Mohon perhatiannya, semua isi berita diblog ini adalah disalin dari berbagai sumber. Dan hanya sebagai arsip pribadi dan Group Komunitas Warga Kulon Progo.

Seluruh informasi termasuk iklan diblog ini bukan tanggung jawab kami selaku pemilik blog. Kami hanya Memberikan tempat kepada para pengiklan dan sebagai ,media sharing


 tarif jasa kami
KEMBALI KE HALAMAN AWAL – LC FOTOKOPI  *  TARIF JASA FOTOKOPI, PRINT, SCAN, KETIK, PRINT , DLL.   *   MELAYANI PRINT, PRINT COPY SECARA ONLINE


16 October 2017

Berita Kulon progo 14 - 15 Oktober 20017


Keberadaan Bandara Baru di Kulonprogo Akan Kembalikan Jati Diri ...
Hamam: Angka Kemiskinan Kulon Progo Tertinggi se-DIY
HUT Ke 66 Kulonprogo, Wujudkan Glagah Jadi Mercusuar Dunia
Kulonprogo Kebut Pendidikan Karakter di 2018
KPU Kulon Progo: Tujuh Parpol Penuhi Syarat Peserta Pemilu 2019
Hari Terakhir, Layanan Pendaftaran Parpol Dibuka Sampai Tengah ...
HUT Kulonprogo, Warga Dobangsan Jalse dan Senam
Menteri PUPR Anggap tak Ada Penolakan dari Sultan HB X
Aksi Koboi di Pantai Bantul, 2 Wisatawan Luka Tembak
Kebun Teh Nglinggo Yogyakarta, Panorama Alam yang Berbukit-bukit
Dinpar Bantul Minta Masyarakat Pesisir Pantai Siapkan Diri Setelah ...
Daruslan Nasabah Cabang Utama Raih Honda HRV
Pemerintah Kaji Pembangunan Jalan Tol Layang Solo-Yogyakarta
Wisatawan Pantai Samas Bantul Lepas Tembakan Lukai Wisatawan ...
Jangan Terus Tergantung Beras




Posted: 15 Oct 2017 05:01 AM PDT
Posted: 15 Oct 2017 05:38 AM PDT
Posted: 15 Oct 2017 04:29 PM PDT
Posted: 15 Oct 2017 12:43 AM PDT
Posted: 15 Oct 2017 07:09 AM PDT
Posted: 15 Oct 2017 07:20 AM PDT
Posted: 15 Oct 2017 12:49 AM PDT
Posted: 15 Oct 2017 03:41 AM PDT
Posted: 15 Oct 2017 08:07 PM PDT
Posted: 15 Oct 2017 03:33 AM PDT
Posted: 15 Oct 2017 06:23 AM PDT
Posted: 14 Oct 2017 11:49 PM PDT
Posted: 15 Oct 2017 08:17 AM PDT
Posted: 15 Oct 2017 06:47 PM PDT
Posted: 15 Oct 2017 07:57 PM PDT















Share:

14 October 2017

Menuju Musim Hujan, Waspada Bencana dan Penyakit



TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) saat ini masih masuk dalam periode pancaroba.

Prediksi Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta musim hujan baru akan mulai di akhir Oktober hingga pertengahan November 2017 mendatang.

Kepala kelompok Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Yogyakarta, Djoko Budiyono mengatakan kondisi saat ini umumya berawan dan berpotensi hujan di beberapa wilayah dan masih periode pancaroba.

Hujan paling banyak terjadi di bagian utara hingga tengah wilayah DIY, seperti Sleman, Kota Yogya, Bantul bagian utara dan Kulonprogo bagian tengah dan utara.


"Untuk bagian timur dan selatan DIY seperti Gunungkidul, wilayah pesisir selatan Yogya hujan akan mulai banyak terjadi dipertengahan hingga akhir-akhir Oktober ini," kata Djoko, Sabtu (14/10/2017).

Sementara itu untuk musim hujan, diprediksi wilayah yang akan terlebih dahulu masuk musim hujan adalah Sleman bagian utara atau di daerah Gunung Merapi.

