Mohon perhatiannya, semua isi berita diblog ini adalah disalin dari berbagai sumber. Dan hanya sebagai arsip pribadi dan Group Komunitas Warga Kulon Progo.

Seluruh informasi termasuk iklan diblog ini bukan tanggung jawab kami selaku pemilik blog. Kami hanya Memberikan tempat kepada para pengiklan dan sebagai ,media sharing


 tarif jasa kami
KEMBALI KE HALAMAN AWAL – LC FOTOKOPI  *  TARIF JASA FOTOKOPI, PRINT, SCAN, KETIK, PRINT , DLL.   *   MELAYANI PRINT, PRINT COPY SECARA ONLINE


07 April 2017

Pengukuran Ulang Lahan Calon Bandara Kulonprogo


TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO -  Sikap penolakan pembangunan bandara di Temon yang disuarakan warga dari kelompok Wahana Tri Tunggal kini mulai luruh.

Beberapa warga yang semula keras menolak kini putar haluan merelakan lahannya digunakan untuk megaproyek tersebut dan meminta adanya  pengukuran ulang.

Informasi dihimpun, ada 30 warga dengan 100 bidang tanah yang meminta pengukuran dan penilaian ulang atas bangunan dan tanaman yang dimiliki di atas lahannya.

Mereka berasal dari wilayah Sidorejo dan Kretek (Desa Glagah ) serta Kragon 2 dan Munggangan 1 (desa Palihan) yang selama ini dikenal sebagai daerah basis massa warga penolak bandara.
Permintaan itu bahkan sudah ditindaklanjuti PT Angkasa Pura 1 dengan melakukan pengecekan lahan warga bersangkutan, Selasa (4/4).

Ketua WTT, Martono, membenarkan hal tersebut. Ia menyebut bahwa sikap terakhir WTT adalah mempersilahkan warga yang ingin menuntut hak atas tanahnya itu dan merelakan tanahnya digunakan maupun tetap menolak pembangunan tersebut.

WTT secara organisasi menyerahkan keputusan kepada masing-masing warga pemilik lahan.
Kondisi ini sekaligus menjelaskan adanya perpecahan dalam lingkup WTT di mana anggota ada yang menginginkan penilaian ualang dan sebagian lainnya tetap bungkam menolak.

Konon, masih ada sekitar 40 rumah di wilayah terdampak bandara di Palihan dan Glagah yang pemiliknya masih dalam sikap menolak maupun bungkam belum menentukan sikap.

“Terkait hal ini sudah dirapatkan. Yang mau tetap nolak silahkan, yang mau diukur ulang ya dipersilahkan. Bagaimanapun, itu adalah hak mereka sebagai warga negara untuk di-appraisal atas bangunan dan tanamannya,” kata Martono saat mendampingi tim AP 1 dalam pengecekan lapangan bersama sejumlah tokoh WTT lainnya. (*)
Share:

Belum Ada Rencana Relokasi Rumah Rawan Longsor



Solopos.com, KULONPROGO-Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menyatakan belum memiliki program relokasi, bagi masyarakat yang tinggal di kawasan rawan bencana longsor.

Kepala Pelaksana BPBD Kulonprogo Gusdi Hartono menjelaskan, program relokasi mau tidak mau akan memaksa Pemerintah Kulonprogo untuk menyiapkan lahan bagi warga tersebut. Ia menilai Pemkab masih belum memiliki dana untuk langkah tersebut.

“Kalaupun lahan relokasi menggunakan tanah kas desa, kan Pemkab juga harus membayar,” ujar dia, Rabu (5/4/2017).

Sementara itu, apabila biaya sewa tanah kas desa yang digunakan sebagai lahan relokasi dibebankan kepada penghuni, ia tetap tidak berani mengambil langkah lebih jauh. Karena melihat dari kultur yang ada, orang yang tinggal di kawasan itu biasanya berasal dari kalangan ekonomi kurang mampu.

“Mereka bisa punya rumah seperti itu saja, sehari-hari kembang kempis. Apa jadinya kalau masih harus membayar sewa?” tambahnya.

Persoalan lainnya, selama ini bencana yang terjadi di Kulonprogo sifatnya parsial, atau tidak berpotensi menyebabkan korban dengan jumlah banyak. Namun, apabila memang suatu saat ada bencana atau rekahan yang mengancam nyawa begitu banyak orang, maka BPBD akan mulai memikirkan program relokasi lebih jauh.

Di Kulonprogo sendiri, ada empat kecamatan yang termasuk kawasan rawan longsor, seperti Kalibawang, Samigaluh, Girimulyo, Kokap, serta sebagian Pengasih.

