Mohon perhatiannya, semua isi berita diblog ini adalah disalin dari berbagai sumber. Dan hanya sebagai arsip pribadi dan Group Komunitas Warga Kulon Progo.

Seluruh informasi termasuk iklan diblog ini bukan tanggung jawab kami selaku pemilik blog. Kami hanya Memberikan tempat kepada para pengiklan dan sebagai ,media sharing


 tarif jasa kami
KEMBALI KE HALAMAN AWAL – LC FOTOKOPI  *  TARIF JASA FOTOKOPI, PRINT, SCAN, KETIK, PRINT , DLL.   *   MELAYANI PRINT, PRINT COPY SECARA ONLINE


05 November 2015

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA -Dalam mempermudah akses menuju bandara baru di
Kulonprogo, sejumlah pihak menyiapkan jalur khusus. Baik dari Pemkab
Kulonprogohingga perusahaan jasa transportasi seperti Trans Jogja.

Bupati Kulonprogo, Hasto Wardoyo mengatakan, pihaknya telah menentukan
empat jalur utama menuju bandara.

Mulai dari Yogya ke Karangnongko Wates yang merupakan jalan nasional,
Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS), Jalan Daendels dan dengan
menggunakan kereta api.

"Jadi (bandara) bisa diakses dengan melalui Jalan Daendels, JJLS,
lewat jalan nasional dan kemudian menggunakan kereta api. Jalan
Daendels itu akhirnya nanti lewat dibawahnya terminal airport," jelas
Hasto, sapaan akrabnya kepada awak media, kemarin.

Dia menjelaskan, saat ini ke empat jalur utama ke bandara tersebut
tengah digarap. Dengan rincian untuk JJLS, sekarang telah dimulai.

Sedang Jalan Daendels, kini juga tengah diperlebar. Sementara untuk
jalan nasional di beberapa titik yang tanahnya luas tengah dibagi dua
jalur.


"Semua jalan nasional kan akan dibuat enam jalur. Sekarang ini jalan
nasional yang beberapa titik tanahnya sudah lebar dibagi dua,"
imbuhnya.

Hasto pun mengungkapkan, rancangan infrastruktur bandara yang
ditetapkan di awal tak jauh berbeda dengan sekarang.

Hanya saja untuk jalur kereta api nantinya harus dipilah antara kereta
untuk barang dan penumpang. Pun akses menuju bandara harus underpass.

"Supaya tidak mengganggu transportasi umum. Juga sebaiknya. Jadi kalau
ada jalan nasional, ada Jalan Daendels yang khusus untuk menuju
bandara itu tidak boleh diganggu kendaraan umum," jelas dia.

Namun demikian sebelum menyelesaikan empat jalur utama itu, Hasto
mengatakan akan menyelesaikan akses menuju Borobudur, Magelang melalui
Kalibawang dengan memperlebar dan memperlurus jalan.

Hal ini guna memudahkan wisatawan menuju Borobudur dari bandara.
"Kemudian untuk proyek nasional akan ada jalan tol antara Cilacap ke
Yogyakarta," sambung Hasto.

Saat disinggung hasil dari pertemuannya dengan Komisi V DPR RI
beberapa hari lalu, dia mengatakan bahwa mereka hanya menekankan agar
Pemkab Kulonprogolebih serius menggarap dan lebih menyiapkan
infrastruktur untuk bandara, jauh-jauh hari.

Pada pertemuan tersebut, lanjutnya, ditargetkan pula bahwa bandara
akan selesai pada 2020.

Untuk saat ini hingga April 2016 dilakukan pemasangan patok dan
penilaian harga tanah oleh appraisal independent. Setelahnya dilakukan
akuisisi dan pembayaran ganti rugi, serta dilanjutkan pembangunan.

