Mohon perhatiannya, semua isi berita diblog ini adalah disalin dari berbagai sumber. Dan hanya sebagai arsip pribadi dan Group Komunitas Warga Kulon Progo.

Seluruh informasi termasuk iklan diblog ini bukan tanggung jawab kami selaku pemilik blog. Kami hanya Memberikan tempat kepada para pengiklan dan sebagai ,media sharing


 tarif jasa kami
KEMBALI KE HALAMAN AWAL – LC FOTOKOPI  *  TARIF JASA FOTOKOPI, PRINT, SCAN, KETIK, PRINT , DLL.   *   MELAYANI PRINT, PRINT COPY SECARA ONLINE


25 February 2020

Ground Breaking 2 Gedung Baru Pendidikan Vokasi UNY di Kulon Progo - Tribun Jogja


Laporan Reporter Tribunjogja.com, Andreas Desca Budi Gunawan
TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Peletakan batu pertama atau ground breaking sebagai tahap awal pembangunan dua gedung baru untuk pendidikan vokasi Universitas Negeri Yogyakarta, Senin (24/02/2020) dilaksanakan di Wates, Kulon Progo.
Bersama Bupati Kulonprogo dan jajaran Forkopimda, Rektor UNY Prof Sutrisna Wibawa melakukan peletakan batu bertama penambahan dua gedung di kampus UNY Wates.
Peletakan batu pertama ini menjadi sebuah perwujudan dari komitmen UNY dalam memajukan pendidikan vokasi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
“Kami ingin UNY menghadirkan atmosfer pendidikan vokasi yang unggul di Wates, sehingga bermanfaat untuk mahasiswa dan daerah. Terlebih lagi, kampus Wates adalah perintis vokasi yang kami miliki,” ungkapnya. 
Dia menambahkan bahwa kampus UNY Wates adalah perintis, karena telah hadir sejak tahun Agustus 2000.
Dulunya, gedung UNY adalah bekas Sekolah Guru Olahraga (SGO).
"Ketika SGO dibekukan pemerintah dan digabungkan ke UNY, jurusan D3 mulai beroperasi di kampus tersebut.
Sampai akhirnya pada tahun 2019, seluruh jurusan D4 dipusatkan di kampus Wates sebagai satu kesatuan vokasi," katanya.
Hal ini sejalan dengan visi Presiden yang berfokus dengan pendidikan vokasi, dan amanat Permenristekdikti bahwa vokasi harus diselenggarakan kampus di daerah yang berbeda dari pendidikan sarjana.
“Terlebih lagi, pendidikan akademis sarjana memang berbeda dengan vokasi. Jadi kampus Wates sejak tahun lalu difokuskan untuk vokasi. Penambahan dua gedung ini akan meningkatkan atmosfer pendidikan vokasi disana,” katanya.
Sumber Berita :
Ground Breaking 2 Gedung Baru Pendidikan Vokasi UNY di Kulon Progo - Tribun Jogja
Share:

Hiu Paus Terdampar di Pantai Glagah Kulon Progo - Tagar News


Kulon Progo - Seekor hiu paus terdampar di Kawasan Pantai Glagah, Kulon Progo, Minggu, 23 Februari 2020. Terdamparnya hewan yang memiliki nama latin Rhincodon Typus ini, pertama kali diketahui warga saat sedang memancing di laut.
Koordinator SAR Linmas Rescue Istimewa (SRI) Wilayah V Pantai Glagah, Kulon Progo, DIY, Aris Widiatmoko mengatakan setelah mendapat laporan dari warga, pihaknya langsung mendatangi lokasi terdamparnya hiu paus tersebut. Aris menjelaskan, saat ditemukan, hewan mamalia tersebut masih dalam kondisi hidup.
"Hiu tersebut sepertinya kembali sendiri ke laut. Saat anggota datang ke lokasi, posisinya sudah mulai ke selatan (laut lepas)," ucap Aris.
Adanya hius paus terdampar, pihaknya langsung berkoodinasi dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) DIY untuk melakukan evakuasi.
Hiu tersebut sepertinya kembali sendiri ke laut. Saat anggota datang ke lokasi, posisinya sudah mulai ke selatan (laut lepas).
Sementara itu, Kepala Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA DIY, Untung Suripto mengatakan hiu paus yang terdampar merupakan salah satu hewan yang dilindungi pemerintah berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 18/KEPMENKP/2013.
Untung menjelaskan, ada beberapa penyebab hiu paus terdampar ke pinggir pantai. Selain karena gelombang besar, polusi juga bisa menjadi penyebab hiu paus mencari makan sampai jauh ke dekat pantai.
Faktor lainnya, imbuh Untung, juga karena gangguan dari aktivitas manusia seperti sonar kapal atau percobaan bom/nuklir di laut, sehingga navigasi hiu paus terganggu.
"Makanan dari hiu paus adalah plankton dan ikan atau udang kecil. Setiap tahun ada kejadian seperti ini, namun tempatnya tidak selalu sama," ujar Untung.
Dia mengimbau kepada nelayan, apabila menemukan hewan seperti hiu paus ini terdampar di pinggir pantai agar bisa membantu menghalau kembali ke lautan. Hal ini dilakukan agar hewan ini terhindar dari kepunahan. []