Kemudian akan diikuti sebagian besar wilayah Sleman, Kulonprogo, Kota Yogyakarta dan terakhir adalah Gunungkidul.
.
Kondisi musim hujan di 2017 diprediksi normal.
"Hujan mulai merata seluruh DIY bila semua wilayah telah masuk ke dalam musim hujan diprediksi awal- pertengahan November," lanjutnya.
Baca Halaman sumber.....
Share:

Masih Bulan Suro Warga Terdampak Bandara Kulonprogo Belum Mau Pindah



TRIBUNNEWS.COM, KULONPROGO - Sebagian warga terdampak pembangunan Bandara Kulonprogo peserta program relokasi dari Pedukuhan Kragon II, Desa Palihan menolak menerima Surat Peringatan (SP) ketiga untuk pengosongan lahan bandara.
Alasannya, mereka belum bersedia pindah lantaran rumahnya belum rampung dibangun.
Padahal, Jumat (22/9/2017) ini menjadi batas akhir masa pengosongan lahan oleh warga seperti diinstruksikan PT Angkasa Pura I melalui surat perintahnya.

Diungkapkan Dukuh Kragon II Palihan, Wiharto, pada Rabu (20/9/2017) beberapa petugas dari PT Angkasa Pura I mendatangi warga untuk memberikan SP 3 tersebut.

Namun, tim tersebut pulang tanpa hasil karena warga menolak menerima surat peringatan tersebut.
"SP pertama dan kedua memang melalui saya pembagiannya. Namun, karena warga sudah keberatan kalau pindah saat Suro, saya ngga berani membagikannya lagi dan meminta petugas Angkasa Pura untuk memberikannya sendiri kepada warga. Ternyata warga tetap belum mau menerimanya," kata Wiharto saat dihubungi, Jumat (22/9/2017).

Menurutnya, warga hanya mau menerima SP 3 tersebut dilanjut pindahan apabila rumah barunya sudah selesai dibangun.
Warga enggan pindah karena saat ini masih Suro sebagai bulan yang sakral bagi masyarakat Jawa dan bukan waktu yang baik untuk kegiatan pindah rumah.
"Tradisi Jawa dan kepercayaan seperti itu masing sangat kuat di masyarakat sini. Jadi, mereka ngga mau pindah saat Suro. Di tempat saya belum ada yang pindah sama sekali," kata dia. (TRIBUNJOGJA.COM)

alt : Some residents affected Kulonprogo Airport development participated by the relocation program from Kerukuhan Kragon II, Palihan Village refused to receive a third warning letter (SP) for the emptying of airport land. The reason, they are not willing to move because the house has not been built. In fact, Friday (09/22/2017) this became the final deadline of land clearing by residents as instructed PT Angkasa Pura I through his warrant. Palembang disclosed Hamlet II, Wiharto, on Wednesday (20/09/2017) some officers from PT Angkasa Pura I came to the citizens to provide the SP 3. However, the team returned with no results because the residents refused to receive the warning letter. "The first and second SP is through my division, but since the residents have objected to move when Suro, I dare to distribute it again and asked Angkasa Pura officers to give it to the residents themselves," said Wiharto when contacted, Friday (9/22/2017). According to him, residents only want to receive SP 3 is continued move if the new house has been completed. Residents are reluctant to move because it is still Suro as a sacred month for the people of Java and not a good time for moving activities. "Javanese traditions and beliefs are very strong in this community, so they do not move when Suro, where I have not moved at all," he said.
Share:

Pembangunan Dikebut, Warga Diminta Taati Aturan



Solopos.com, KULONPROGO — PT Angkasa Pura I (PT AP I) selaku perusahaan Badan Usaha Milik Negara yang memprakarsai pembangunan New Yogyakarta International Airport (NYIA), menandatangani Surat Peringatan (SP) III pengosongan lahan pembangunan bandara, Rabu (20/9/2017).

Bupati Kulonprogo Hasto Wardoyo mengatakan, dirinya memegang tanggung jawab menyoal pengosongan lahan dan relokasi warga terdampak NYIA ini. Hasto memastikan, kendati belum semua warga bisa pindah ke relokasi, jadwal dan tahapan pengerjaan bandara tidak akan terganggu. Ia mengaku telah berkomunikasi dengan PT AP I, dan menyatakan sejumlah titik sudah mulai kosong. Sehingga AP I bisa memulai pekerjaan di titik tersebut, misalnya di dekat markas Satuan Radar 215 Congot.