Akibat kekurangan yang dimiliki Pemkab, BPBD hanya bisa menggencarkan sosialisasi dan peningkatan kapasitas Desa Tangguh Bencana, serta mendukung masyarakat setempat untuk akrab dengan bencana.

Menurut dia, masyarakat harus turut serta dalam upaya mitigasi, misalnya tidak membangun rumah di pinggir tebing, atau di dekat tanah yang labil.

"Perhatikan pula tanda-tanda alam, misalnya waspada bila ada rekahan tanah yang lebih besar, dari yang ada sebelumnya, dan lain-lain," ungkapnya.

Saimin, warga Dusun Puser, Desa Banjararum, Kecamatan Kalibawang mengatakan, dirinya telah tinggal di lokasi kediamannya sejak puluhan tahun lalu. Relokasi yang ia lakukan, berupa program swadaya dari relawan dan anggota masyarakat lainnya, karena dinilai berada di kawasan rawan longsor. Relokasi dilakukan, paska rumahnya yang berdinding bambu, tertimpa tanah tebing samping rumahnya, yang longsor
Share:

02 April 2017

Truk Elpiji Terguling Tutup Jalan di Kulon Progo, 4 Orang Terluka



Kulon Progo - Truk pengangkut gas elpiji mengalami kecelakaan di wilayah Sentolo Kabupaten Kulon Progo, Kamis (30/3/2017). Akibatnya empat orang mengalami luka-luka dan harus menjalani perawatan di rumah sakit.

Akibat kecelakaan tersebut jalur jalan nasional Yogyakarta-Purworejo macet hingga 3 kilometer. Kondisi badan truk elpiji yang terguling melintang hingga menutupi semua ruas jalan tersebut.

Peristiwa kecelakaan tersebut terjadi sekitar pukul 10.45 WIB. Awal mula kecelakaan terjadi ketika truk elpiji bertuliskan Pertamina nopol AD 1959 H. Truk tersebut dikemudikan Suyamto (48) warga Dusun Ngangsri Desa Kebakkramat, Karanganyar dengan kernet Ngimin (35) melewati jalan tersebut dengan kecepatan tinggi. Suyanto yang hendak mengambil gas elpiji ke Cilacap itu diduga mengantuk sehingga tidak bisa mengendalikan kendaraannya.

"Sopir mengantuk dan truk oleng. Truk juga menabrak sebuah mobil pikap dan dua pengendara sepeda motor," kata Kasat Lantas Polres Kulon Progo, AKP Sri Purwati kepada wartawan di sela-sela mengevakuasi truk.

Menurut dia, mobil pikap Suzuki Carry yang ikut tertabrak truk saat itu tengah parkir di pinggir jalan. Dua pengendara dengan satu unit sepeda motor juga jadi korban yakni Sri Nuyani (45) dan Afiana, warga Gandekan, Maguwoharjo, Depok Sleman.

Saat kejadian berdasarkan keterangan saksi mata, Bahari, truk sempat keluar dari badan jalan hingga menyerempet mobil pikap. Setelah itu sopir membanting setir ke kanan hingga berhasil masuk ke jalan raya. Namun karena kendaraan oleng sopir tidak bisa mengendalikannya. Dari arah berjalan atau arah Purworejo ada truk tronton yang dikemudikan Fachrurozu (30) warga Maos Kidul, Cilacap.

Oleh karena kaget di depannya ada truk elpiji yang oleng mengarah kepadanya, dia sempat membunyikan klakson berkali-kali. sopir truk tronton membanting setir ke kiri hingga menabrak teras rumah warga.

"Setelah menabrak mobil pikap, truk oleng terus terguling hingga melintang menutup jalan raya," kata Sri Purwati.

Dia menambahkan tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan tersebut. Namun ada empat orang korban luka-luka.Keempat korban sudah dibawa ke rumah sakit di RS Nyi Ageng Serang, Sentolo. Keempat korban adalah sopir dan kernet truk elpiji serta dua pengendara sepeda motor.

Dia mengatakan saat melakukan evakuasi truk yang melintang, ruas jalan Yogyakarta - Purworejo di Sentolo di tutup total. Semua kendaraan dialihkan melalui jalur Pasar Sentolo lama menuju Pengasih ke arah Wates.

"Arus lalu-lintas dari Yogya menuju Purworejo atau sebaliknya dialihkan sementara," pungkas dia.
(bgs/try)
Share:

29 March 2017

Enam Warga Kulonprogo Meninggal Akibat Leptospirosis



TRIBUNNEWS.COM, KULONPROGO - Sebanyak 18 kasus leptospirosis muncul di Kulonprogo sepanjang Januari hingga Maret 2017 ini.

Dari jumlah tersebut, 6 orang penderitanya diketahui meninggal dunia akibat keterlambatan penanganan.

Data Dinas Kesehatan Kulonprogo, pada Januari terjadi 7 kasus dengan 2 orang pasien meninggal dunia.