Sumber Berita : Hiu Paus Terdampar di Pantai Glagah Kulon Progo - Tagar News
Share:

Longsor Kembali Jebol Rumah Warga Kulon Progo - Kompas.com - KOMPAS.com


KULON PROGO, KOMPAS.com - Tanah longsor kembali melanda rumah warga di dataran tinggi Bukit Menoreh, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta
Longsor yang terjadi saat hujan cukup deras, merusak satu rumah milik Mujiyono di Pedukuhan Tritis, Kalurahan Ngargosari, Kapanewon Samigaluh. 
Material longsor menjebol dinding dan jendela kamar yang biasa digunakan sebagai gudang penyimpanan barang.
"Saat itu hujan sudah berlangsung 3 jam. Tanah longsor kena rumah sekitar pukul 16.00 WIB," kata Febri (22), anak kedua dari Mujiyono, Minggu (16/2/2020). 
Febri menceritakan, rumah itu dihuni empat orang. Ketika peristiwa terjadi, semua orang sedang berada dalam rumah. 
Mereka terkejut ketika ada suara keras yang berasal dari gudang belakang. Saat diperiksa, dinding bangunan sudah jebol.
Akibat kejadian ini, Mujiono merugi hingga Rp 9 juta,
"Kami akan segera membersihkan lokasi longsor," kata Febri.  

Sementara itu, Kepala Bidang Logistik dan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kulon Progo, Edi Wibowo mengungkapkan, telah menerjunkan tim reaksi cepat (TRC) untuk penanganan awal.
"Rencana kalau tidak ada acara lain maka TRC melaksanakan assesment," kata Edi.
Baru-baru ini, tanah longsor juga terjadi di Pedukuhan Keji, Kalurahan (desa) Hargotirto, Kapanewon (kecamatan) Kokap.
Dinding samping rumah milik Dulmanan ini sampai jebol diterjang  longsor tebing. Tidak ada korban akibat peristiwa ini. 
Longsor terjadi bersamaan dengan hujan menerpa semua wilayah Kulon Progo sepanjang Jumat (14/2/2020).
Sumber Berita : Longsor Kembali Jebol Rumah Warga Kulon Progo - Kompas.com - KOMPAS.com

Share:

Balapan Ala Fast and Furious di Underpass Kulon Progo, Sopir Dijerat 3 Pasal - Detiknews


Kulon Progo -
Polisi telah memanggil dua orang sopir mobil dan seorang perekam video balapan di Underpas Yogyakarta International Airport (YIA) di Kulon Progo. Dua sopir telah ditilang dengan jeratan tiga pasal, apa saja?
"Di sini kami tetap berpedoman kepada pelanggaran lalu lintas setelah kita lakukan lidik dengan kasat lantas dan tim ini merupakan pelanggaran lalu lintas," ujar Kapolres Kulon Progo AKBP Tartono, saat jumpa pers di Mapolres Kulon Progo, Rabu (19/2/2020).
Tartono mengungkapkan, dari hasil penyelidikan dan pengecekan kendaraan, ditemukan beberapa pelanggaran. Di antaranya melanggar batas kecepatan maksimal di lokasi tersebut yakni 40 km/jam.
"Di situ ada rambu dan ketentuan batas kecepatan yakni 40 km per jam dan ada rambu dilarang berhenti serta parkir, itu yang dilanggar," kata dia.
"Selain itu, dalam video itu kami teliti ternyata sabuk pengaman tidak digunakan. Jadi ada tiga pelanggaran yang dilakukan," paparnya.
Dalam kesempatan yang sama, Kasat Lantas Polres Kulon Progo, AKP Didik Purwanto menambahkan para pelanggar lalu lintas sudah dikenakan pelanggaran penilangan sesuai pasal.

