Mohon perhatiannya, semua isi berita diblog ini adalah disalin dari berbagai sumber. Dan hanya sebagai arsip pribadi dan Group Komunitas Warga Kulon Progo.

Seluruh informasi termasuk iklan diblog ini bukan tanggung jawab kami selaku pemilik blog. Kami hanya Memberikan tempat kepada para pengiklan dan sebagai ,media sharing


 tarif jasa kami
KEMBALI KE HALAMAN AWAL – LC FOTOKOPI  *  TARIF JASA FOTOKOPI, PRINT, SCAN, KETIK, PRINT , DLL.   *   MELAYANI PRINT, PRINT COPY SECARA ONLINE


03 October 2015

Harga Cabai Anjlok, Petani di Kabupaten Kulon Progo Merugi

YOGYAKARTA,(PRLM).- Petani cabai di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengalami kerugian jutaan rupiah akibat harga cabai anjlok dari Rp 20 ribu hingga Rp 50 ribu menjadi Rp 2 ribu hingga Rp 4 ribu per kilogram.

"Harga cabai sudah turun sejak 24 September, dan paling parah lima hari terakhir. Saat ini, harga cabai kualitas super Rp 4 ribu per kg dan kualitas biasa Rp 2 ribu per kg," kata petani cabai di wilayah Bendungan, Wates, Misnah di Kulon Progo, Kamis (1/10/2015).
Misnah mengatakan pada masa tanam (MT) III, dirinya menggarap lahan pertanian seluas 500 meter persegi dan menghasilkan panen sekitar satu kuintal cabai. Padahal, pada 2014, dirinya bisa mengantongi uang jutaan rupiah karena hasil panen cabai merah melimpah dan harganya mencapai Rp 40 ribu hingga Rp 50 ribu.

"Sekarang, harga cabai sangat rendah sehingga uang yang dikantongi hanya sekitar Rp 400.000. Tentu saja, petani merugi jutaan rupiah karena selama masa tanam kami sudah mengeluarkan modal cukup banyak, misalnya untuk membeli pupuk dan menyiram air," ucapnya.
Misnah tidak mengetahui penyebab anjloknya harga cabai di pasaran. Dirinya memperkirakan, anjloknya harga cabai disebabkan wilayah Kulon Progo untuk lahan tegalan dan sawah memasuki panen raya cabai.

"Pasokan cabai melimpah, harga cabai jadi anjlok. Tahun-tahun lalu tidak seperti ini, mungkin karena sebelumnya tidak banyak yang tanam cabai," tuturnya.

Hal senada juga diungkapkan salah seorang pedagang cabai di Pasar Wates, Sriani. Ia mengatakan harga cabai merah sempat berkisar Rp 11 ribu per kg. Namun dua hari terakhir turun di angka Rp 4 per kg. Harga cabai merah keriting, cabai rawit merah yang sebelumnya Rp 20 per kg juga turun menjadi Rp 8 ribu per kg.

Menurut dia, penurunan harga cabai tidak lantas berdampak pada peningkatan jumlah pembeli. Kiosnya masih tetap sepi pembeli, sehingga Musidah terkadang harus menyimpan dagangan untuk dijual pada hari-hari berikutnya.

"Kulakan cabai dua kg saja masih utuh. Kalau sudah begini, harus disimpan untuk dijual besok," ujarnya.(Wilujeng Kharisma/A-89
Share:

01 October 2015

3 Bulan Lagi, Tim Pelaksana Bandara Kulonprogo Turun Ke Lapangan

Bisnis.com, KULONPROGO - Setelah putusan kasasi Izin Penetapan Lokasi (IPL) pembangunan bandara di Mahkamah Agung mulai ditindaklanjuti, Bupati Kulonprogo Hasto Wardoyo bersama Polres Kulonprogo, Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan instansi terkait lainnya tengah menyiapkan tim pelaksana pembangunan Bandara Kulonprogo di tingkat kabupaten.

Hasto menegaskan, dalam tiga bulan ke depan, tim tersebut diharapkan dapat segera turun ke lapangan untuk melanjutkan tahapan proses pembangunan bandara.