"Mereka adalah warga kami, tidak harus pindah seketika, tapi warga yang siap ya harus segera pindah. Yang mana yang mau dikerjakan AP I, saya siapkan [lahannya] supaya tidak terganggu," imbuhnya, Rabu (20/9/2017).

Hasto tetap berpegang sikap pengosongan lahan dan relokasi warga terdampak bukan persoalan yang kaku. Namun di saat bersamaan ia tetap berupaya melakukan percepatan relokasi bersama tim, dan meminta warga menaati peraturan terkait pengosongan lahan, bagi yang rumahnya siap huni segera pindah. Sekaligus meminta kepada mereka untuk tidak mendirikan bangunan di area lahan yang tidak sesuai peruntukan, misalnya sempadan pantai.

"Kemarin [Selasa (19/9/2017)] sudah diadakan selamatan, dan resmi pindahan dengan membawa sapu, kasur, dan tikar. Prosesinya sudah kita penuhi dari sisi keyakinan mereka, sedangkan mempersiapkan barang-barang mungkin bisa satu bulan cukup," ujarnya.
Share:

01 October 2017

Kulonprogo-Purworejo Sepakat Kelola Bersama Kawasan Wisata Mangrove



TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO - Pemerintah Kabuparen Kulonprogo dan Purworejo bersepakat mengembangkan bersama sektor pariwisata di kawasan perbatasan.
Hal ini menyangkut kawasan wisata hutan mangrove di wilayah Desa Jangkaran, Kecamatan Temon, Kulonprogo, DIY.

Akses menuju kawasan tersebut melalui wilayah Desa Jogoboyo dan Karanganyar, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah..

Kondisi tersebut selama ini membawa konflik berkepanjangan di dalam masyarakat.
Yakni terkait pengelolaan wisata dan aksesnya.

Di samping itu, konflik juga terjadi dalam lingkup empat kelompok masyarakat pengelola wisata mangrove.
Pada Selasa (19/9/2017) di kawasan wisata mangrove Wanatirta Jangkaran, Bupati Kulonprogo Hasto Wardoyo dan Bupati Purworejo Agus Bastian menandatangani perjanjian kerjasama atas pengelolaan kawasan wisata tersebut.
Yakni, dibentuknya Sekretariat Bersama (Sekber) Progorejo sebagai lembaga pemersatu pengelolaan wisata di sekitar kawasan hutan mangrove sekaligus berbagi hasil pendapatan.

Dalam hal ini, pembagian pendapatan wisata mangrove dari empat pengelola akan dikumpulkan melalui Sekber.
Selanjutnya, porsi pendapatan 80 persen dikembalikan ke pengelola, 18 persen untuk kontribusi kepada desa, satu persen untuk cetak retribusi, dan satu persen untuk asuransi pengunjung wisata.

"Permasalahan yang terjadi diselesaikan secara kekeluargaan melalui pengelolaan bersama di lapangan. Semoga ini jadi barokah dan mengikat silaturahmi Kulonprogo dan Purworejo, DIY dan Jateng ," jelas Bupati Kulonprogo Hasto Wardoyo.
Bupati Purworejo Agus Bastian semua permasalahan yang terjadi berujung pada soal ekonomi masyarakat.

Maka itu, pembentukan sekber pengelolaanb kawasan wsiata mangrove jadi jalan terbaik menyelesaikannya. (TRIBUNJOGJA.COM)
Share:

23 September 2017

Warga Kragon II Tolak Surat Peringatan III untuk Pengosongan Lahan



Solopos.com, KULONPROGO-Sebagian warga Dusun Kragon II, Desa Palihan menolak menerima Surat Peringatan (SP) III dari PT Angkasa Pura I, untuk mengosongkan lahan pembangunan New Yogyakarta International Airport (NYIA). Warga beralasan, penolakan itu karena rumah mereka di lahan relokasi belum selesai dibangun.