Februari muncul 7 kasus dengan pasien meninggal sebanyak 3 orang. Sedangkan pada Maret ada 12 kasus dengan satu pasien meninggal dunia.
Wilayah dengan jumlah kasus leptospirosis terbanyak ada di Kecamatan Girimulyo dengan 7 kasus.
Berikut Kokap 6 kasus, Nanggulan dan Mencintai setiap kasus 3, dan Samigaluh Lendah 2 kasus, serta jalur, sihir, dan titik setiap kasus.

Kepala Dinkes Kulonprogo, Bambang Haryatno mengatakan, munculnya kasus leptospirosis pada 2017 ini memang cenderung meningkat dibanding 2016 lalu yang hanya ada 23 kasus dengan jumlah penderita meninggal dunia sebanyak 5 orang.

Hal ini dipengaruhi oleh intensitas hujan yang cenderung tinggi pada triwulan pertana 2017 sehingga tikus-tikus pembawa penyakit tersebut lebih mudah berkembang biak dan populasinya cenderung meningkat di tengah pemukiman.

Baca: Kronologis Penangkapan hingga Tewasnya Bandar Besar Narkoba Makassar
"Penderita yang meninggal kebanyakan itu sudah lanjut usia dengan kondisi kesehatan yang cenderung sudah sangat melemah saat dibawa ke rumah sakit. Akibatnya, mereka tidak bisa diselamatkan meski sudah dilakukan perawatan sedemikian rupa," kata Bambang, Minggu (28/3/2017)

Musim hujan itu juga membawa pengaruh meluasnya penyebaran penyakit di Kulonprogo.
Jika biasanya kasus ini hanya muncul di Nanggulan yang berdekatan dengan daerah endemis di Sleman, saat ini persebarannya hampir merata di semua wilayah Kulonprogo.
Terutama wilayah dengan karakteristik banyak terdapat areal persawahan yang dekat dengan pemukiman warga.

Kondisi ini menjadi perhatian serius Dinkes Kulonprogo. Pemantauan di lapangan terus diperketat melalui Puskesmas dengan alat khusus untuk mendiagnosa leptospirosis.
Bambang mengatakan, pihaknya sudah mendapatkan kiriman stok alat pendeteksi itu dari Dinkes DIY sebanyak 20 boks dan langsung didistribusikan ke puskesmas-puskemas di wilayah kemunculan leptospirosis supaya pendeteksian penyakit itu bisa lebih cepat dilakukan.

Menurutnya, penyebaran leptospirosis ini melalui media pinjat atau kutu pada tikus sawah yang terbawa ke tubuh manusia karena kontak langsung maupun tidak langsung.
Pola Hidup bersih dan Sehat (PHBS) dengan kebiasaan cuci tangan sebelum makan, mandi dan cuci kaki setelah bepergian, terutama setelah berladang disebutnya bisa menangkal penjangkitan leptospirosis kepada manusia.

"Gejala penyakitnya mirip hepatitis, seperti badan panas dan menguning. Kalau sudah akut, bisa menyerang ginjal namun temporer. Setelah menjalani hemodialisis, penderitanya bisa pulih kembali. Namun, ini juga tergantung ketahanan tubuh penderita. Pada beberapa kasus pasien meninggal, itu karena kondisinya sudah lanjut usia dan kesehatannya sudah sangat melemah sehingga tidak bisa diselamatkan," kata Bambang.

Satu di antara pasien penderita leptospirosis asal Nanggulan, juminten, mengatakan, dia sudah menjalani perawatan intensif di RSUD Wates sekitar 10 hari belakangan.
Sebelumnya, ia mengalami demam tinggi selama beberapa hari hingga lemas karena kekurangan cairan tubuh.

Dia sebelumnya sudah berobat ke Puskesmas namun ternyata sakitnya tak kunjung sembuh.
"Akhirnya dirujuk ke RSUD Wates," kata dia.

Share:

26 March 2017

Mahasiswi Ditemukan Tewas di Selokan Kamal Kulon Progo

Kulon Progo - Student RA (20) was found dead in Ditch Kamal, Kulon Progo, Saturday (25/3) night. RA's body was found in a state of half-naked.  "That's right, (RA bodies found in Kulon Progo) student," said Head of Public Relations Polda DIY, AKBP Yulianto, Sunday (26/03/2017).  Yulianto convey the bodies have been in the RA General Hospital Center (Dr) Dr Sardjito for an autopsy. For that it was still awaiting the results of an autopsy to ascertain the cause of death.  "To get my first check the details later," he added. In this case Yulianto also confirmed that RA is a citizen Kasihan, Bantul.  When contacted, the police chief pity, Commissioner Supardi call his office has not received reports of poor residents who died in Kulon Progo. But he admitted that he had heard of any of Bantul people were found dead and his body floating in the Sewers Kamal Kulonprogro. "There is no information (reports) came in," he said.  Until now Supardi also mention yet coordinated with police in Kulon Progo.  "The information alone is still confusing. It is said (the victim) residents of Bantul, Bantul her but where we do not know," he concluded.

