- KULON PROGO, KOMPAS.com — Untuk menekan penyebaran demam berdarah dengue ( DBD), Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta, mencanangkan gerakan yang diberi nama Gerakan Serentak Pemberantasan Sarang Nyamuk (Gertak PSN) di seluruh wilayah Kulon Progo.Gerakan ini berupa aksi membersihkan seluruh lokasi atau tempat genangan secara serentak yang berpotensi sebagai sarang nyamuk.Wakil Bupati Kulon Progo Sutedjo mengatakan, gerakan bersih-bersih itu diperlukan untuk mendorong masyarakat memerangi penyebaran DBD di Kulon Progo."Ternyata ada cara yang lebih efektif dan efisien (menekan DBD). Namun, diperlukan langkah sosialisasi yang tepat agar semangat Gertak PSN ini bisa tersampaikan ke seluruh kalangan masyarakat," kata Sutedjo setelah membuka Gertak PSN di Alun-alun Wates, Jumat (22/2/2019).Dinas Kesehatan Kulon Progo mencatat, dari Januari hingga pertengahan Februari, 36 warga Kulon Progo menderita DBD. Jumlah itu meningkat dua kali lipat dibandingkan 2018 pada periode yang sama.Jumlah penderita DBD juga cukup tinggi dalam dua tahun terakhir, yaitu 79 kasus pada 2017 dan 109 kasus pada 2018.Kulon Progo juga memiliki pengalaman puncak kasus DBD mencapa 381 kaus pada 2016. Tingginya kasus DBD karena saat itu masuk musim hujan.Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dari Dinas Kesehatan Kulon Progo Theodola Baning Rahayujati mengatakan, pengasapan atau fogging yang dilakukan belakangan ini dinilai tidak efektif mengatasi nyamuk Aedes aegypti yang merupakan nyamuk penular DBD.Fogging dinilai hanya memutus penyebaran nyamuk sementara, tapi dalam tempo cepat nyamuk tetap kembali. Pasalnya, fogging hanya efektif membasmi nyamuk dewasa, tetapi tidak bisa memberantas jentik nyamuk."Nyamuk bertelur 400 telur dan dalam satu minggu akan menjadi nyamuk. Kami tidak ingin berulang-ulang," kata Baning.
23 February 2019
Ini yang Dilakukan Pemkab Kulon Progo Guna Tekan Penyebaran DBD - KOMPAS.com
22 February 2019
Rusunawa Kulon Progo Masih Sepi Peminat - KOMPAS.com
KULON PROGO, KOMPAS.com - Belum banyak masyarakat yang memanfaatkan keberadaan hunian rumah susun sederhana sewa (rusunawa) yang ada di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dari 360 hunian di 3 tower rusunawa di Kulon Progo, hingga kini, baru 1 rusunawa saja yang terisi. Itu pun baru terisi sebagian saja.
Pemerintah Kabupaten Kulon Progo terus berupaya merekrut warga yang ingin menghuni rusunawa-rusunawa yang ada.
"Salah satu rusun sudah terisi 75-an persen. Satu rusun baru 30-an pendaftar. Satu lagi belum diserah terima ke kami," kata Kepala Bidang Perumahan dan Permukiman, Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPKP) Kulonprogo, Suparno, Rabu (20/2/2019).
Pemerintah membangun rusunawa di berbagai daerah untuk pemenuhan kekurangan kepemilikan rumah bagi warga dan juga bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
Pemkab Kulon Progo menangkap peluang itu karena melihat perekonomian warga terus menggeliat, keluarga muda terus tumbuh, dan warga pendatang bertambah seiring pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang masif di daerah.
Pemkab dan Kementerian PUPR pun bekerja sama membangun ratusan hunian rusunawa ini demi menangkap peluang-peluang yang ada itu.
Mereka membangun rusunawa pada daerah industri seperti di Desa Triharjo dan Giripeni di Kecamatan Wates antara 2014-2016. Satu rusunawa lagi di dibangun di Dusun Krebet, Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo.
"Dengan harapan, warga kami yang bekerja di sekitar (rusunawa) akan menempati rusunawa itu," kata Suparno.
Sekedar diketahui, Kulon Progo memiliki 3 rusunawa yang dibangun Kementerian PU. Pertama adalah dua tower rusunawa di Triharjo dengan kapasitas hunian 196 rumah hunian.
Masing-masing tower memiliki 5 lantai dengan luas hunian 24 meter persegi. Hunian tidak dilengkapi dengan furniture di dalamnya.
Hunian kedua ada di Desa Giripeni dengan jumlah 98 unit. Besar dan fasilitas unit sama dengan Triharjo, yakni tanpa furniture di dalamnya dan luas 24 meter persegi.
Rusunawa Tuksono merupakan hunian terbaru yang dibangun pada 2017. Rusun ini terdiri dari 70 hunian dengan luas 36 meter persegi tiap huniannya.
Fasilitas yang diberikan cukup lengkap, terdiri dari furniture. Dari ketiga rusun itu, baru Rusunawa Triharjo yang ditempati warga, rusunawa di Giripeni belum beroperasi, sedangkan Rusunawa Tuksono tak lama lagi dimasuki warga.
"Sementara ini, sebanyak 30 keluarga sudah mendaftar masuk yang Tuksono," kata Suparno.