"Selain itu, dalam waktu dekat ini, pemasangan patok dapat dilanjutkan lagi. Agar batas-batas lokasi yang akan dibangun semakin jelas," ujar Hasto, Rabu (30/9/2015).

Lebih lanjut Hasto menerangkan, tim appraisal juga diharapkan dapat segera bekerja untuk melakukan penilaian ganti rugi. Sehingga, upaya relokasi dapat segera dilakukan agar pembangunan juga dapat berjalan sesuai agenda.

Hasto menargetkan, bulan Maret 2016 mendatang, pembebasan dan pembayaran ganti rugi lahan dapat selesai. Meski tindak lanjut itu disikapi dengan cepat oleh pemkab, dia menegaskan, bukan berarti akan mengabaikan kondisi beberapa warga yang belum setuju atas pembangunan bandara tersebut.

"Tidak harus menunggu semua warga setuju. Persoalan itu tetap akan diselesaikan seiring dengan berjalannya proses lainnya. Jika tidak setuju karena belum tahu nilai appraisalnya, atau kapan relokasinya, nanti akan proses untuk menjelaskannya," tandas Hasto.

Terkait adanya upaya peninjauan kembali yang akan dilakukan Paguyiban warga penolak bandara, Wahana Tri Tunggal (WTT), Hasto menegaskan pembangunan bandara akan tetap berjalan. Hasto menambahkan, tim pembangunan bandara di tingkat kabupaten nantinya akan melakukan pendekatan kepada warga WTT.

"Kami sudah buat tim yang dibentuk beesama Sekda dan juga Kapolres. Tim ini lintas sektoral dan nantinya kami akan menyampaikan kepastian tentang bandara," papar Hasto.

Sementara itu, Kapolres Kulonprogo AKBP Yuliyanto mengaku siap melakukan pengamanan atas kelanjutan tahapan pembangunan bandara. Namun, pihaknya masih belum bisa memastikan jumlah personil yang akan diterjunkan dalam proses pengamanan dan pengawalan dalam rangka pebdataab dan pemasangan patok.

"Kami akan pastikan personilnya cukup, apalagi nanti ada back up dari Polda dan Brimob. Namun, kami akan tetap melakukan pendekatan kepada warga," jelas Yuliyanto.

Share:

30 September 2015

Dubes Korea Penasaran Dengan Gula Semut Kulonprogo

Jakarta, HanTer - Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia, Taiyoung Cho mengatakan setelah merasakan nikmatnya gula semut, dia penasaran dan langsung datang ke Kulonprogo, Jawa Tengah hanya untuk melihat proses produksinya.

"Saya penasaran dengan gula semut, jadi saya sengaja pergi Kulonprogo hanya untuk melihat proses pembuatannya," kata Dubes Cho dalam sambutannya saat membuka penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara perusahaan Cheil Jedang (CJ) Group asal Korea dengan Koperasi Serba Usaha (KSU) Jatirogo, Jawa Tengah, Selasa (29/9/2015).

"Kenapa dinamai gula semut pak. Kalau kecil-kecil kan masih ada yang lebih kecil dari semut," Dubes Cho seperti bertanya kepada Ngatijo, Ketua KSU Jatirogo yang tengah duduk dihadapannya.

Ternyata, kata Dubes Cho, nama semut diberikan kerena gula hasil produk warga Desa Triharjo, Kecamatan Wates, Kabupaten Kulonprogo tidak seperti gula pada umumnya, ia tidak disukai oleh semut.

Penandatanganan nota kesepahaman itu  disaksikan Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UMKM Kemenkop UKM Meliadi Sembiring dan Direktur Jenderal KOTRA Indonesia Song Yoo Hwang, serta Dubes Republik Korea untuk Indonesia HE Cho Tae Young.

 

 

 

(Ris)

Share:

UMKM Kulonprogo Masih Terjerat Utang Rentenir

TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO - Masalah klasik berupa permodalan masih saja menjadi kendala dalam pengembangan dan perberdayaan Usaha Kecil, Mikro, dan Menengah (UMKM) di Kulonprogo.

Hal itu diungkapkan Pimpinan PT Bank BPD DIY Cabang Wates, Riani Ernastuti, saat mengisi seminar kesehatan dan manajemen keuangan usaha di Gedung Kaca Kulonprogo, Selasa (29/9/2015).