Kulon Progo - Mahasiswi RA (20) ditemukan tidak bernyawa di Selokan Kamal, Kulon Progo, Sabtu (25/3) malam. Jenazah RA ditemukan dalam kondisi setengah telanjang.

"Iya betul, (jenazah RA ditemukan di Kulon Progo) mahasiswi," ujar Kabid Humas Polda DIY, AKBP Yulianto, Minggu (26/3/2017).

Yulianto menyampaikan jenazah RA telah berada di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Sardjito untuk diautopsi. Untuk itu pihaknya masih menunggu hasil autopsi untuk memastikan penyebab kematian korban. 

"Untuk informasi detailnya nanti saya cek dulu," tambahnya. Dalam kasus ini Yulianto juga membenarkan jika RA adalah warga Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul.

Saat dihubungi, Kapolsek Kasihan, Kompol Supardi menyebut pihaknya belum menerima laporan adanya warga Kasihan yang meninggal di Kulon Progo. Namun dia mengaku sudah mendengar adanya warga Bantul yang ditemukan tewas dan jenazahnya mengapung di Selokan Kamal Kulonprogo. "Belum ada informasi (laporan) masuk," sebutnya.

Sampai saat ini Supardi juga menyebut belum berkoordinasi dengan kepolisian di Kulon Progo.

"Informasinya saja masih simpang siur. Memang kabarnya (korban) warga Bantul, tapi Bantul-nya mana kami belum tahu," tutupnya. 
Share:

Tarjanusa, Gairah Kulonprogo Menuju Pusat Wisata Budaya

Solopos.com, Kulonprogro - Area harvested pepper plants known to increase significantly in 2016. Even so, the addition of chili agricultural area considered as an effort to increase production yields can not be done in Kulon Progo. This is expressed by the Head of the Department of Agriculture and Food horticulture Kulonprogro, Eko Purwanto, Friday (03/24/2017). He was responding to information discourse addition of chili farming land to 500 hectares (ha) by the Government of DIY. The move was expected to address a surge in the price of pepper due to increased consumer demand. But if you want the expansion obviously could not, especially in Kulon Progo, "said Eko. Eko explained, the construction of the airport in New Yogyakarta International Airport (waste their) makes extensive farmland in Kulonprogro reduced. This condition also applies to the agricultural land horticultural crops, including peppers. Based data collection teams do, megaproject in Temon was known to make farmland chili reduced to about 300 ha. According to him, the construction site of the airport it is one area mainstay for the cultivation of chili. Eko realized if the market demand for commodities chili needs special attention. Although so, additional land area is not the only solution. the production of pepper plants can be improved through a variety of other ways, such as precision fertilization and land management and use of seeds of improved varieties. "There is also an effort to maintain the planting area," said Eko. Head Production section of the Agriculture and horticulture Pan gan Kulonpogo, Purwaka Agus said, the production of chili along the known 184 208 quintals in 2016, more than the previous year which reached 113 289 quintals. The figure was in line with harvested area also increased significantly from 1,380 ha to 2,243 ha. Agus explained, adding harvested area is the contribution of the rest of the growing season at the end of 2015 which will be harvested in early 2016. Erratic weather be the main cause. "August should start planting but backwards so in October. If the weather is normal, can be harvested in December but the new harvest from January to February," said Agus. Meanwhile, the price of food development data Kulonprogro Commerce Department showed chili commodity prices began to decline. Based on observations in the Market Wates on Monday (20/3) yesterday, the price of red chili sauce known Rp95.000 per kilogram. Although not significant, the figures were lower than the previous week, which reached 100,000 per kg. Similarly, the cayenne that cost slightly down from 60,000 into Rp55.000 per kg.

Liputan6.com, Jakarta - Kulonprogo merupakan salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta yang jumlah destinasi wisatanya tak bisa dihitung dengan jari tangan. Ada sekitar 20 sampai 30 tempat wisata di kabupaten yang dipimpin Bupati petahana terpilih Hasto Wardoyo ini.

Sebut saja wisata Kalibiru, Danau Sermo, Gunung Ijo, Puncak Suroloyo, Kebun Teh Nglinggo, Puncak Gunung Lanang, Waduk Mini Kleco, Goa Kiskendo, Kedung Pedut, Air Terjun Sidoharjo, Air Terjun Grojogan Sewu, Pantai Glagah, Pantai Trisik, Pantai Congot, Wildlife Rescue Center, Arung Jeram Sungai Progo, dan masih banyak lagi.