Suparno mengatakan, selain rusunawa, Kementerian PUPR juga membangun 50 rumah khusus (rusus) di Kecamatan Temon. Rusus ini kini sudah penuh. "Kami mau membangun lagi di Kaligintung pada 2019 ini," kata Suparno.
Kepala Dinas PU, Perumahan, dan Kawasan Pemukiman, Gusdi Hartono mengharapkan, warga tidak menunda masuk ke rusun yang sudah tersedia.
"Rusun ini bukan kos-kosan, tetapi bagi mereka yang belum punya rumah namun sudah berkeluarga. Jangan tidak ditempati, karena kasihan orang lain. Jangan ragu untuk cepat menempati, karena kalau ditunda maka akan mundur terus," kata Gusdi.
Untuk memancing peminat, pemerintah berencana meluncurkan hunian itu pada 25 Februari 2019.
"Kami akan acarakan hari perdana warga yang masuk rusun (Tuksono) ini. Bupati Kulon Progo, Hasto Wardoyo sendiri yang akan meluncurkannya," kata Gusdi, ketika menerima 30-an perwakilan keluarga yang berencana menghuni rusun Tuksono.
Soal Harga Tanah untuk Embarkasi Haji di Kulonprogo, Ini perkiraan harganya - Tribun Jogja
Laporan Reporter Tribun Jogja, Agung Ismiyanto
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Bupati Kulonprogo, Hasto Wardoyo mengatakan, jika memang diperbolehkan menggunakan lahan di Triharjo tersebut, maka nantinya Kementrian Agama bisa membangun di atas lahan seluas 2,8 hektar yang berstatus milik pemprov.
Untuk pembebasan lahan sekira 9 hektar, bisa dilaksanakan setelahnya.
"Untuk harga tanah tergantung appraisal. Mungkin kalau di Pengasih semeter bisa mencapai Rp 1 juta. Triharjo bisa lebih dari Rp 2,5 juta. Paling murah di Hargomulyo, Kokap mungkin bisa Rp 400 ribu per meter," urainya, Rabu (19/2/2019).
Sesuai aturan, kata dia, memang setelah berstatus menjadi tanah milik negara nantinya bisa dibangun oleh kementrian agama.
Selain itu, opsi menggunakan dana haji pun bisa dan mencukupi untuk pembangunan ini.
Perlu diketahui Bupati Hasto menawarkan tiga lahan alternatif untuk pembangunan embarkasi haji di DIY.
Salah satu lahan alternatif yang potensial ini berada di kawasan Triharjo, Wates, Kulonprogo dengan luasan sekira 11,8 hektar.
Namun, masih perlu pembebasan lahan sekitar 9 hektar karena status lahan berupa kas desa.
Hal tersebut disampaikan oleh Hasto Wardoyo usai bertemu dengan Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X di Kepatihan, Rabu (20/2/2019).
Hasto mengatakan, ada tiga alternatif lahan yang ditawarkan dan dibahas dengan Sultan HB X, diataranya berada di Margosari, Pengasih berstatus milik perorangan dengan luasan 6 hektar dan Hargomulyo, Kokap berstatus tanah kas desa seluas 20 hektar. (TRIBUNJOGJA.COM)
20 February 2019
Kamijoro, Taman Bendungan Paling "Instagenic" di Kulon Progo - KOMPAS.com
KULON PROGO, KOMPAS.com - Taman Bendung Kamijoro bagaikan magnet baru bagi Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Taman ini berada di Dusun Kaliwiru, Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo, Kulon Progo.
Ribuan orang datang ke bendungan ini setiap harinya. Mereka berasal dari beragam kota baik dari pelosok-pelosok Kulon Progo, Bantul, Sleman, Gunung Kidul, Kota Yogyakarta. Tidak sedikit warga yang datang dari Jawa Tengah seperti Magelang, Purworejo, bahkan Surakarta.
Warga datang bukan hanya jadi wisatawan tetapi juga mengadu nasib untuk mendapatkan rezeki dari banyaknya wisatawan. Mereka berkendara dengan motor hingga mobil dan memenuhi kantong-kantong parkir di sekitaran dusun.
"Belum pernah saya lihat tempat (wisata) sampai didatangi orang sebanyak ini. Coba lihat, jembatan itu sampai penuhnya seperti itu," kata Budi Utomo, warga asal perbatasan Yogyakarta dengan Klaten.
Budi sengaja merekam momen keramaian ini untuk dokumentasi.
Taman merupakan bagian dari bendungan Kamijoro yang melintang seolah menahan derasnya aliran Sungai Progo, salah satu sungai terbesar yang membelah Yogyakarta. Bagian bendungan di sisi Timur berupa pintu sistem pengairan atau irigasi untuk sawah-sawah desa yang berada di Bantul dan sekitarnya.
Semua terhubung oleh pedestrian. Beberapa lokasi tanpa semenisasi ditumbuhi rumput gajah mini dan dihiasi tumbuhan warna-warni. Keberadaan taman ditambah eksotika jembatan membuat orang terus berdatangan.
"Tidak sangka orang datang sebanyak ini," kata Agung.
Taman Bendung Kamijoro mendapat perhatian besar sejak dua minggu terakhir. Mereka berkeliling di taman ini dan tampak tidak terlalu lelah. Mereka bisa duduk di mana saja karena banyak tempat rehat sejenak.