Sumber Berita :
Share:

05 December 2019

Tak Ada Lagi Kecamatan dan Desa di Kulon Progo 2020

 Pemkab Kulon Progo menjadi yang terdepan mengubah nomenklatur sesuai UU Keistimewaan di Yogyakarta. Tahun depan kecamatan dan desa sudah berganti.

Perubahan nomenklatur di DIY berdasarkan UU Keistimewaan Yogyakarta dan Perda Keistimewaan tentang Kelembagaan. (Foto: Humas Pemda DIY/Tagar/Ridwan Anshori)

Kulon Progo - Kulon Progo menjadi kabupaten yang terdepan menerapkan perubahan nomenklatur di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Targetnya akhir tahun ini nomenklatur kecamatan dan desa sudah berganti. Nama kecamatan berganti menjadi kepanewon, nama desa berubah menjadi kalurahan.

Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPMD Dalduk-KB) Kabupaten Kulon Progo, Sudarmanto mengatakan, perubahan nomenlaktur kemungkinan besar bisa terlaksana pada akhir tahun ini.

Pemkab Kulon Progo telah membuat dan menetapkan Peraturan Daerah Nomor 4 tahun 2019 tentang Penetapan Kalurahan dan Peraturan Bupati Nomor 68 tahun 2019 tentang Pedoman Umum dan Tata Kerja Kalurahan.

Menurut dia, sebanyak 87 kepala desa di Kulon Progo juga sudah diinstruksikan untuk menyusun Peraturan Desa (Perdes) tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) Pemerintah Desa, menyesuaikan dengan perubahan nonmenlaktur. "Targetnya selesai pada minggu ini," ujar Sudarmanto di Kulon Progo, Selasa, 3 Desember 2019.

Sudarmanto menuturkan, untuk memastikan Perdes selesai pekan ini, koordinasi dengan kepala desa dan camat sudah dilakukan. Apabila Desa mengalami kesulitan dalam pembuatan, maka bantuan siap diberikan. "Kini sudah ada beberapa desa yang mengirim ke kami. Saat perdes selesai pekan ini, maka akhir tahun bisa menerapkannya," terangnya.

Dia mengatakan perubahan nomenlaktur desa menjadi kalurahan juga ikut mengubah nama jabatan di pemdes. Kepala desa berubah menjadi lurah, sekretaris desa menjadi carik, seksi kesejahteraan dan kemakmuran berganti jadi ulu-ulu dan lain sebagainya.


Targetnya selesai pada minggu ini.

Perubahan ini, juga akan menambah kewenangan lembaga. Jika sebelumnya hanya menerapkan UU No 6/ 2014 tentang Desa, nanti desa juga akan mendapat mandat berdasarkan UU No 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Yogyakarta. Dengan mandat ini, desa turut berperan terkait dengan kebudayaan, urusan tata ruang hingga pertanahan.


Pawai budaya untuk mengokohkan Yogyakarta sebagai daerah berstatus di Istimewa di di Kulon Progo belum lama ini. (Foto: Tagar/Harun Susanto).

"Ini hanya berlaku untuk desa ke kalurahan. Untuk kalurahan perangkatnya non ASN. Sedangkan untuk Kelurahan Wates tetap, secara kelembagaan masih menjadi bagian perangkat Kapanewon Wates sehingga pegawainya tetap dari aparatur sipil negara (ASN)," ujar Sudarmanto.