Meski sudah begitu banyak wisata, Hasto selaku orang nomor satu di kabupaten yang memiliki 12 kecamatan itu tetap ingin membuat destinasi wisata baru. Dia ingin menciptakan tempat wisata yang lain daripada daerah lain.

"Berikutnya kita ingin membangun destinasi wisata baru, ini megaproyek juga selain (pembangunan) bandara (pengganti Adisutjipto), karena memang wisata yang akan kita bangun ini memang besar," kata Hasto saat berbincang dengan Liputan6.com, Jumat, 24 Maret 2017.

Pria asli kelahiran Kulonprogo tahun 1964 ini menyebut, Tarjanusa seperti Taman Mini Indonesia Indah. Namun lewat Tarjanusa, dia menginginkan wisata budaya yang lebih spesifikasi lagi dari TMII.

"Kita ingin bangun Taman Kerajaan Nusantara. ini seperti Taman Mini, tapi yang ini anjungan-anjungannya itu kerajaan-kerajaan seluruh Indonesia," ujar Hasto.

Lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) ini menambahkan, pihaknya sejauh ini sudah menginventarisi 43 kerajaan tempo dulu dari Sabang sampai Merauke. Misalnya di Aceh, dulu pernah punya Kerajaan Samudra Pasai atau di Kerajaan Kutai di Kalimantan.

"Jadi ini museum situs kerajaan. Sudah ada 43 kerajaan yang sudah diinventarisasi. Beberapa sudah saya datangi, saya datang ke Aceh minta izin, ke Cirebon minta izin dan mereka mengizinkan," kata Hasto.

Dia menjelaskan, satu kerajaan dialokasikan luas lahan seluas satu hektare, sehingga total lahan untuk Tarjanusa ini hanya untuk masing-masing kerajaan mencapai 43 hektare.

Ide pembangunan Tarjanusa ini, dia menyebut terinspirasi dari Patih Kerajaan Majapahit, Mahapatih Gajah Mada. Menurut dia, dahulu Gajah Mada berhasil menyatukan kerajaan-kerajaan beserta raja-rajanya dari seluruh Nusantara.

"Masa kita anak cucunya tidak bisa menaklukkan bangunannya saja, kan taman ini cuma bangunannya saja, bukan rajanya. Jadi ini inspirasinya dari Gajah Mada, karena Gajah Mada dulu menyatukan rajanya, kenapa kita sekarang tidak bisa menyatukan bangunan kerajaannya?" ujar Hasto.


Sunrise Borobudur
Pembangunan fisik Tarjanusa akan mulai dilakukan pada 2017-2018. Pengisian konten dan lanskap lingkungan akan dilakukan dua tahun berikutnya, yakni 2019-2020. Dengan demikian pada 2020 mendatang Tarjanusa sudah bisa diluncurkan dan dipromosikan.

Hasto mengatakan, dengan Tarjanusa ini, ia ingin menarik minat wisatawan asing yang datang berkunjung Yogyakarta, khususnya Kulonprogo. Sebab, wisatawan asing sangat menyukai perjalanan wisata yang bernuansa budaya.

"Ini wisata budaya, inilah yang saya harap mendatangkan turis asing. Karena kalau cuma waterboom, mal itu yang datang anak-anak. Sudah umum. Dan ini harus menjadi destinasi wisata baru. Turis asing kalau datang itu tidak cari mal, cari pantai, mustinya cari yang berbudaya, heritage, sejarah. Ini yang kami lakukan," ujar Hasto.

Dana pembangunan Tarjanusa ini diperkirakan menelan sekitar Rp 8 triliun. Kalau sudah selesai nantinya, Tarjanusa juga akan dia jadikan sebagai tempat koneksitas menuju kawasan wisata Borobudur.

"Kan ini lokasinya di utara Kulonprogo, di selatan kan buat bandara. Jadi Taman Kerajaan Nusantara ini akan dibangun ke arah utara, yang mau ke Magelang, Borobudur dan ini bisa jadi connecting place. Yang dari bandara, ke Taman Kerajaan Nusantara, lalu ke Borobudur," tutur dia.

Menurut Hasto, Borobudur telah menjadi bagian Kawasan Strategis Penyangga Wisata Nasional (KSPN), sedangkan Kulonprogo ditetapkan sebagai penyangga Borobudur.