Pedagang asongan asal Bantul bernama Rahayu, 45 tahun, menceritakan, ia pernah menikmati keuntungan besar dalam sehari menjual jajanan pasar di taman itu. Ia menawarkan kacang rebus, arem-arem, serabi, minuman air mineral botol, hingga jagung rebut.
"Saat itu, pengunjung membeli 40 kilogram jagung rebus manis. Cuma di hari Minggu itu saja pernah sampai Rp 450.000," kata Rahayu.
Hasilnya jauh melebihi kerja keras menumbuk biji melinjo dengan ongkos 5000 per kg. "Lebih enak jualan seperti ini jadinya, apalagi sambil lihat orang. Semoga ini ramai terus, biar bisa jualan terus," kata Rahayu.
Kamijoro semakin naik daun seperti ini berkat media sosial. Warga terpancing untuk datang.
Seorang wisatawan asal Gamping, Bantul, bernama Risca, 45 tahun, berkunjung ke taman setelah melihat banyaknya postingan di Facebook dan Instagram. Foto-foto itu menarik dan cantik.
Ia datang satu mobil bersama 6 anggota keluarganya. Ia mengakui, Taman Bendung Kamijoro memang Instagramable.
"Kekurangannya masih gersang dan panas. Ada baiknya berkunjung saat sore saja. Selain itu risiko untuk anak yang berjalan dekat sungai. (Pengamannya) jembatan terlalu tinggi untuk anak," kata Risca saat berada si Kamijoro.
Umardini, 40 tahun, asal Balikpapan, Kalimantan Timur. Ia menyempatkan mampir ke Kamijoro selagi jalan-jalan ke Yogyakarta. Menurutnya, taman ini ruang publik paling indah se-Kulon Progo.
"Saya sering jalan-jalan keliling Kulon Progo. Sejauh ini, taman ini paling indah se-Kulon Progo. Bila banyak tumbuhan dan lebih hijau, maka taman ini berpotensi viral di masa depan seperti hutan pinus Dlingo," kata Umardini.
Lahan Kolonjono
Awalnya, kawasan taman adalah tanah tak bertuan pada aliran sungai dengan luas sampai 7 hektar. Warga sekitar 60 kepala keluarga memanfaatkan tanah itu sebagai tempat menanam kolonjono, rumput untuk pakan kambing dan sapi. Warga kadang menjual pakan ternak in.
Tokoh warga Kaliwiru, Sugeng Lono Raharjo mengungkapkan, warga tidak menolak ketika pemerintah berniat membangun sebuah taman di lahan wedi kenser (istilah jawa pada bekas aliran sungai yang di jadikan lahan untuk bercocok tanam oleh penduduk) itu. Warga menyadari pentingnya bendungan untuk irigasi.
Namun lebih dari itu, warga juga mendapat pencerahan bahwa taman di sebelah Barat bendungan bakal bisa dikelola warga dan memberi pemasukan bagi warga.
"Sehingga mereka lapang dada menyerahkan ke pemerintah," kata Lono, seorang pensiunan guru.
Ribuan orang datang ke bendungan ini setiap harinya. Mereka berasal dari beragam kota baik dari pelosok-pelosok Kulon Progo, Bantul, Sleman, Gunung Kidul, Kota Yogyakarta. Tidak sedikit warga yang datang dari Jawa Tengah seperti Magelang, Purworejo, bahkan Surakarta.
Warga datang bukan hanya jadi wisatawan tetapi juga mengadu nasib untuk mendapatkan rezeki dari banyaknya wisatawan. Mereka berkendara dengan motor hingga mobil dan memenuhi kantong-kantong parkir di sekitaran dusun.
"Belum pernah saya lihat tempat (wisata) sampai didatangi orang sebanyak ini. Coba lihat, jembatan itu sampai penuhnya seperti itu," kata Budi Utomo, warga asal perbatasan Yogyakarta dengan Klaten.
Budi sengaja merekam momen keramaian ini untuk dokumentasi.
Taman merupakan bagian dari bendungan Kamijoro yang melintang seolah menahan derasnya aliran Sungai Progo, salah satu sungai terbesar yang membelah Yogyakarta. Bagian bendungan di sisi Timur berupa pintu sistem pengairan atau irigasi untuk sawah-sawah desa yang berada di Bantul dan sekitarnya.
KOMPAS.com/ DANI J Jembatan di atas Bendungan Kamijoro menghubungkan Kabupaten Kulon Progo dan Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Ribuan warga jalan dan menyesaki jembatan ini. Warga datang ke sana untuk memuaskan rasa penasaran setelah jembatan dan taman menjadi viral. Taman Bendung Kamijoro jadi destinasi baru bagi wisatawan.
Di atas bendungan terdapat jembatan cantik sepanjang 161 meter dengan lebar 3 meter. Bentuk jembatan serupa Jembatan Ampera di Palembang, lengkap dengan hiasan tali baja. Kanan-kiri jembatan dipasang pengaman dan lampu penerang bagi orang yang menyeberang pada malam hari.
Kabupaten Bantul dan Kulon Progo terhubung oleh jembatan ini, tepatnya antara Dusun Plambongan, Desa Triwidadi, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul dengan Kaliwiru, Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo, Kulon Progo. Tanpa jembatan itu, orang harus memutar sangat jauh.