Menurutnya, kebanyakan pelaku usaha UMKM di Kulonprogo kemudian berusaha memperkuat permodalan itu melalui tabungan.

Namun tidak jarang UMKM yang akhirnya harus meminta bantuan kerabat.

"Yang tidak bisa dipungkiri, ternyata masih banyak juga pelaku UMKM yang akhirnya mendapat modal dengan pinjaman renternir," kata Riani.

Dia menegaskan permasalahan itu harus diatasi dengan cara sinergi antar lembaga dan pemerintah.

Pasalnya, fakta di lapangan menunjukkan jumlah UMKM adalah yang terbanyak di antara jenis usaha yang ada di masyarakat.

Pihaknya menegaskan pula bahwa akses permodalan melalui perbankan memberi kesempatan luas untuk terus mengembangkan usaha.

"Kami siap memberi pelayanan permodalan untuk pedagang pasar, keliling, bahkan perajin yang bisa diakses secara kelompok maupun perorangan,” katanya.

Bupati Kulonprogo, Hasto Wardoyo, mengatakan dua hal antara kesehatan dan bekerja tidak akan terpisahkan. Sebab itu, proses kerja harus tetap didukung tubuh yang sehat.

"Selain permodalan, dua hal itu harus beriringan," kata Hasto.

Adapun seminar ini digelar oleh Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kulonprogo.

Harapannya, melalui acara itu para pelaku UMKM di Kulonprogo dapat semakin bersemangat wirausaha dan wawasan kesehatan serta manajemen keuangan usaha. (tribunjogja.com)

Share:

Korea Kembangkan Koperasi dan UKM di Kulon Progo

Korea Kembangkan Koperasi dan UKM di Kulon Progo
Seorang pria berusaha mengangkat tumpukan bungkus susu dan jus yang telah disortir untuk didaur di koperasi Coopemare di Sao Paulo, Brasil, 3 Juni 2015. Koperasi tersebut mendapatkan sampah yang akan didaur ulang dengan membeli dari orang-orang pengumpul sampah dari rumah-rumah, pasar dan toko. REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta -  Sebuah perusahaan asal Korea Selatan, Cheil Jedang Group, berkomitmen untuk berpartisipasi aktif dalam meningkatkan kesejahteraan petani gula kelapa di wilayah Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Rencana ini tercantum dalam  Memorandum of Understanding antara PT Cheil Jedang Indonesia dengan Koperasi Serba Usaha Jatirogo yang diselenggarakan di Hotel Grand Indonesia, Jakarta, Selasa, 29 September 2015.

Komisaris PT Cheil Jedang Indonesia yang juga mantan Kepala Staf TNI Angkatan Laut, Bernard Kent Sondakh, mengatakan bahwa melalui kesepakatan ini pihak perusahaan akan mendukung satu desa mengembangkan Koperasi Serba Usaha Jatirogo untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memperbaiki fasilitas yang ada di desa tersebut. "Koperasi Serba Usaha Jatirogo memiliki produk gula kelapa yang baik, tentu ini adalah potensi bagus. Melalui nota kesepakatan ini kami akan membantu untuk memasarkan produk mereka melalui outlet-outlet kami yang tersebar di wilayah Jabodetabek," ujar Bernard.

Selain itu, melalui kesepakatan ini juga pihak perusahaan juga akan memberikan pendampingan untuk koperasi dalam mengembangkan sebuah produk. "Tidak hanya memberikan bantuan untuk distribusi, melalui program Corporate Sosial Responsibility kami juga memberikan bantuan berupa infrastruktur untuk mengembangkan produksi dari gula kelapa buatan operasi Serba Usaha Jatirogo," kata Bernard lagi.

Sementara itu Deputi Bidang Pengkajian Sumber Daya Manusia Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Meliadi Sembiring mengatakan, bahwa nota kesepakatan ini merupakan tindak lanjut dari program One Village One Product yang digagas oleh Korea Trade-Investment Promotion Agency beserta Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah pada Oktober 2013.