Kepala Desa Gerbosari, Kecamatan Samigaluh Damar mengaku sudah menyusun perdes tersebut. Hasilnya sudah disampaikan kepada Kecamatan Samigaluh agar dievaluasi. Jika lancar, dalam waktu dekat Perdes itu segera dikirimkan ke DPMD Dalduk-KB.

Dia mengatakan dalam penyusunan Perdes bersama dengan BPD Gerbosari berjalan lancar. "Masyarakat desa kami juga mendukung perubahan nonmenlaktur tersebut," ungkap Damar. []


Sumber Berita :
Share:

Ini untuk memetakan kerawanan macet.



Kulon Progo - Sejumlah lokasi di Kabupaten Kulon Progo berpotensi menjadi titik macet pada libur Natal 2019 dan Tahun Baru 2020 (Nataru). Salah satu lokasi rawan macet, ada di kawasan Bandara Yogyakarta International Airport (YIA), di Kecamatan Temon.

Kepala Seksi Operasional dan Pengendalian Dinas Perhubungan Kulon Progo Bhekti Nurada mengatakan beroperasionalnya bandara YIA sejak Mei yang lalu, berpotensi menjadi titik macet baru di saat libur Nataru. Bandara baru ini memiliki letak strategis, karena berada di pinggir jalan nasional dan berdekatan dengan pintu masuk Kulon Progo dari sisi barat.

"Potensi penumpukan kendaraan di jalan nasional yang berada di depan pintu masuk bandara sebenarnya bisa terkurangi dengan adanya underpass yang melintasi Bandara YIA. Namun belum diketahui pasti kapan underpass akan dibuka," ujar Bhekti Nurada di Kulon Progo, Selasa, 3 Desember 2019.

Berdasarkan informasi sementara pelaksana proyek undeerpass PT. Wijaya Karya (Wika) akan menyelesaikan pembangunan underpass pada tanggal 6 Desember. Tahap selanjutnya penyerahan kepada Pemda DIY. Namun operasional underpass ini belum tentu dilakukan pada tanggal penyerahan.

Atas dasar itu, Dinas Perhubungan Kulon Progo bersama pihak terkait mulai mengantisipasi kemacetan yang berpotensi terjadi. Bersama Satuan Lalu Lintas Polres (Satlantas) Polres Kulon Progo dan sejumlah pihak lainnya, meninjau sejumlah lokasi rawan macet, salah satunya di sekitar Yogyakarta International Airport (YIA) pada Selasa, 3 Desember 2019.

Sejumlah titik ditinjau dalam kegiatan itu. Antara lain di pintu masuk bandara, area underpass, simpang tiga pangkalan, Temon dan kawasan Pasar Glaeng, Temon. "Ini untuk memetakan kerawanan macet," tuturnya.

Dia mengatakan setelah pemetaan langkah selanjutnya adalah mengantisipasi kemacetan. Antisipasi ini apakah akan dilakukan rekayasa lalu lintas atau ada cara lainnya. Pada pekan kedua Desember, rencananya akan diadakan rapat koordinasi seluruh unsur terkait, untuk antisipasi kemacetan dan potensi lain yang merugikan masyarakat di saat Nataru.

"Pengamanan lalu lintas pada Nataru ini, dilakukan di enam gereja dan sejumlah titik rawan macet, termasuk kawasan bandara. Personel Dinas Perhubungan yang diterjunkan, sejumlah 35 personel mulai tanggal 24-31 Desember," ungkapnya.

Kepala Satlantas Polres Kulonprogo, Ajun Komisaris Polisi Didik Purwanto mengatakan sejumlah pos jaga di sejumlah titik akan didirikan untuk memantau arus mudik dan balik saat Nataru. Pos tersebut terletak di sekitar Pasar Sentolo, Alun-alun Wates dan kawasan YIA.

"Polres Kulon Progo bersama dengan jajaran Polsek, secara mobile juga akan melakukan pengawasan di jalan-jalan wisata," ujar AKP Didik.