Taman Bendung Kamijoro berada di sebelah Barat jembatan dan masuk dalam wilayah Kaliwiru. Taman inilah tujuan akhir mereka yang datang ke Kamijoro.
Di atas bendungan terdapat jembatan cantik sepanjang 161 meter dengan lebar 3 meter. Bentuk jembatan serupa Jembatan Ampera di Palembang, lengkap dengan hiasan tali baja. Kanan-kiri jembatan dipasang pengaman dan lampu penerang bagi orang yang menyeberang pada malam hari.
Kabupaten Bantul dan Kulon Progo terhubung oleh jembatan ini, tepatnya antara Dusun Plambongan, Desa Triwidadi, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul dengan Kaliwiru, Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo, Kulon Progo. Tanpa jembatan itu, orang harus memutar sangat jauh.
Taman Bendung Kamijoro berada di sebelah Barat jembatan dan masuk dalam wilayah Kaliwiru. Taman inilah tujuan akhir mereka yang datang ke Kamijoro.
KOMPAS.com/ DANI J Plaza Taman Bendung Kamijoro menghadap ke aliran Sungai Progo menuju Samudera Hindia. Magnet baru ini berada di Dusun Kaliwiru, Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo, Kulon Progo.
Seorang pelaksana proyek pembangunan bendung Kamijoro mengungkap bahwa luas taman kira-kira sekitar 40.000 meter persegi. Taman memiliki plaza terbuka untuk tempat orang berkumpul, foto-foto, dan bisa untuk melaksanakan aktivitas massal. Pada plaza terdapat undak-undak memanjang yang bisa dipakai sebagai panggung ataulah tempat duduk. Warga suka berdiri dan foto-foto di undakan yang punya latar tulisan "Bendung Kamijoro" dengan tulisan latin maupun Jawa.
Di sisi lain dari taman, terdapat shelter bertudung tenda raksasa yang dipakai warga untuk berteduh. Tak jauh dari tenda terdapat taman bermain bagi anak-anak yang menyukai jungkat jungkit, ayunan, hingga luncuran.
Selain itu, taman juga dikemas menjadi kawasan pohon buah-buahan dengan batang keras. Sedikitnya ada sekitar 300 pohon buah dengan batang keras, mulai dari jambu air hingga jambu kristal, sawo, kelengkeng, rambutan, mangga.
"Ada durian juga. Kalau sudah besar nanti jadi kebun buah-buahan," kata Agung, seorang pelaksana kerja di proyek tersebut.
Seorang pelaksana proyek pembangunan bendung Kamijoro mengungkap bahwa luas taman kira-kira sekitar 40.000 meter persegi. Taman memiliki plaza terbuka untuk tempat orang berkumpul, foto-foto, dan bisa untuk melaksanakan aktivitas massal. Pada plaza terdapat undak-undak memanjang yang bisa dipakai sebagai panggung ataulah tempat duduk. Warga suka berdiri dan foto-foto di undakan yang punya latar tulisan "Bendung Kamijoro" dengan tulisan latin maupun Jawa.
Di sisi lain dari taman, terdapat shelter bertudung tenda raksasa yang dipakai warga untuk berteduh. Tak jauh dari tenda terdapat taman bermain bagi anak-anak yang menyukai jungkat jungkit, ayunan, hingga luncuran.
Selain itu, taman juga dikemas menjadi kawasan pohon buah-buahan dengan batang keras. Sedikitnya ada sekitar 300 pohon buah dengan batang keras, mulai dari jambu air hingga jambu kristal, sawo, kelengkeng, rambutan, mangga.
"Ada durian juga. Kalau sudah besar nanti jadi kebun buah-buahan," kata Agung, seorang pelaksana kerja di proyek tersebut.
Semua terhubung oleh pedestrian. Beberapa lokasi tanpa semenisasi ditumbuhi rumput gajah mini dan dihiasi tumbuhan warna-warni. Keberadaan taman ditambah eksotika jembatan membuat orang terus berdatangan.
"Tidak sangka orang datang sebanyak ini," kata Agung.
Taman Bendung Kamijoro mendapat perhatian besar sejak dua minggu terakhir. Mereka berkeliling di taman ini dan tampak tidak terlalu lelah. Mereka bisa duduk di mana saja karena banyak tempat rehat sejenak.
Pedagang asongan asal Bantul bernama Rahayu, 45 tahun, menceritakan, ia pernah menikmati keuntungan besar dalam sehari menjual jajanan pasar di taman itu. Ia menawarkan kacang rebus, arem-arem, serabi, minuman air mineral botol, hingga jagung rebut.
"Saat itu, pengunjung membeli 40 kilogram jagung rebus manis. Cuma di hari Minggu itu saja pernah sampai Rp 450.000," kata Rahayu.
Hasilnya jauh melebihi kerja keras menumbuk biji melinjo dengan ongkos 5000 per kg. "Lebih enak jualan seperti ini jadinya, apalagi sambil lihat orang. Semoga ini ramai terus, biar bisa jualan terus," kata Rahayu.
Kamijoro semakin naik daun seperti ini berkat media sosial. Warga terpancing untuk datang.
Seorang wisatawan asal Gamping, Bantul, bernama Risca, 45 tahun, berkunjung ke taman setelah melihat banyaknya postingan di Facebook dan Instagram. Foto-foto itu menarik dan cantik.