"Kan pas toh, penyangganya punya Taman Kerajaan Nusantara, lalu ke Borobudur masih satu tema wisata. Dan saya yakin turis asing carinya itu, bukan cari waterboom," Hasto Wardoyo memungkasi.
Share:

Pembangunan NYIA Buat Lahan Cabai Berkurang Ratusan Hektare

Solopos.com, Kulonprogro - Area harvested pepper plants known to increase significantly in 2016. Even so, the addition of chili agricultural area considered as an effort to increase production yields can not be done in Kulon Progo. This is expressed by the Head of the Department of Agriculture and Food horticulture Kulonprogro, Eko Purwanto, Friday (03/24/2017). He was responding to information discourse addition of chili farming land to 500 hectares (ha) by the Government of DIY. The move was expected to address a surge in the price of pepper due to increased consumer demand. But if you want the expansion obviously could not, especially in Kulon Progo, "said Eko. Eko explained, the construction of the airport in New Yogyakarta International Airport (waste their) makes extensive farmland in Kulonprogro reduced. This condition also applies to the agricultural land horticultural crops, including peppers. Based data collection teams do, megaproject in Temon was known to make farmland chili reduced to about 300 ha. According to him, the construction site of the airport it is one area mainstay for the cultivation of chili. Eko realized if the market demand for commodities chili needs special attention. Although so, additional land area is not the only solution. the production of pepper plants can be improved through a variety of other ways, such as precision fertilization and land management and use of seeds of improved varieties. "There is also an effort to maintain the planting area," said Eko. Head Production section of the Agriculture and horticulture Pan gan Kulonpogo, Purwaka Agus said, the production of chili along the known 184 208 quintals in 2016, more than the previous year which reached 113 289 quintals. The figure was in line with harvested area also increased significantly from 1,380 ha to 2,243 ha. Agus explained, adding harvested area is the contribution of the rest of the growing season at the end of 2015 which will be harvested in early 2016. Erratic weather be the main cause. "August should start planting but backwards so in October. If the weather is normal, can be harvested in December but the new harvest from January to February," said Agus. Meanwhile, the price of food development data Kulonprogro Commerce Department showed chili commodity prices began to decline. Based on observations in the Market Wates on Monday (20/3) yesterday, the price of red chili sauce known Rp95.000 per kilogram. Although not significant, the figures were lower than the previous week, which reached 100,000 per kg. Similarly, the cayenne that cost slightly down from 60,000 into Rp55.000 per kg.

Solopos.com, KULONPROGO — Luas panen tanaman cabai diketahui meningkat signifikan pada 2016. Meski begitu, penambahan luas lahan pertanian cabai dianggap sebagai upaya peningkatan hasil produksi yang tidak mungkin dilakukan di Kulonprogo.

Hal itu diungkapkan Kepala Bidang Holtikutura Dinas Pertanian dan Pangan Kulonprogo, Eko Purwanto, Jumat (24/3/2017). Dia menanggapi informasi adanya wacana penambahan luas lahan pertanian cabai hingga 500 hektare (ha) oleh Pemda DIY. Langkah itu diharapkan dapat mengatasi lonjakan harga cabai akibat meningkatnya permintaan konsumen.


Tapi kalau mau perluasan jelas tidak bisa, khususnya di Kulonprogo," kata Eko.

Eko memaparkan, pembangunan bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) membuat luas lahan pertanian di Kulonprogo berkurang. Kondisi itu juga berlaku pada lahan pertanian tanaman holtikultura, termasuk cabai. Berdasarkan pendataan yang dilakukan tim, megaproyek di Temon itu diketahui membuat lahan pertanian cabai berkurang hingga sekitar 300 ha. Menurutnya, lokasi pembangunan bandara memang merupakan salah satu wilayah andalan untuk budi daya cabai.

Eko menyadari jika permintaan pasar terhadap komoditas cabai perlu mendapatkan perhatian khusus. Meski begitu, penambahan luas lahan bukan satu-satunya solusi. Hasil produksi tanaman cabai dapat ditingkatkan melalui beragam cara lain, seperti ketepatan dalam pemupukan dan pengolahan lahan serta pemakaian bibit dari varietas unggul.

"Ada juga upaya untuk mempertahankan luas tanam," ujar Eko.

Kepala Seksi Produksi Holtikutura Dinas Pertanian dan Pangan Kulonpogo, Agus Purwaka mengatakan, hasil produksi cabai sepanjang 2016 diketahui 184.208 kuintal, lebih banyak dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 113.289 kuintal. Angka itu selaras dengan luas panen yang juga meningkat signifikan dari 1.380 ha menjadi 2.243 ha.

Agus menjelaskan, penambahan luas panen merupakan kontribusi dari sisa musim tanam di akhir 2015 yang baru dapat panen pada awal 2016. Cuaca yang tidak menentu menjadi penyebab utamanya. "Agustus seharusnya mulai tanam tapi mundur jadi Oktober. Kalau cuaca normal, bisa panen Desember tapi itu Januari-Februari baru panen," ucap Agus.