"Kami juga membuka investasi. Tapi investasinya tetap mengacu pada
tujuan bahwa kita membuat four connecting transport menuju ke sana
(bandara)," ucap Hasto.( tribunjogja.com)
Share:

02 November 2015

HUT Ke-56 PP Diwarnai Baksos Potong Rambut Gratis

WATES ( KRjogja.com) - Organisasi Pemuda Pancasila (PP) DIY merayakan
ulang tahunnya yang ke-56 di Alun-Alun Wates, Minggu (1/11/2015).
Beragam kegiatan digelar untuk memeriahkan peringatan tersebut, mulai
dari potong rambut gratis sekaligus pemberian bingkisan bagi para
tukang becak dan PKL, penyaluran bantuan air bersih, hingga pentas
hiburan rakyat.
Ketua Majelis Pimpinan Wilayah (MPW) PP DIY, Faried Jayen Soepardjan
mengatakan, keberadaan PP diharapkan mampu membantu program
pemerintah, TNI, Polri dan masyarakat luas di setiap wilayah.
Ditegaskannya, PP merupakan organisasi sosial masyarakat yang
independen dengan tujuan utama mengawal dan mempertahankan Pancasila.

"Tugas PP adalah mendidik dan mendoktrin masyarakat untuk menjadi
nasionalis. Di usia yang ke-56 tahun ini, kami akan berperan lebih
aktif membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat," tegasnya.

Peringatan HUT ke-56 ini, lanjut Faried, digelar di Kulonprogo karena
merupakan daerah di DIY yang tidak sedang diwarnai even Pilkada.
Tujuannya, agar PP tidak ditunggangi pihak-pihak yang berkepentingan
dalam Pilkada.

Danrem 072/Pamungkas, Kolonel Inf Stephanus Tri Mulyono yang
berkesempatan hadir mengatakan, usia 56 tahun diharapkan bisa membuat
PP lebih bijaksana dan dewasa dalam pengabdiannya ke bangsa dan
negara. Pihaknya mengapresiasi langkah PP yang terlibat dalam politik
bela negara.
"Sebab mencintai Indonesia merupakan tugas kita semua," tegasnya.
Sementara itu, Bupati Kulonprogo Hasto Wardoyo menyampaikan,
keberadaan organisasi yang independen seperti PP sangat penting
mengingat wilayah tersebut membutuhkan generasi muda yang tangguh,
bertanggungjawab, mau bekerja keras dan gotongroyong memajukan
wilayah. Kegiatan yang digelar diharapkan bisa menggerakkan pemuda
untuk melakukan hal positif. (Unt)
Share:

Tiga Glagar Jembatan Sambiroto Ambrol

NANGGULAN ( KRjogja.com)- Sebanyak tiga balok atau glagar Jembatan
Sambiroto Desa Banyuroto Kecamatan Nanggulan ambrol, Minggu
(1/11/2015). Perisitiwa tersebut nyaris makan korban nyawa, karena
saat kejadian para pekerja sedang berupaya memasang karet bantalan
jembatan atau elastomer. Beruntung saat tiga bagian jembatan tersebut
terguling dan jatuh ke tanah, pekerja sempat lari menyelamatkan diri.

Kabid Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kulonprogo Ir Gusdi
Hartono MT yang meninjau tempat kejadian mengatakan, peristiwa
tersebut murni kecelakaan kerja. "Dari segi standard operating
procedures (SOP) semuanya terpenuhi, termasuk pemasangan alat pengaman
besi skur. Kejadian lebih disebabkan beban balok cukup besar, double
dongkrak dengan satu kendali tidak mampu menahannya sehingga balok
tersebut terguling dan menimpa dua balok lain yang ada di sampingnya,"
tegas Gusdi meninjau bersama anggota DPRD DIY Hamam Muttaqiem.