Tujuan program ini adalah membangun daya saing daerah dengan menciptakan kompetensi inti bagi daerah tersebut. Karena itulah, tak banyak orang tahu mengapa produk unggulan desa amat penting. "Oleh karenanya, CJ Group akan melakukan kerjasama dengan memanfaatkan strategi dan teknik pemasaran yang dimiliki afiliasi kami di Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, khususnya Kulon Progo," ujar Meliadi.

Ia menjelaskan pengelolaan Koperasi Serba Usaha Jatirogo akan semakin optimal sehingga memiliki multiplier effect bagi produksi gula kelapa yang meningkat baik dari sisi kualitas dan kuantitas. Bahkan, bukannya tak mungkin, mampu menjadi ikon Kabupaten Kulon Progo. "Selain itu, dengan potensi produksi yang besar maka secara langsung akan berdampak pada kesejahteraan petani perajin gula semut yang semakin baik pula", Ucap Meliadi.

Share:

Soal Bandara Kulon Progo, Petani Kecewa Putusan MA

Sidang kasus Bandara Kulon Progo di PTUN DIY, beberapa waktu lalu. (Metrotvnews.com/Ahmad Mustaqim)
 
 
 
 
 
Metrotvnews.com, Yogyakarta: Mahkamah Agung (MA) mengabulkan kasasi gugatan rencana pembangunan Bandara Kulon Progo yang diajukan oleh Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta.

Rizky Fatahillah, kuasa hukum petani Kecamatan Temon yang menolak pembangunan Bandara Kulon Progo, menyayangkan tindakan MA mengabulkan kasasi gugatan tersebut.

Menurutnya, pembangunan Bandara Kulon Progo bermasalah dalam hal perencanaan. Sebab, pembangunan tidak pernah disebutkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Nasional dan RTRW DIY.

"Pihak kami menyayangkan MA yang mengabulkan putusan pemda karena putusan PTUN kami pikir sudah komprehensif," ujar Rizky yang merupakan salah satu anggota LBH Yogyakarta melalui sambungan telepon di Yogyakarta, Rabu (30/9/2015).

Ia khawatir ke depannya akan semakin banyak pembangunan bermasalah yang dibiarkan di Yogyakarta. "Kami khawatirkan akan melegitimasi pembangunan infrastruktur lain yang bermasalah," ucapnya.

Selain itu, pihaknya menilai dalam rencana pembangunan bandara, pemerintah bertindak sewenang-wenang dan tidak memperhatikan hak hidup dan hak pekerjaan petani di Kulon Progo.

"Kami lihat selama ini pemerintah hanya ingin gusur-gusur. Tapi tidak memperhatikan keinginan kawan petani. Yang kami bela bukan menolak bandara tapi mempertahankan kelangsungan hidup petani di Kulon Progo," tegasnya.

Pihaknya akan melakukan berbagai tindakan untuk membela kelangsungan hidup petani. Salah satunya melakukan upaya hukum dan komunikasi politik dengan pemerintah pusat.

"Upaya hukum lanjutan akan kami lakukan tetapi masih akan dibicarakan lagi. Perlu juga untuk melibatkan pemerintah pusat untuk melakukan upaya politik lebih luas, tujuannya agar pemda yang ingin membangun Bandara Kulon Progo mengerti aspirasi petani," pungkasnya.
SAN                        
Share:

26 September 2015

Pemkab Kulonprogo Turunkan Tim Pemantau Hewan Kurban Kamis Besok

TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO - Meski sudah ada yang melakukan
penyembelihan hewan kurban pada Rabu (23/9/2015), Pemkab Kulonprogo
baru akan menerjunkan tim pemantau pada Kamis (24/9/2015).

Kepala Kesehatan Hewan Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan
Kulonprogo, Drajat Purbadi, mengatakan pemantauan penyembelihan hewan
kurban pada Kamis akan dilakukan sekitar 195 petugas.

Para petugas yang diterjunkan ke lapangan itu, menurutnya, terdiri
atas 54 dokter hewan, 88 petugas kesehatan yang merupakan kader di
setiap desa, dan juga 53 mahasiswa Fakultas Kesehatan hewan UGM.

"Mereka diterjunkan untuk memantau penyembelihan hewan kurban pada
Kamis ini di Kulonprogo. Setiap desa diperkirakan akan dipantau oleh
tiga atau empat orang petugas," kata Drajat, Rabu (23/9/2015).