Sementara itu, data perkembangan harga bahan pokok Dinas Perdagangan Kulonprogo menunjukkan harga komoditas cabai mulai menurun. Berdasarkan pantauan di Pasar Wates pada Senin (20/3) kemarin, harga cabai rawit merah diketahui Rp95.000 per kilogram. Walau tidak signifikan, angka tersebut lebih rendah dibanding sepekan sebelumnya yang mencapai Rp100.000 per kg. Begitu pula dengan cabai rawit yang harganya sedikit turun dari Rp60.000 menjadi Rp55.000 per kg.
Share:

22 March 2017

Angkasa Pura 1 Dorong Bandara Kulon Progo Terkoneksi Antar Daerah



TEMPO.CO, Yogyakarta - Pihak PT Angkasa Pura 1 mulai menggagas program untuk menciptakan konsep pengembangan pariwisata terkoneksi pasca bandara Kulon Progo beroperasi tahun 2019.

Direktur Komersial dan Pengembangan Usaha PT Angkasa Pura 1 Mochammad Asrori menuturkan untuk menyusun konsep pariwisata terkoneksi ini, pihaknya telah menyiapkan forum kerjasama bernama Collaborative Destination Development (CDD) atau Kolaborasi Pemangku Kepentingan Pariwisata. Rencananya forum CCD ini akan digelar pertamakali di Yogya pada 30 Maret 2017 di Hotel Ambarrukmo.

"Tujuan CCD ini mendorong pemerintah daerah dan pelaku pariwisata DIY bisa menggali lebih dalam potensi lokal untuk mendorong pertumbuhan penumpang melalui trade, tourism, and investment," ujar Asrori usai pertemuan dengan Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X Selasa 21 Maret 2017.

Forum CCD ini akan menjadi wadah pertemuan berkala para pemangku kepentingan dan pelaku pariwisata. Sehingga saat bandara Kulon Progo beroperasi, daerah sudah memiliki paket paket pariwisata. CDD itu sendiri sudah dilakukan berkala si beberapa daerah destinasi wisata seperti Bali, Lombok, dan lainnya.

Sasaran utama forum CCD ini yakni biro perjalanan. Sebab, ujar Asrori, turis manca dan maskapai itu yang pertama dilihat untuk kunjungan destinasi wisata soal packaging atau paket yang ditawarkan.

"Packaging ini termasuk bagaimana mensinergikan kerjasama antar travel agent seperti Bali dengan Yogya," ujar Asrori. Untuk Bali, packaging wisata ini sudah terbentuk lama. Tinggal bagaimana sinkronisasi dengan Yogya.

Misalnya dalam paket wisata ditawarkan lima hari wisata, memungkinkan terbagi dua hari di Yogya dan tiga hari di Bali. "Antar hotel dan maskapai juga akan kami link-an untuk mengakses paket," ujar Asrori.

Asrori menambahkan, potensi turis manca untuk Bandara Kulon Progo setidaknya akan membidik tiga negara. Seperti Jepang, China, dan Korea. Sebab selama ini banyak permintaan paket wisata ke Indonesia oleh biro perjalanan dari tiga negara itu.

Asrori menggambarkan, penduduk China yang jumlahnya 1,3 miliar, sebanyak 100 juta orang merupakan kelompok pelancong. Namun dari jumlah pelancong Cina itu, hanya 1 juta orang saja yang berjunkunjung ke Indonesia tiap tahunnya. "Ada 99 juta turis Cina yang menjadi potensi untuk kita tangkap agar mengunjungi Indonesia," ujarnya.

Asisten Perekonomian Pembangunan Seketaris Daerah DIY Gatot Saptadi menuturkan pemerintah daerah dan PT. Angkasa Pura 1 telah mulai membicarakan konsep desain pembangunan bangunan dan pemetaan zonasi di bandara Kulon Progo agar turut mengusung nilai nilai kearifan lokal.

"Daya tarik lokalitas bandara yang modern ini menjadi bagian rencana pembangunan," ujarnya. Misalnya fasat bandara melibatkan tema motif batik. Yang didukung adanya zonasi pusat kerajinan lokal agar wisatawan langsung tahu potensi kerajinan khas Yogya.
Baca Halaman sumber.....
Share:

21 March 2017

Ribuan Timbangan Milik Pedagang di Kulonprogo Belum Ditera Legal



Solopos.com, KULONPROGO–Alat ukur milik ribuan pedagang pasar di Kulonprogo belum resmi tertera oleh pihak Metrologi Legal.

Hal itu disampaikan oleh Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Metrologi Legal Dinas Perdagangan Kulonprogo Bekti Cahyono. Dari data Dinas Perdagangan DIY 2014 lalu, tercatat hanya sekitar 11.000 pedagang pasar yang sudah menjalani sidang tera di tahun tersebut. Padahal, jumlah pedagang pasar yang ada di Kulonprogo dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan.