Dia menyatakan Polres Kulon Progo juga akan melakukan rekayasa lalu lintas pada saat malam Natal dan Tahun Baru. Area yang akan direkayasa, salah satunya di Alun-alun Wates, yang dimungkinkan jadi pusat keramaian. []

Sumber Berita :
Share:

27 October 2019

Captain Amerika Operasi Zebra di Kulon Progo - Tagar News


Kulon Progo - Kepolisian Resort Kulon Progo kini tengah menggelar Operasi Zebra Progo 2019, dengan sasaran sejumlah pelanggaran. Bahkan, dalam operasi yang diadakan mulai tanggal 23 Oktober hingga 5 November ini, turut hadir pula superhero, Captain America dan Superman. Tugas mereka, yaitu menolong masyarakat dengan cara memberikan hiburan dan edukasi tertib berlalu lintas.
Tokoh Superman diperankan oleh Bripka Eka Nugraha, sementara tokoh Captain America diperankan oleh Bripka Fibriadi Triatmaja. Selain dua superhero tersebut, ada juga sosok badut polisi yang diperankan Aipda Bambang Suryono.
Kehadiran mereka, ternyata cukup menyita perhatian para pengendara. Pengendara yang semula terlihat takut ataupun tegang, justru akhirnya bisa tersenyum.
Senang aja lihat superhero ini. Saya harap sih ke depannya juga ada lagi.
Salah satu pengendara yang menyambut baik adanya superhero ini, adalah Yuli Irawati umur 28 tahun. Menurutnya, kehadiran dua superhero tersebut merupakan hal kreatif dari kepolisian. Polisi bisa jadi lebih membimbing dan mendukung masyarakat lebih tertib berlalu lintas.
"Saya tidak mempersoalkan harus diberhentikan sementara waktu di Operasi Zebra Progo karena ini sudah kewajiban," ucapnya usai diperiksa kelengkapan berkendara, di depan Balai desa Kedungsari Pengasih Kulon Progo, Sabtu 26 Oktober 2019.
Sambutan yang baik juga diberikan oleh Muji Erlina, warga Kebumen yang tengah melakukan perjalanan tamasya menuju Yogyakarta. Dia menuturkan, baru pertama kali melihat superhero hadir dalam sebuah operasi lalu lintas dari kepolisian.
"Senang aja lihat superhero ini. Saya harap sih ke depannya juga ada lagi, sehingga masyarakat akan semakin mengapresiasi dan juga tambah tertib," ujar Muji Erlina.
Dia menambahkan, masyarakat sebenarnya tidak perlu takut dengan operasi lalu lintas kepolisian. Apabila surat-surat kendaraan lengkap, dan kendaraan sesuai dengan standar, dipastikan akan aman dalam berkendara.
"Nah bagi yang belum lengkap, sebaiknya lengkapi saja. Toh ini juga demi kepentingan diri sendiri," ujar Muji yang seluruh kelengkapan berkendaranya lengkap.
Adanya superhero dalam Operasi Zebra Progo ini, memang merupakan yang pertama dilakukan Polres Kulon Progo. Kasat lantas Polres Kulon Progo, AKP Maryanto mengatakan, Superman dan Captain America dihadirkan bertujuan untuk menghibur sekaligus mengedukasi para pengendara motor agar tertib berlalu lintas.
Superhero dipilih menjadi maskot, karena mereka merupakan sosok penolong masyarakat dan peduli keselamatan.
"Edukasi yang merupakan bagian dari upaya preventif kepolisian. Harapannya pengendara sepeda motor bisa lebih tertib berlalu lintas," ujar AKP Maryanto.
Dia menjelaskan, dalam Operasi Zebra Progo tahun 2019 ini pengendara motor yang tercatat melakukan pelanggaran mencapai 975 orang, hingga hari Jumat 25 Oktober 2019. []

Sumber Berita :
Share:

15 October 2019

Pesta Pedagang Pasar Wates Bareng Konsumen Meriahkan HUT Kulon Progo - Tribun Jogja


