah milik Antonius Jumilan di Ngunthuk-Untuk. Para pelajar terlihat antusias meranting (estafet) ember berisi pasir yang digunakan untuk membangun rumah.

Mereka menyingkirkan perbedaan apapun di antara warga. Kepala SMPN 2 Samigaluh, Sartono mengatakan, pelibatan pelajar dalam bedah rumah bagian dari pendidikan karakter yang memang telah diterapkan dunia pendidikan Kulon Progo.

Karakter pelajar yang diharapkan itu adalah Pancasilais, bisa membantu masyarakat yang kebetulan kurang mampu, dan sekaligus terdidik toleransi.

" Bedah rumah ini kegiatan sekolah praktek langsung dan merupakan kegiatan pengamalan Pancasila secara langsung. Alhamdulillah, kegiatan seperti ini bisa membantu masyarakat yang kebetulan kurang mampu, dan sekaligus mengajarkan toleransi kepada generasi muda dan anak-anak kita, terhadap kondisi lingkungan yang ada. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang sangat positif dan kalau perlu bisa kami tingkatkan," kata Sartono.

Pembangunan rumah layak huni bagi Antonius merupakan bagian dari program bedah rumah bagi warga miskin yang rutin berlangsung di Kulon Progo sejak bertahun-tahun lalu.

Pemkab Kulon Progo bekerja sama dengan perusahaan, berbagai kelompok masyarakat, hingga badan amal, menggelar program yang menyasar rumah warga yang tidak mampu.

Program sekaligus mempertahankan dan terus menggelorakan semangat kegotongroyongan antar warga sekitar. Gotong royong itu diwujudkan baik dari sisi pembiayaan maupun pelibatan sumber daya manusia dari berbagai kelompok.

Bedah rumah memang sudah berlangsung lama. Rata-rata dilakukan pada hari Minggu di beberapa titik.

Seperti di hari ini saja, bedah rumah juga berlangsung di rumah milik Sumanto warga Separang Pagerharjo Samigaluh.

Aksi peduli ini semakin memperlihatkan bagaimana masih banyak warga di Kulon Progo hidup dalam kondisi memprihatinkan, utamanya di daerah dengan medan sulit di Bukit Menoreh. Mereka memerlukan uluran tangan.

Wakil Bupati Kulon Progo, Sutedjo menyatakan, pentingnya gotong royong karena manusia tidak bisa hidup sendiri dan saling membutuhkan bantuan orang lain.

"Dengan bergotong royong merupakan bentuk pengamalan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Kami juga senang para siswa ikut terlibat dalam gotong royong bedah rumah," kata Sutedjo, yang hadir di rumah milik Antonius ini.

Sejumlah pejabat Pemkab, kecamatan hingga perangkat desa, hadir di bedah rumah ini.
Share:

BERITA KULON PROGO TERBARU

SITEMAP