"Apalagi itu sidang tera 2014. Masa berlaku tera itu hanya setahun. Jadi saya rasa masih ada ribuan pedagang yang belum menerakan alat ukurnya," kata Bekti saat ditemui di sela Sidang Tera yang digelar UPTD Metrologi Legal Kulonprogo di Balai Desa Ngentakrejo, Lendah, Senin (20/3/2017).

Ia menjelaskan, kesadaran pedagang untuk menerakan alat ukurnya memang mengalami penurunan 2-3 tahun terakhir. Hal itu diperparah dengan terbatasnya ruang gerak pemerintah dalam melakukan sidang tera.
Itulah sebabnya, dengan dilimpahkannya kewenangan Metrologi Legal pada Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang ada di Bantul, ia berharap sidang tera bisa lebih efektif menyasar kalangan pengguna alat ukur. "Terutama pedagang-pedagang pasar," katanya.

Peneraan itu, menurut Bekti, sebenarnya sangat penting untuk menjamin akurasi penimbangan. Akurasi timbangan itu sendiri sejatinya merupakan hak dari konsumen, dalam hal ini adalah pembeli yang memanfaatkan alat ukur.
Share:

Batik Kawung bakal Hiasi Atap Bandara Kulonprogo





Airport Planner PT Virama Karya, Benyamin Aris Nugroho, menjelaskan desain batik kawung pada atap Bandara Kulonprogo, MTVN - Ahmad Mustaqim

Metrotvnews.com, Yogyakarta: New Yogyakarta Internasional Airport (NYIA) di Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta, bukan sekadar bandara. Melalui bangunan itu, pemerintah mengenalkan budaya dan seni khas DI Yogyakarta.


PT Angkasa Pura I, selaku pengelola bandara, menggandeng PT Virama Karya untuk mendesain NYIA. PT Virama Karya melibatkan tim dari Prancis untuk memasukan unsur-unsur seni dan budaya Yogyakarta pada desain bandara.


(Airport Planner PT Virama Karya, Benyamin Aris Nugroho memaparkan desain Bandara Kulonprogo, MTVN - Ahmad Mustaqim)

Benyamin mengatakan desain bandara memadukan seni Jawa dan internasional. Misalnya di bagian depan, pintu gerbang bandara akan mengadopsi bentuk bangunan khas Yogyakarta yaitu Kori Agung.
Kori Agung merupakan pintu yang biasanya ditemukan di dalam pura. 

Bagi warga setempat, Kori Agung merupakan batas wilayah sekaligus melindungi gangguan dari hal-hal buruk.
Arsitek juga menggunakan desain batik Kawung yang memiliki makna titik pertemuan empat sudut penjuru mata angin. Desain itu bakal digunakan di bagian atap bangunan.

"Jika (bandara) dilihat dari atas akan tampak seperti jarik (kain panjang bermotif batik)," kata Benyamin.


Desain bandara juga akan menggunakan lima nama desa yang menjadi lahan fasilitas umum itu. Pengelola mencantumkan nama lima desa itu area tempat penumpang dalam bandara yaitu Glagah, Jangkaran, Palihan, Kebon Rejo, dan Sindutan.


(Batik motif Kawung bakal digunakan pada atap Bandara Kulonprogo, wikipedia)
Interiornya, lanjut Benyamin, bakal dibuat seolah bertutur. Contohnya tulisan sugeng rawuh atau selamat datang. Ada pula cerita soal kerakyatan, potensi desa, dan kesenian warga setempat.
Benyamin mengatakan Angkasa Pura menginginkan gaya baru dalam pembangunan bandara. Bukan hanya bangunan yang meninggalkan kesan bagi penumpang, tapi juga pelayanan yang optimal.
Antropolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Heddy Shri Ahimsa, mengapresiasi tim yang memasukkan unsur-unsur kerakyatan dalam NYIA. Ia hanya berpesan arsitek berhati-hati saat memasukkan unsur budaya dan simbol.

"Informasi dan sumber harus lengkap. Supaya tidak menimbulkan kesan, ini kok salah, ini kok salah. Agar tidak ada informasi kecil yang mengganggu," ujarnya.

"Perlu olah rasa dan karya dari para seniman dan pemangku kepentingan. Dari beberapa perencanaan yang dihasilkan, mesti ada tambahan," kata Airport Planner PT Virama Karya, Benyamin Aris Nugroho, dalam acara bertajuk 'Babar Gambar Bandara Anyar NYIA' di Rumah Makan Pelem Golek, Jalan Palagan, Sleman, Kamis malam 16 Maret 2017.
Share:

BERITA KULON PROGO TERBARU

SITEMAP