TRIBUNJOGJA.COM - Dalam rangka memperingat HUT ke-68 Kabupaten Kulon Progo, Pengurus Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Wates, Kulon Progo pada hari Selasa, 15 Oktober 2019 mengadakan serangkaian kegiatan di area parkir depan pasar Wates.
Kegiatan ini dimulai pukul 08.00 WIB dan diawali dengan upacara bendera yang diikuti oleh seluruh pedagang pasar dengan mengenakan busana adat.
Selain itu aba-aba atau instruksi dan sambutan inspektur upacara wajib menggunakan bahasa Jawa.
Usai upacara bendera, para pedagang pasar yang diperkirakan berjumlah 600 orang dengan mengenakan kebaya akan mengikuti senam massal dengan lagu Kulon Progo Hip Hop, Kancili dan On My Why.
Menurut Yohanes Bambang Sunarko, selaku Ketua APPSI Wates, Kulon Progo dalam rilis yang diterima Tribunjogja.com, Senin (14/10/2019) kegiatan ini juga dimeriahkan organ tunggal yang akan mengiringi penyanyi lokal.
Sambil mendengar kan musik, para pedagang menyiapkan aneka menu untuk dinikmati bersama dengan para konsumen yang hadir atau sedang berbelanja.
Hal ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah atas rejeki yang telah diterima dan sekaligus bentuk ucapan terimakasih kepada para konsumen yang telah setia belanja di Pasar Wates, Kulon Progo. (rls)

Sumber Berita :
Share:

Upaya Agar Bandara YIA Kulon Progo Ramah Bagi Penyandang Disabilitas - Kompas.com - KOMPAS.com



  • KULON PROGO, KOMPAS.com – Layanan prima bagi para penyandang disabilitas adalah memampukan kaum difabel melakoni semua kegiatannya secara mandiri dan bermartabat.
    Bandar Udara Yogyakarta Internasional Airport ( Bandara YIA) di Kecamatan Temon, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta merencanakan hal serupa dengan mengupayakan perbaikan dan mengembangkan sarana dan layanan yang lebih lengkap bagi para difabel.
    “YIA ini (di masa depan akan menjadi) bandara yang pertama barangkali di Indonesia sebagai bandara yang ramah terhadap semua ragam disabilitas,” kata General Manager YIA dari PT Angkasa Pura I (Persero), Agus Pandu Purnama di lobi bandara, Jumat (11/10/2019).
    Provinsi DIY memiliki dua bandara, Adisutjipto di Yogyakarta dan YIA di Kulon Progo.
    Pandu mengakui, keduanya belum memberikan layanan maksimal pada penyandang disabilitas sebagai pengguna bandara meskipun bandara telah menyediakan banyak fasilitas pendukung dan sarana bagi kaum difabel ini.
    Ini dilatari minimnya pemahaman detil terkait kebutuhan mereka akibat banyaknya ragam disabilitas.
    Selama ini, AP I sudah menyediakan toilet khusus bagi difabel, kursi roda, hingga jalur untuk mereka yang tuna netra. Semua itu dirasa belum cukup menunjukkan sebagai bandara ramah difabel.
    Pandu mengungkapkan, YIA akan berkembang untuk bisa melayani semua jenis kebutuhan khusus ini.
    AP I pun menggandeng komunitas Indonesian Caring yang  menaungi para penyadang cacat di Yogyakarta.
    Mereka menghadirkan 25 difabel untuk mengevaluasi kelebihan dan kekurangan YIA dalam melayani kebutuhan mereka.
    Mereka masuk dari tol gate, drop zone, check in counter, garbarata, hingga area kedatangan.
    “Ini ternyata beda-beda kebutuhannya. Mereka merasakan kekurangannya apa di bandara ini,” kata Pandu.
    Hasil asesmen ini nanti bisa saja berujung pada ada penambahan dan penyempurnaan sarana dan fasilitas di bandara nanti sehingga bisa melayani kaum difabel secara lebih baik.
    Pandu mencontohkan bagaimana depresi bisa saja muncul pada penyandang disabilitas mental ketika menghadapi keterlambatan pesawat yang berkepanjangan.
    AP bisa saja menyediakan ruang tenang dengan berbagai fasilitas pendukung bagi penyandang seperti ini.
    Asesmen berlangsung satu hari dan tentu akan ada hasil beragam. “Mereka yang mencatat dan kami yang akan menyediakannya,” kata Pandu.