Kepala Dusun Kragon II, Wiharto menjelaskan, sejumlah petugas yang berasal dari PT AP I sudah mendatangi warga, untuk memberikan SP III itu, pada Rabu (20/9/2017). Teknis pembagian SP III cukup berbeda, sebelumnya SP I dan SP II diserahkan PT AP I lewat dirinya.

"Warga sudah keberatan kalau pindah saat Sura, karena dianggap sebagai bulan yang sakral bagi masyarakat Jawa, dan bukan waktu yang baik untuk kegiatan pindah rumah. Tradisi Jawa dan kepercayaan seperti itu masih sangat kuat di masyarakat, di tempat saya belum ada yang pindah sama sekali," kata dia, Jumat (22/9/2017).

Akibatnya, dirinya tidak berani membagikan surat itu lagi dan meminta petugas PT AP I untuk memberikannya sendiri kepada warga. Namun ternyata warga tetap belum mau menerimanya. Menurut dia, warga hanya mau menerima SP III, apabila rumah baru sudah selesai dibangun, dan kemudian mereka pindah.

Dijumpai secara terpisah, Bupati Kulonprogo Hasto Wardoyo terlihat tidak begitu ambil pusing mengenai adanya warga yang menolak untuk pindah pada hari ini. Karena para prinsipnya SP III sudah didiskusikan dan dirembuk bersama PT AP I.

Hanya saja ia menegaskan, dirinya tetap memegang tanggungjawab penuh atas warga. Dan memegang janji warga, bahwa pembangunan rumah mereka akan selesai usai Muharram (Sura).

"SP III itu kan peringatan, bahwa kalau hari ini belum pindah, berarti sudah terlambat. Jadi harus cepat-cepat, selama Sura ini ngebut, jadi akhir Sura bedol desa. Tapi itu khusus non magersari, kalau yang magersari butuh waktu dua bulan," terangnya.

Hasto menyebutkan, pada sepekan hingga dua pekan ini, PT AP I sudah mulai bisa mengerjakan lahan pembangunan di Desa Jangkaran, tepatnya di lahan yang tak jauh dari markas Satuan Radar 215 Congot.

Menyusul kemudian di lahan bekas permukiman warga yang sudah kosong, dan mendahulukan lahan yang sudah dibersihkan (land clearing-nya selesai). Karena yang terpenting adalah tahapan yang terpenuhi satu per satu, pengerjaan PT AP I tidak terhambat, namun persoalan warga juga teratasi
Share:

Rayuan Bupati Kulonprogo Kepada AP I Buahkan Hasil



TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO - Bupati Kulonprogo Hasto Wardoyo berhasil merayu PT Angkasa Pura I agar kembali memberi toleransi waktu lagi terkait pengosongan lahan bandara.

Ia mengaku sudah berembug dengan PT Angkasa Pura I terkait hal tersebut sembari memberikan jaminan bahwa warga akan segera mengosongkan lahan dan segera pindah ke hunian relokasi selepas Suro.

"Saya sudah rembugan dengan AP dan saya ikut bertanggungjawab penuh terkait relokasi warga tanpa menghambat pekerjaan Angkasa Pura. Warga juga sudah saya pegang janjinya untuk segera pindah selepas Suro," kata Hasto ditemui di kantornya, Jumat (22/9/2017).

Bulan pengawal tahun dalam sistem kalender Jawa ini meerupakan bulan sakral menurut kepercayaan warga dan bukan waktu baik untuk pindah rumah.
Adapun akhir Suro jika dikonversikan ke sistem kalender Masehi akan jatuh pada pertengahan Oktober mendatang.

Dalam hal ini, pihaknya akan berusaha mengondisikan lahan yang butuh segera dikosongkan karena akan digarap PT AP I untuk landclearing (pembersihan lahan).

Di antaranya, adalah lahan di selatan markas Satradar Congot, Desa Jangkaran.
Saat ini, rumah warga terdampak sudah dikosongkan meski belum semuanya diratakan.
"Titik-titik yang dikosongkan dalam seminggu-dua minggu ini ya di Jangkaran. Nanti menyusul dilakukan untuk rumah yang penghuninya sudah pindah atau sudah dilakukan landclearing. Misal di wilayah Glagah dan tanah-tanah Pakualam (Paku Alam Ground)," beber Hasto.