Ia datang satu mobil bersama 6 anggota keluarganya. Ia mengakui, Taman Bendung Kamijoro memang Instagramable.
"Kekurangannya masih gersang dan panas. Ada baiknya berkunjung saat sore saja. Selain itu risiko untuk anak yang berjalan dekat sungai. (Pengamannya) jembatan terlalu tinggi untuk anak," kata Risca saat berada si Kamijoro.
Umardini, 40 tahun, asal Balikpapan, Kalimantan Timur. Ia menyempatkan mampir ke Kamijoro selagi jalan-jalan ke Yogyakarta. Menurutnya, taman ini ruang publik paling indah se-Kulon Progo.
"Saya sering jalan-jalan keliling Kulon Progo. Sejauh ini, taman ini paling indah se-Kulon Progo. Bila banyak tumbuhan dan lebih hijau, maka taman ini berpotensi viral di masa depan seperti hutan pinus Dlingo," kata Umardini.
Lahan Kolonjono
Awalnya, kawasan taman adalah tanah tak bertuan pada aliran sungai dengan luas sampai 7 hektar. Warga sekitar 60 kepala keluarga memanfaatkan tanah itu sebagai tempat menanam kolonjono, rumput untuk pakan kambing dan sapi. Warga kadang menjual pakan ternak in.
Tokoh warga Kaliwiru, Sugeng Lono Raharjo mengungkapkan, warga tidak menolak ketika pemerintah berniat membangun sebuah taman di lahan wedi kenser (istilah jawa pada bekas aliran sungai yang di jadikan lahan untuk bercocok tanam oleh penduduk) itu. Warga menyadari pentingnya bendungan untuk irigasi.
Namun lebih dari itu, warga juga mendapat pencerahan bahwa taman di sebelah Barat bendungan bakal bisa dikelola warga dan memberi pemasukan bagi warga.
"Sehingga mereka lapang dada menyerahkan ke pemerintah," kata Lono, seorang pensiunan guru.
KOMPAS.com/ DANI J Ada area bermain untuk anak di Taman Bendung Kamijoro ini. Magnet baru ini berada di Dusun Kaliwiru, Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo, Kulon Progo.
Benar saja, kini pengunjung ramai sejak awal Februari lalu. Warga Kaliwiru segera menyambut keberadaan taman sebagai destinasi baru di Sentolo. Apalagi mengingat Sontolo minim destinasi wisata.
Taman sungguh menarik perhatian banyak warga. Seperti hari ini, Pengunjung tumpah ruah. Warga bakal mengabadikan foto ketika melintas berjalan kaki di semua sudut taman dan jembatan.
Tidak ada retribusi masuk ke taman maupun jembatan. Warga Kaliwiru pun berinisiatif mengelola parkir, membuat toilet, dan berbagai rencana fasilitas wisata lain di sekitaran taman.
Warga memanfaatkan kesempatan ini unuk menjual karcis parkir Rp 2 ribu untuk sepeda motor dan Rp 5 ribu untuk mobil. Lono mengungkapkan, sebanyak 1.000 karcis parkir terjual dalam satu hari. Jumlah karcis parkir meningkat dua kali lipat bila hari minggu dan hari libur. Tak hanya di Kaliwiru. Warga Pajangan, Bantul di sisi timur jembatan, juga ketiban rezeki.
Warga juga memanfaatkan momen untuk berjualan. Aneka kuliner dijajakan oleh warga setempat, seperti pecel, mie lethek, es krim, dan beragam jajanan pasar khas Yogyakarta.
Benar saja, kini pengunjung ramai sejak awal Februari lalu. Warga Kaliwiru segera menyambut keberadaan taman sebagai destinasi baru di Sentolo. Apalagi mengingat Sontolo minim destinasi wisata.
Taman sungguh menarik perhatian banyak warga. Seperti hari ini, Pengunjung tumpah ruah. Warga bakal mengabadikan foto ketika melintas berjalan kaki di semua sudut taman dan jembatan.
Tidak ada retribusi masuk ke taman maupun jembatan. Warga Kaliwiru pun berinisiatif mengelola parkir, membuat toilet, dan berbagai rencana fasilitas wisata lain di sekitaran taman.
Warga memanfaatkan kesempatan ini unuk menjual karcis parkir Rp 2 ribu untuk sepeda motor dan Rp 5 ribu untuk mobil. Lono mengungkapkan, sebanyak 1.000 karcis parkir terjual dalam satu hari. Jumlah karcis parkir meningkat dua kali lipat bila hari minggu dan hari libur. Tak hanya di Kaliwiru. Warga Pajangan, Bantul di sisi timur jembatan, juga ketiban rezeki.
Warga juga memanfaatkan momen untuk berjualan. Aneka kuliner dijajakan oleh warga setempat, seperti pecel, mie lethek, es krim, dan beragam jajanan pasar khas Yogyakarta.
17 February 2019
Pelajar Kulon Progo Terlibat dalam Bedah Rumah Warga Miskin - KOMPAS.com
KULON PROGO, KOMPAS.com - Puluhan pelajar terlibat dalam aksi bedah rumah warga miskin di Dusun Nguntuk-unthuk, Desa Ngargosari, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dalam bedah rumah ini, pelajar merasakan pengalaman gotong royong, sebuah kearifan lokal warga Kulon Progo, yang terus bertahan turun temurun.