Drajat mengakui pada Rabu ini memang sudah ada beberapa lokasi yang
melaksanakan penyembelihan hewan kurban. Meski demikian, pihaknya
belum menurunkan petugas pemantau ke lapangan.

Sebagaimana pantauan di lapangan, penyembelihan hewan kurban pada Rabu
ini salah satunya dilaksanakan masyarakat Durungan Kecamatan Wates.

Seusai melaksanakan salat Id, belasan warga Durungan ini
melanjutkannya dengan penyembelihan dua ekor sapi dan satu ekor
kambing. (*)
Share:

Gempa Yogya tak menimbulkan kerusakan di Kulon Progo

Merdeka.com - Kota Yogyakarta dilanda gempa bumi pada pukul 20.28 WIB.
Meski tak berlangsung lama, gempa ini sempat mengejutkan warga hingga
berhamburan ke luar rumah.

Bahkan guncangan dari gempa ini juga terasa hingga ke Desa Salamrejo,
Kulon Progo, Jawa Tengah. Namun, guncangan tersebut tidak terlalu
keras seperti di Kota Yogyakarta.

"Di sini berasa guncangannya, tapi enggak begitu keras. Hanya sedikit
bergetar hingga genting rumah bunyi. Kirain hujan, enggak tahunya
gempa," kata Glin, warga Jakarta yang saat itu tengah berada di Kulon
Progo, Jumat (25/9).

Glin menambahkan, guncangan tersebut hanya berlangsung beberapa detik
dan tidak menimbulkan kerusakan apapun. Namun beberapa warga sempat
berhamburan ke luar rumah.

"Sejauh ini belum ada kerusakan apa-apa, tapi warga sempat keluar
rumah. Gempanya juga sebentar enggak sampai tiga sampai lima menit,"
imbuh Glin.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika, Mochammad Riyadi, menyatakan gempa terjadi di Yogyakarta
berpusat di 12 kilometer arah barat laut Gunungkidul. Gempa itu
berkekuatan 4,6 SR dan berada pada kedalaman 10 kilometer.

Meski getaran gempa cukup kuat dirasakan hingga Kota Yogyakarta,
tetapi Riyadi memastikan gempa tersebut tidak berpotensi Tsunami,
sebab masih di bawah 5 Skala Richter. Dari laporan diterimanya, gempa
begitu terasa di daerah Bantul, Yogyakarta.

"Tidak ada potensi tsunami. Di Bantul yang terasa sekali," ucap Riyadi.
Share:

25 September 2015

Warga Kulonprogo Berbondong-bondong Bawa Daging Kurban ke Penggilingan

Bisnis.com, KULONPROGO-Tempat penggilingan daging di Pasar Wates,
Kulonprogo diserbu warga, Kamis (24/9/2015). Mereka rela antre
berjam-jam demi menggilingkan satu atau dua kilogram (kg) daging sapi
yang diterima dari panitia pembagian hewan kurban.
Satu diantaranya adalah Basuki, warga Desa Krembangan, Kecamatan
Panjatan, Kulonprogo. Dia ingin membuat bakso dari gilingan daging
sapi. "Biar lebih tahan lama karena enggak punya kulkas," ungkap
Basuki.

Setahu Basuki, hanya ada tiga tempat penggilingan daging di sekitar
Wates. Dua di Pasar Wates dan satu lainnya di dekat Terminal Wates.
Menurutnya, dia memang harus antre karena tidak ada banyak pilihan.
Semua tempat penggilingan pasti ramai. "Ini sudah antre sejam tapi
masih kurang satu lagi. Tetangga saya nitip 1,5 kg," ujar berusia 37
tahun itu.

Basuki sendiri menggilingkan daging sapi sebanyak dua kg. Uang yang
harus dibayarkan mencapai Rp40.000. "Ini sudah sekalian dengan bumbu
baksonya. Nanti bisa langsung dimasak di rumah," paparnya.

Hal serupa dilakukan Titik Sriharyati. Tidak tanggung-tanggung. Dia
sudah antre hampir dua jam demi menggilingkan 2,6 kg daging sapi. "Ini
belum selesai. Tadi saya ke tempat lain tapi ternyata lebih banyak
yang antre," kata Titik.