    Fasilitas ramah untuk penyandang disabilitas

    Terbayang YIA di masa depan. Pandu mengungkapkan bagaimana nanti tunanetra punya jalur secara mandiri hingga mampu check in sendiri, kaum tuna rungu bisa sampai check in sendiri dengan bantuan costumer service yang mampu berbahasa isyarat.
    Mereka yang tuna rungu juga tak perlu tertinggal pesawat karena tidak mendengar panggilan. Mereka cukup melihat lampu menyala sebagai tanda waktunya untuk terbang.
    Tidak hanya bandara, pihak maskapai hingga ground support diharapkan bisa melakukan hal ini. “Ini yang akan kita gali ilmu ini sebagai bagian dari layanan prima,” kata Pandu.
    Bandara YIA berkembang seiring dengan Yogyakarta yang kini menjadi salah satu destinasi wisata utama setelah Pulau Bali.
    Keramahan pada penyandang cacat pun menjadi perhatian besar. Setelah bandara, tempat-tempat lain pun di Yogyakarta sebagai tempat ramah bagi difabel akan terus tumbuh, termasuk hotel dan destinasi wisata.
    “Amenity destinasi ini akan berpandangan untuk disabilitas juga. Misal perhotelan. Dari sisi PHRI dan ASITA jangan sampai ada hotel tidak ada toilet untuk difabel,” kata Pandu.
    “Tapi ini masih awal. Kita perlu pendalaman detil. Kami datangkan semua asosiasi dan Indonesia Caring. Mumpung bandara belum full operation sehingga ada langkah agar semua siap,” kata Pandu.

    Perbaikan YIA

    Ada fasilitas standar disediakan YIA bagi penyandang disabilitas. Relawan Indonesia Caring, Anggiasari Puji Aryatie mengakui bagaimana fasilitas itu belum sepenuhnya memadai.
    Anggiasari, difabel diskondroplasia di mana pertumbuhan badannya tidak berkembang baik akibat gangguan pertumbuhan tulang rawan. Anggia, panggilannya, tidak sampai setinggi pinggang.
    Dengan kondisi tubuhnya itu, Anggia mengaku banyak hal yang menyulitkan dirinya, seperti: counter check in yang yang masih terlalu tinggi, toilet khusus difabel yang juga masih terlalu tinggi, tidak ada pijakan tambahan bagi orang seukuran dirinya di ATM, hingga soal sensor pintu otomatis.
    “Saya hampir terjelungup ke toilet karena terlalu tinggi untuk saya. Kalau di Halim (Jakarta), ada dua bentuk toilet difabel yakni yang pendek dan normal,” katanya.
    Menurutnya, peninjauan ini perlu mengingat YIA berniat memberi layanan prima bagi difabel.
    Dasarnya adalah agar mereka bisa melakukan secara mandiri tanpa bantuan orang lain untuk semua jenis kecacatan.
    YIA perlu melakukan sejumlah perbaikan dan penyempurnaan di segala sisi di tengah fasilitas yang cukup lengkap.
    “Karenanya perlu pelibatan difabel dan organisasinya untuk cek langsung apakah ini bisa digunakan atau tidak,” katanya.

    Masih kurang nyaman

    Sri Lestari mengungkapkan, banyak sarana khusus difabel yang dirasa kurang nyaman untuk digunakan.
    Sebagai penyandang cacat yang lumpuh separuh tubuh ke bawah lumpuh (parapelgi) seperti dirinya, ia melihat beberapa kekurangan tidak hanya soal pemasangan handrail hingga penempatan wastafel dalam toilet difabel.
    Ia mendapati bagaimana jalan khusus difabel kursi roda terasa terlalu curam, licin, belum tersedia handrail, hingga belum ada parkir khusus roda 3.
    “Parkir ini harus dengan gambar atau tulisan sebagai rambu bahwa di sana tidak boleh dipakai orang yang tidak sesuai haknya,” kata Sri.
    Ia juga menemukan masih ada pintu belum otomatis yang membuat dirinya terpaksa mendorong kaca itu dengan kursi roda. “Itu bisa merusak kaca,” katanya.
    Penyandang cacat tubuh yang menggunakan kursi roda, Bahrul Fuad menyorot tentang kebiasaan orang yang tidak memberi penghargaan pada para penyandang cacat.
    Ini terlihat dari banyak ditemui baik kursi, tempat parkir, bahkan toilet khusus difabel malah dipakai orang yang tidak cacat atas alasan tertentu.
    Fuad berharap AP I terus mendorong edukasi dan sosialisasi kepada publik soal pengguna fasilitas difabel. Dengan demikian, semua orang bisa merasakan manfaat keseluruhan jasa bandara tanpa mengabaikan yang lain.