Terkait Surat Peringatan (SP) 3 pengosongan lahan yang dilayangkan AP I kepada warga, Hasto mengatakan hal itu tak menjadi soal.
Inti persoalan adalah warga keberatan jika harus pindah saat ini juga yang mana masih dalam bulan Suro.

Dia menganggap surat tersebut sebagai bentuk peringatan tertulis yang menandakan bahwa kesempatan warga sebetulnya sudah habis serta harus secepatnya pindah.

"Masalah SP 3, yang terpenting sudah ditembung dan saya bertanggungjawab. Sebulan ini harus ngebut dan setelah Suro harus bedhol desa. Itu target saya. Yang penting, tahapan (pekerjaan) terpenuhi. Mana yang bisa dikerjakan ya kita kerjakan," kata Hasto.(TRIBUNJOGJA.COM)
Share:

Gelombang Perpindahan Warga ke Lahan Relokasi Dimulai



Solopos.com, KULONPROGO-Gelombang perpindahan warga terdampak pembangunan New Yogyakarta International Airport (NYIA) dari lahan pembangunan bandara ke kompleks permukiman relokasi, sudah dimulai. Sebagian besar warga mulai hijrah, karena turunnya Surat Peringatan III (SP III).

Kondisi perpindahan warga berbeda-beda di masing-masing kawasan terdampak, kendati isi SP III yang diterbitkan PT Angkasa Pura I (PT AP I) menekankan bahwa, batas akhir masa pengosongan lahan jatuh pada Jumat (22/9/2017).

Misalnya seperti di Desa Jangkaran, dari pantauan di lokasi, di sana terdapat sembilan rumah warga terdampak, kini seluruhnya sudah dalam kondisi kosong. Terlihat ada yang sudah dirubuhkan, namun ada pula rumah yang sudah tak berpintu dan berjendela, tak ada lagi perabotan, namun belum dirubuhkan.
Tak jauh dari markas Satuan radar 215 Congot, ada empat unit rumah milik warga terdampak tadi, yang sedang dibangun. Tahapan pembangunan sudah hampir selesai, meski belum 100% dan masih membutuhkan penyelesaian akhir.

Namun, warga setempat memilih untuk menempati rumah mereka. Selain empat Kepala Keluarga (KK) itu, lima KK lainnya sudah tidak lagi tinggal di Jangkaran, melainkan pindah ke Solo, Purworejo dan daerah lainnya, karena tidak mengikuti program relokasi.

Ketua Kelompok Pemukim Jangkaran, Sukarjo menuturkan, ia sudah menerima surat perintah pengosongan lahan, termasuk tiga kali SP. Sehingga ia berusaha untuk mengikuti instruksi tersebut. Selain itu, perpindahan warga ke kediaman relokasi, sudah dilakukan pada Kamis (21/9/2017) malam, setelah dua hari sebelumnya mereka telah memindahkan barang-barang.

Ia dan warga Jangkaran lainnya tidak memiliki pertimbangan yang berat, untuk pindah di saat Sura, seperti kebanyakan warga terdampak lainnya.

"Niat ingsun saja, karena sudah ikut program relokasi, tanggal sekian harus pergi, kami pergi. Sekarang sudah pindah, ayem," kata dia, dijumpai di halaman rumah barunya, Jumat.
Share:

WTT Tetap Mengharapkan Bantuan Relokasi



Solopos.com, KULONPROGO –Sebanyak delapan kepala keluarga (KK) anggota Wahana Tri Tunggal (WTT) berharap bisa mengakses program relokasi bagi warga terdampak pembangunan New Yogyakarta International Airport (NYIA). Namun hingga menjelang batas pengosongan lahan berakhir, belum semuanya mendapat kepastian bisa terfasilitasi.

WTT sebelumnya merupakan kelompok warga terdampak yang menolak pembangunan NYIA. Sebagian dari mereka kemudian bersikap melunak sejak April lalu. Mereka pun bersedia pindah dan merelakan lahannya sebagai lokasi pembangunan megaproyek tersebut.