Selain gotong royong, pelajar bisa memperkokoh bagaimana silaturahmi satu dengan orang lain, saling simpati, mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, juga melatih hidup toleransi.
"Bisa saling membantu, saling tolong menolong dengan sesama, murid bisa saling berkontribusi bersama, dan bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri," kata Saiful Anwar, pelajar Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Samigaluh, seperti tertera dalam rilis via email yang dikirim Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Minggu (17/2/2019).
Puluhan pelajar SMPN 2 Samigaluh ini ikut dalam bedah rumah milik Antonius Jumilan di Ngunthuk-Untuk. Para pelajar terlihat antusias meranting (estafet) ember berisi pasir yang digunakan untuk membangun rumah.
Mereka menyingkirkan perbedaan apapun di antara warga. Kepala SMPN 2 Samigaluh, Sartono mengatakan, pelibatan pelajar dalam bedah rumah bagian dari pendidikan karakter yang memang telah diterapkan dunia pendidikan Kulon Progo.
Karakter pelajar yang diharapkan itu adalah Pancasilais, bisa membantu masyarakat yang kebetulan kurang mampu, dan sekaligus terdidik toleransi.
" Bedah rumah ini kegiatan sekolah praktek langsung dan merupakan kegiatan pengamalan Pancasila secara langsung. Alhamdulillah, kegiatan seperti ini bisa membantu masyarakat yang kebetulan kurang mampu, dan sekaligus mengajarkan toleransi kepada generasi muda dan anak-anak kita, terhadap kondisi lingkungan yang ada. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang sangat positif dan kalau perlu bisa kami tingkatkan," kata Sartono.
Pembangunan rumah layak huni bagi Antonius merupakan bagian dari program bedah rumah bagi warga miskin yang rutin berlangsung di Kulon Progo sejak bertahun-tahun lalu.
Pemkab Kulon Progo bekerja sama dengan perusahaan, berbagai kelompok masyarakat, hingga badan amal, menggelar program yang menyasar rumah warga yang tidak mampu.
Program sekaligus mempertahankan dan terus menggelorakan semangat kegotongroyongan antar warga sekitar. Gotong royong itu diwujudkan baik dari sisi pembiayaan maupun pelibatan sumber daya manusia dari berbagai kelompok.
Bedah rumah memang sudah berlangsung lama. Rata-rata dilakukan pada hari Minggu di beberapa titik.
Seperti di hari ini saja, bedah rumah juga berlangsung di rumah milik Sumanto warga Separang Pagerharjo Samigaluh.
Aksi peduli ini semakin memperlihatkan bagaimana masih banyak warga di Kulon Progo hidup dalam kondisi memprihatinkan, utamanya di daerah dengan medan sulit di Bukit Menoreh. Mereka memerlukan uluran tangan.
Wakil Bupati Kulon Progo, Sutedjo menyatakan, pentingnya gotong royong karena manusia tidak bisa hidup sendiri dan saling membutuhkan bantuan orang lain.
"Dengan bergotong royong merupakan bentuk pengamalan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Kami juga senang para siswa ikut terlibat dalam gotong royong bedah rumah," kata Sutedjo, yang hadir di rumah milik Antonius ini.
Sejumlah pejabat Pemkab, kecamatan hingga perangkat desa, hadir di bedah rumah ini.
Navigasi Bandara Baru Kulon Progo akan Dilayani "Mobile Tower" - KOMPAS.com
KULON PROGO, KOMPAS.com - Lalu lintas udara di Bandara udara New Yogyakarta International Airport (NYIA) rencananya akan dilayani mobile tower dalam pada April 2019 mendatang.
Pasalnya, tower navigasi atau biasa disebut tower Air Traffic Controller (ATC) bandara diperkirakan belum selesai sepenuhnya di awal NYIA beroperasi.
"Saat ini untuk bangunan tower masih proses pembangunan, jadi untuk pengoperasian penerbangan International nantinya memakai satu mobile tower, AirNav yang menyediakan dan diletakkan di sisi Barat apron," kata Hendro Susanto, Non Terminal Manager NYIA dari AP I, ketika ditemui di prouek pembangunan NYIA, Sabtu (16/2).
Bandara Mutiara SIS Al Jufri Palu pernah memanfaatkan mobil tower seperti ini pada Oktober 2018 silam. Gempa yang mengguncang Palu dan sekitarnya turut merobohkan tower ATC bandara. Kehadiran mobile tower memulihkan sementara lalu lintas udara di Palu, ketika itu.
Rencana pemanfaatan mobile tower dilakukan pada Maret mendatang. "Sambil menunggu bangunan tower ATC bisa digunakan," kata Hendro.
Pembangunan NYIA terus menunjukkan pertumbuhan infrastruktur dan bangunan di dalamnya. Secara keseluruhan proyek NYIA sudah memasuki 35 persen pembangunan fisik.
Progres pembangunan terminal salah satu yang paling kelihatan. Terminal sudah berdiri 2 lantai dan dindingnya sudah terpasang kaca.Terminal juga sudah dipasang ubin, platform, hingga instalasi listrik. Masjid tampak sudah selesai lebih dulu.