Titik mengungkapkan, tidak ada tempat penggilingan daging di wilayah
tempat tinggalnya di Desa Hargorejo, Kecamatan Kokap, Kulonprogo.
"Punya kulkas buat menyimpan daging tapi kalau mau menggiling ya harus
ke Wates," ucapnya.

Sementara itu, pengelola tempat penggilingan daging di Pasar Wates,
Rusmin Nuryadin mengaku bisa menggiling daging sebanyak tiga hingga
empat kuintal per hari selama perayaan Idul Adha. Padahal, biasanya
hanya sekitar setengah kuintal. "Biasanya cuma melayani pelanggan dari
kalangan tukang bakso dan rumah makan padang," tuturnya.

Aji mumpung, Rusmin menaikkan harga jasa penggilingan hingga dua kali
lipat dibanding hari biasa. Konsumen jadi harus membayar Rp10.000 per
kg atau Rp20.000 per kg jika ingin sekalian dilengkapi bumbu.
"Ramainya paling lama sampai seminggu. Puncaknya tiga hari," kata
Rusmin menambahkan.

Editor : Nina Atmasari

Lihat arsip:
http://kwkp.blogspot.com
Share:

Edarkan Alprazolam, 2 Warga Sleman Diringkus

Harianjogja.com, KULONPROGO– Sebanyak dua warga Sleman dibekuk Satuan
Resnarkoba (Satresnarkoba) Kulonprogo karena kedapatan mengonsumsi dan
mengedarkan psikotropika. Ironisnya, obat tersebut diperoleh Sunyoto,
30, salah satu pelaku, menggunakan resep dokter.

Kasat Resnarkoba Polres Kulonprogo AKP Agus Nursewan mengungkapkan,
pelaku pertama, Sunyoto berhasil diringkus di rumahnya di Modinan,
Banyuraden, Gamping, Sabtu (19/9/2015) sore. Di hari yang sama,
petugas juga melakukan penggeledahan di rumah Nurdin, 19, pelaku lain
di rumahnya yang beralamat di Sumber Rahayu, Moyudan, Sleman.

"Kami mendapatkan informasi dari wilayah Kulonprogo, lalu kami
kembangkan. Motif pelaku yakni memiliki, menggunakan dan mengedarkan
psikotropika," ujar Agus, Rabu (23/9/2015).

Agus memaparkan, dari tangan pelaku berhasil diamankan empat butir pil
Mersi Alprazolam dan tujuh butir pil Riklona atau Clonazepam. Kedua
barang bukti itu saat ini masih dalam pemeriksaan di laboratorium
narkotika di Semarang, Jawa Tengah.

Dalam pemeriksaan yang dilakukan petugas, Sunyoto terbukti tidak hanya
sebagai pengguna. Pelaku juga mengakui telah memperjualbelikan obat
terlarang tersebut kepada rekannya. Akibat tindakannya itu, Sunyoto
dijerat dengan Pasal 62 atau Pasal 61 ayat 2 Undang-undang nomor 5
tahun 2007 tentang penyalahgunaan obat terlarang. Sedangkan, rekannya
Nurdin, dijerat dengan Pasal 62.

"Ancaman hukuman maksimal adalah lima tahun kurungan. Dari
pemeriksaan, Y [Sunyoto] sebagai pengedar," jelas Agus.

Kepada petugas, Sunyoto mengaku mendapatkan obat tersebut dari sebuah
apotik di Jogja. Awalnya, obat tersebut hanya dikonsumsinya sendiri
sebagai obat penghilang rasa sakit dan sulit tidur. Sunyoto mengaku,
sudah 13 tahun mengonsumsi obat jenis Mersi Alprazolam itu dan
mendapatkannya dari resep dokter.

Sunyoto mengatakan, dalam sekali periksa, obat yang ditebusnya
sebanyak 30 butir. Di mana, harga per 10 butir dibelinya seharga
Rp14.500.

"Karena butuh uang, saya jual ke teman per enam butir seharga
Rp72.000," ungkap Sunyoto.

Lihat arsip:
http://kwkp.blogspot.com
Share:

BERITA KULON PROGO TERBARU

SITEMAP