Hanya saja, ada beberapa warga yang mengaku tidak bisa menyiapkan hunian baru secara mandiri sehingga berharap bisa mengakses program bantuan relokasi dari pemerintah
Ketua WTT, Martono mengatakan, delapan anggotanya yang mengharapkan bantuan relokasi memang tergolong keluarga kurang mampu. Mereka tidak punya cukup dana untuk membangun rumah baru secara mandiri. "Kecenderungan mereka ingin ikut yang magersari [Pakualaman Ground]," ujar Martono, Kamis (21/9/2017).

Martono memaparkan, pihaknya menyadari jika relokasi dengan sistem magersari membutuhkan proses panjang. Realisasinya hampir pasti tidak terjangkau tahun ini.

Di sisi lain, PT Angkasa Pura I sudah mengeluarkan surat perintah agar warga mengosongkan lahannya paling lambat pada Jumat (22/9/2017) besok. Penggusuran paksa bisa saja dilakukan apabila warga tetap bertahan tinggal di kawasan pembangunan bandara.

Meski begitu, Martono tetap berharap Pemkab Kulonprogo berusaha memfasilitasi relokasi anggota WTT. Sembari menunggu, mereka bisa ditampung dulu oleh anggota WTT lainnya atau kerabat masing-masing. "Tidak masalah. Sementara bisa di rumah sanak keluarganya. Kalau tidak, bisa dengan sesama WTT," kata Martono.

Relokasi warga terdampak pembangunan NYIA menggunakan tanah kas desa yang tersebar di lima wilayah, yaitu Jangkaran, Glagah, Palihan, Janten, dan Kebonrejo. Total hunian yang dibangun mencapai 279 unit. Selain itu, ada relokasi dengan sistem magersari bagi 48 KK kurang mampu di wilayah Desa Kedundang, Temon.

Pemkab Kulonprogo berupaya mencari solusi untuk memfasilitasi WTT yang menghendaki adanya program relokasi susulan. Sementara ini, sudah ada tiga KK yang dapat disisipkan untuk menempati lahan relokasi di Glagah. Sedangkan sisanya akan diusahakan menggunakan PAG. Namun, prosesnya tidak akan sebentar sehingga warga diminta bersabar. "Ada beberapa yang minta dan daftar untuk pindah melalui magersari," ucap Bupati Kulonprogo, Hasto Wardoyo.

Hasto menambahkan, saat ini timnya juga masih berupaya melakukan pendekatan terhadap sembilan anggota WTT yang bertahan menolak pembangunan bandara. Hasto berharap warga kembali mempertimbangkan sikap penolakannya sehingga tidak perlu ada tindakan pengosongan lahan secara paksa oleh PT Angkasa Pura I. "Meski jumlahnya sedikit, tapi tetap perlu diuwongke [dihargai]," ungkap Hasto.
Share:

FKAM Kulonprogo Beri Pengobatan Gratis di Kanoman



TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO - Forum Komunikasi Amal Masjid (FKAM) Rayon Kulonprogo menggelar pemeriksaan kesehatan dan pengobatan gratis di Desa Kanoman, Kecamatan Panjatan, Kamis (21/9/2017).

Kegiatan itu digelar bekerjasama dengan Forum Aktivis Masjid Kulonprogo.
Sedikitnya 80 orang warga turut memanfaatkan acara itu untuk memeriksa kesehatannya.

Ketua Panitia, Sumiyem, dalam keterangannya, Jumat (22/9/2017) mengatakan, pemeriksaan gratis ini dilaksanakan dengan pertimbangan banyaknya warga lanjut usia (lansia) di Kanoman dan sekitarnya.

Warga yang berumur 50 tahun atau lebih cenderung kerap mengeluhkan kesehatannya terganggu.
"Setiap pasien diperiksa berat badan dan tekanan darahnya. Jika ada keluhan dirasakan, mereka diberi obat," kata Sumiyem.
Ketua Tim FKAM Kulonprogo, Supriyanto mengatakan, kegiatan pengobatan gratis ini sebenarnya rutin dilakukan secara bergilir dan bertepatan peringatan 1 Muharram dilakukan di Kanoman.

Pihaknya tidak menemukan adanya penyakit serius pada masyarakat setempat.
"Kebanyakan hanya sakit pusing, gatal, dan batuk pilek," kata dia.(*)
Share:

BERITA KULON PROGO TERBARU

SITEMAP