Landasan pacu sudah memasuki tahap pengaspalan di beberapa titik. Apron hingga paralel taxiway sudah memasuki tahap betonisasi. Semua digarap sekitar 4.500 pekerja.
Anggota DPR Sebut Bandara Kulon Progo Rawan Gempa & Tsunami - detikFinance
"Dari BNPB sendiri itu meginformasikan kepada kami bahwa NYIA itu di tengah patahan tsunami, bukan hanya gempa," ujar Anggota Komisi VIII dari Fraksi Partai NasDem, Choirul Muna Chozin kepada detikcom.
Hal itu disampaikan Choirul seusai kunker Komisi VIII DPR RI ke Pemda DIY, Kamis (14/2/2019). Dalam kunjungan ini mereka diterima oleh Wakil Gubernur DIY, Kanjeng Gusti Pengeran Adipati Aryo (KGPAA) Paku Alam X.
Choirul menjelaskan, kepada Komisi VIII DPR RI pihak BNPB membenarkan bahwa dulu pernah terjadi tsunami di tempat yang kini dibangun NYIA, makanya dia heran kenapa NYIA dibangun di tempat berisiko.
"Kalau memang betul-betul itu adalah tanah patahan untuk tsunami, itu kan sangat berbahaya," katanya.
Dia mempertanyakan kenapa potensi tsunami ini terkesan tak dianggap serius, padahal menurutnya dalam membangun NYIA pemerintah harus memperhatikan aspek bangunan, penanggulangan, dan mitigasinya.
"Oleh karena itu tadi saya katakan, tanya pada BPBD yang ada di sini seberapa jauh kalau itu memang informasi BNPB (benar). Kenapa ini tidak ditindaklanjuti untuk persoalan ini. Jadi ada suatu keheranan di sini," tuturnya.
Namun karena NYIA terlanjur dibangun, Komisi VIII meminta agar pemerintah melalui pelaksana proyek memperkuat aspek mitigasinya. Serta memperkuat penanggulangan apabila sewaktu-waktu terjadi tsunami.
"Seperti (bandara) di Jepang, juga perlu kita belajar seperti yang ada di sana. Kenapa bandara-bandara yang ada di Jepang dengan tsunami yang begitu hebat itu tidak berimbas begitu hebat. Ini yang perlu dikaji," tutupnya.
Respons Pemprov DIY
Pernyataan berbeda disampaikan KGPAA Paku Alam X. Menurutnya, belum pernah terjadi tsunami di wilayah yang kini sedang dibangun NYIA Kulon Progo, namun dia mengakui ada potensi gempa di sana.
"Kalau informasi patahan itu (gempa) memang secara geologi tergambar. Jadi di sebelah selatan Pulau Jawa itu adalah patahan pasifik. Tapi sepengetahuan saya belum ada cerita tentang tsunami (di lokasi NYIA)," tuturnya.
Kepala Pelaksana BPBD DIY, Biwara Yuswantana mengatakan belum pernah ada gempa di lokasi proyek NYIA. Akan tetapi dia tak menampik adanya potensi tsunami di bandara baru ini.
"Oleh kerana itu mitigasi menjadi bagian pembangunannya, bagaimana kemudian sepanjang pantai di perbatasan bandara dengan laut itu bisa dilakukan langkah-langkah penanaman pohon," ungkapnya.
"Sehingga kemudian mitigasinya adalah baik itu pada konteks infrastruktur maupun konstruksi bangunan bandaranya itu sendiri sudah memperhitungkan aspek itu (kemungkinan terjadinya tsunami)," pungkasnya. (ush/hns)
16 February 2019
Cegah DBD, Pemkab Kulon Progo Canangkan Gertak PSN - Tribun Jogja
TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Pemerintah Kabupaten Kulon Progo mencanangkan Gerakan Serentak Pemberantasan Sarang Nyamuk (Gertak PSN) yang digelar sebulan penuh.
Hal ini dilakukan untuk mencegah berkembangnya penyakit demam berdarah di tengah masyarakat.
Pencanangan Gertak PSN itu ditandai dengan penggalangan komitmen dari forum komunikasi pimpinan daerah (Forkopimda) di Kulon Progo serta masyarakat, Jumat (15/2/2019) dengan penandatanganan komitmen bersama.
Gertak PSN untuk memberantas jentik nyamuk itu akan digelar mulai hari itu hingga empat pekan ke depan secara berturut-turut setiap Jumat.
"Ini penting untuk sosialisasi kepada masyarakat dan mencegah demam berdarah. Semua unsur akan bergerak mulai pekan ini hingga sebulan ke depan. Semoga dengan ini Kulon Progo bisa terbebas dari penyakit itu," kata Bupati Kulon Progo, Hasto Wardoyo pada Tribunjogja.com.
Kabupaten terbarat di wilayah DIY itu sejauh ini memang masih bergulat dengan penyakit demam berdarah.
Data Dinas Kesehatan setempat menunjukkan bahwa kasus demam berdarah terus muncul setiap tahunnya di berbagai wilayah kecamatan.
Antara lain di wilayah Kecamatan Wates, Kokap, Temon, Pengasih, Lendah, Galur, Nanggulan, Kalibawang, dan Samigaluh.
Tercatat hingga pertengahan Februari ini sudah ada 25 kasus demam berdarah dengue (DBD) dan 116 kasus Demam Berdarah (DB) yang muncul selama 2019.