    “Perlu ada edukasi dan sosialisasi publik tentang penggunaan fasilitas penyandang disabilitas. Jangan sampai ada priority seat atau tempat duduk (gambar) kursi roda, atau yang sudah ada tandanya untuk anak, lansia, ibu hamil, dan difabel, tapi tetap digunakan oleh orang yang tidak punya hak di situ,” kata Fuad.
    “Kalau toilet sudah jelas kursi roda ya jangan sampai dipakai oleh orang lain dengan alasan kebelet,” katanya.

    4 Kategori Disabilitas

    YIA menggandeng Indonesia Caring untuk menyusun apapun yang bisa melayani kaum difabel lebih nyaman dan leluasa saat menjadi pengguna jasa bandara.
    Komunitas ini gabungan dari Association of The Indoneisan Tours and Travel (ASITA), Yayasan Kristen untuk Kesehatan Umum (YAKKUM), United Celebral Palsy (UCP), Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (GERKATIN), dan Sasana Inklusi dan Gerakan Advokasi Difabel (SIGAB). 
    Koordinator Indonesia Caring, Meyra Marianti mengungkapkan ada banyak ragam disabilitas. Namun, semuanya terpilah dalam 4 besar, yakni disabilitas mental, sensorik, intelektual, dan fisik.
    Ia berharap, asesmen nanti bisa mewujudkan bandara nan ramah pada pada kebutuhan dasar difabel dari masing-masing kategori tersebut.
    “Paling tidak mereka bisa mandiri tanpa asistensi, sehingga tidak harus dipegang,” kata Meyra.

Sumber Berita :
Share:

Pemkab Kulon Progo Hadirkan Kampung Koteka di Kawasan Menoreh - Tribun Jogja

  • TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Sektor agrobisnis banyak berkembang di sekitar destinasi wisata dan sentra perkebunan di kawasan perbukitan Menoreh belakangan ini.
    Hal itu mendorong Pemerintah Kabupaten Kulon Progo untuk mengembangkan kampung kopi, teh, dan kakao (Kampung Koteka).
    Kampung Koteka ini dipusatkan di wilayah Kecamatan Samigaluh, Kalibawang, dan Girimulyo.
    Ketiga wilayah ini merupakan sentra perkebunan dari tiga komoditas tersebut.
     Adapun program Kampung Koteka ini telah digagas Pemkab sejak 2017 dan dilakukan bertahap hingga 2020 sebagai bagian dari dukungan terhadap Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Borobudur serta Bandara Internasional Yogyakarta (YIA).
    Kasi Produksi Perkebunan, Dinas Pertanian dan Pangan Kulon Progo, Cahyadi Jono mengatakan agribisnis banyak tumbuh di tiga kecamatan itu dalam tiga tahun terakhir.
    Terutama di sekitar objek-objek wisata sehingga mampu mendongkrak jumlah kunjungan wisatawan ke wilayah tersebut.
    Adapun kampung-kampung agribisnis yang dikembangkan Pemkab melalui program Kampung Koteka itu antara lain Kampung Kakao di Banjararum (Kalibawang), Kampung Kopi Purwosar (GIimulyo), dan Kampung Kopi Gerbosari maupun Pagerharjo (Samigaluh).
     "Di sana dibangun unit usaha perkebunan yang dikelola masyarakat sekaligus menjadi objek wisata dan agribisnis ini kemudian muncul di sekitarnya sehingga bisa mendongkrak angka kunjungan wisata," kata Cahyadi, Senin (14/10/2019).
    Disebutnya, letak geografis Kulon Progo cukup strategis seiring adanya program pengembangan KSPN Borobudur dan Bandara YIA oleh pemerintah pusat.

Sumber Berita :
Share:

BERITA KULON PROGO TERBARU

SITEMAP