Adapun pada 2018 lalu terdapat sebanyak 109 orang penderita DBD, 2017 sebanyak 79 orang, dan 2016 terdapat angka tertinggi dalam enam tahun terakhir sebanyak 381 penderita.
Hal ini dilakukan untuk mencegah berkembangnya penyakit demam berdarah di tengah masyarakat.
Pencanangan Gertak PSN itu ditandai dengan penggalangan komitmen dari forum komunikasi pimpinan daerah (Forkopimda) di Kulon Progo serta masyarakat, Jumat (15/2/2019) dengan penandatanganan komitmen bersama.
Gertak PSN untuk memberantas jentik nyamuk itu akan digelar mulai hari itu hingga empat pekan ke depan secara berturut-turut setiap Jumat.
"Ini penting untuk sosialisasi kepada masyarakat dan mencegah demam berdarah. Semua unsur akan bergerak mulai pekan ini hingga sebulan ke depan. Semoga dengan ini Kulon Progo bisa terbebas dari penyakit itu," kata Bupati Kulon Progo, Hasto Wardoyo pada Tribunjogja.com.
Kabupaten terbarat di wilayah DIY itu sejauh ini memang masih bergulat dengan penyakit demam berdarah.
Data Dinas Kesehatan setempat menunjukkan bahwa kasus demam berdarah terus muncul setiap tahunnya di berbagai wilayah kecamatan.
Antara lain di wilayah Kecamatan Wates, Kokap, Temon, Pengasih, Lendah, Galur, Nanggulan, Kalibawang, dan Samigaluh.
Tercatat hingga pertengahan Februari ini sudah ada 25 kasus demam berdarah dengue (DBD) dan 116 kasus Demam Berdarah (DB) yang muncul selama 2019.
Adapun pada 2018 lalu terdapat sebanyak 109 orang penderita DBD, 2017 sebanyak 79 orang, dan 2016 terdapat angka tertinggi dalam enam tahun terakhir sebanyak 381 penderita.
Seluruh SMP Negeri di Kulon Progo Harus Bisa UNBK Mandiri - Tribun Jogja
TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Seluruh Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan sederajatnya di Kulon Progo ditargetkan bisa menggelar Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) secara mandiri pada 2020 nanti.
Kucuran dana dari pemerintah pusat dan daerah akan dioptimalkan untuk mewujudkannya.
Adapun saat ini ada 81 SMP/sederajat di Kulon Progo.
Sebanyak 49 sekolah di antaranya sudah melaksanakan UNBK secara mandiri sementara 30 lainnya masih menumpang di sekolah lain.
Sedangkan dua sekolah belum menggelar UNBK karena masih terhitung baru berdiri.
Kepala Seksi Kurikulum dan Penilaian SMP, Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Kulon Progo, Sumarni mengatakan bahwa target itu sangt mungkin tercapai mengingat adanya bantuan anggaran dari pemerintah setiap tahunnya untuk pemenuhan sarana prasarana sekolah.
Di antaranya Dana Alokasi Khusus (DAK) dari pemerintah pusat serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kulon Progo.
Selain itu pihak skeolahjuga mendapat sumbangan dari wali murid maupun ikatan alumni dan Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
"SMP Negeri kami usahakan bisa UNBK mandiri di 2020. Kalau yang swasta jadi tanggungjawab yayasan namun tetap ada bantuan dari pemerintah," kata Sumarni pada Tribunjogja.com, Jumat (15/2/2019).
Alokasi bantuan dana itu sedikit banyak memang turut mendongkrak kemampuan sekolah dalam penyiapan sarpras sehingga semakin banyak sekolah yang mampu menggelar UNBK secara mandiri.
KIM di Kulon Progo Wajib Miliki Website dan Medsos - Tribun Jogja
TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) wajib memiliki laman jejaring (website) dan akun media sosial seiring digebernya program Kota Pintar (Smart City) di Kulon Progo.
Hal ini untuk meningkatkan pelayanan informasi dan mengimbangi perekembangan teknologi saat ini.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kulon Progo, Rudiyatno mengatakan gencarnya program Smart City itu menuntut KIM untuk mengikuti perkembangan di era teknologi informasi saat ini.
Ia menilai kepemilikan website dan media sosial wajib hukumnya bagi KIM agar tak terseok menghadapi perkembangan teknologi.
"KIM yang fokus dalam informasi harus mengikuti jalannya program Smart City dari Pemkab Kulon Progo. Sehingga, harus segera memiliki website untuk layanan informasi,"kata Rudi dalam rapat koordinasi dengan 11 KIM di wilayah Kulon Progo, Rabu (13/2/2019).
Atas hal itu, Diskominfo berencana memberi pelatihan pembuatan dan pengelolaan website kepada KIM melalui laboratorium komputer yang dimilikinya.
Rencananya, kegiatan itu akan dilakukan pada kurun Februari-Maret 2019 ini.
Perwakilan KIM yang mahir bidang teknologi informasi akan diundang untuk pelatihan itu.
Nantinya, website KIM akan diintegrasikan dengan laman milik Diskominfo agar layanan informasi lebih terdiseminasi.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu (DPMPT) Kulon Progo, Agung Kurniawan menyebut keberadaan KIM sangat penting.