Gusdi menuturkan, kronologis tergulingnya tiga balok jembatan
tersebut. Setelah para pekerja memasang elastomer dengan terlebih
dahulu mengangkat salah satu balok jembatan dengan double dongkrak,
mereka kemudian hendak menurunkan baloknya, tapi karena tidak
dilakukan secara bersama-sama menyebabkan dokrak tidak kuat sehingga
terguling dan menimpa dua balok lainnya. Gusdi menjamin pekerjaan
tersebut masih tanggungan kontraktor PT Soyuren Indonesia, Kalasan.
"Insiden itu tidak akan menghambat penyelesaian pekerjaan. Berdasarkan
perhitungan, rekanan membutuhkan waktu sekitar dua minggu memasang
tiga balok yang ambrol," ujarnya menambahkan dalam pemasangan tiga
balok nanti, rekanan harus melakukannya dengan sistem double keamanan

"Selain menggunakan dongkrok juga mendatangkan krane. Jadi proses
pemasangan balok jembatan seperti disabuk. Dengan demikian relatif
lebih aman," tambahnya.

Penjaga malam proyek Jembatan Sambiroto, Ngadisa mengatakan, tiga
balok jembatan yang ambrol dengan masing-masing panjang 30 meter itu
bermula miringnya salah satu balok. Saat didongkrak justru malah
terguling sehingga menimpa dua balok lainnya.

Infrastruktur Jembatan Sambiroto yang menghubungkan Pedukuhan
Sambiroto, Banyuroto, Nanggulan dengan Pedukuhan Gegunung Desa
Sendangsari Kecamatan Pengasih dibangun menggunakan APBD Kulonprogo
2015 sebesar Rp 8,8 miliar lebih. Waktu pengerjaannya 170 hari
kalender terhitung sejak 1 Juli 2015.(Rul)
Share:

31 October 2015

Kecamatan di Kulonprogo Tak Bisa Cetak E-KTP

TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO -Meski pelayanan e-KTP di wilayah
Kulonprogokini mulai dilakukan dengan sistem jemput bola, proses
tersebut tetap tidak dapat selesai di tangan petugas di setiap
kecamatan.

Pasalnya, peralatan cetak e-KTP sampai saat ini hanya ada di kantor
Disdukcapil. Berarti, pelayanan permohonan dan perekaman e-KTP yang
dilakukan petugas kecamatan sudah pasti harus diteruskan ke
Disdukcapil untuk proses cetaknya.

Camat Wates, Ariadi, mengatakan alat cetak e-KTP sejauh ini memang
hanya ada di kantor Disdukcapil. Sebab itu, petugas kecamatan hanya
melayani sampai pada perekamannya.

"Untuk pelayanan perekaman kini memang lancar kembali karena sudah
adanya lembar blangko dari pusat. Kalau habis kami bisa langsung ambil
di Disdukcapil," katanya, Jumat (30/10/2015).

Namun, menurutnya, untuk cetak e-KTP tetap tidak bisa dilakukan
petugas di kecamatan. Pasalnya, di kecamatan tidak ada peralatan untuk
cetak e-KTP. "Hanya ada di Disdukcapil," lanjutnya.

Sepanjang alat tersedia, cetak e-KTP nampaknya bukan persoalan besar.
Namun, untuk melayani ribuan warga pemohon, Kulonprogosampai saat ini
hanya memiliki dua alat yang disebut Secure Access Modul (SAM).
Share:

Kulon Progo Butuh Pohon Kelapa Pendek, Tunggu Inovasi IPB

TEMPO.CO,Kulon Progo- Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulon
Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengharapkan Institut Pertanian
Bogor bisa menciptakan inovasi tanaman kelapa umur pendek. Meski
berumur pendek, pohon kelapa itu bisa tumbuh tegak dan memiliki
kandungan nira tinggi.

Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kulon Progo Bambang Tri Budi di
Kulon Progo, mengatakan tanaman kelapa di daerah ini sangat
dibutuhkan. Pasalnya, tanaman kelapa yang ada sekarang memiliki tinggi
20 sampai 30 meter, menjadi mata pencaharian 6.800 penduduk.

"Sampai saat ini bidang perkebunan komoditas unggulannya adalah
kelapa. Namun, setiap tahunnya jumlah penderes yang meninggal 24 orang
per tahun akibat jatuh dari pohon kelapa yang tinggi. Kami
mengharapkan IPB membuat inovasi tanaman kelapa," kata Bambang.

Sebelumnya, kata Bambang, permintaan yang sama juga disampaikan ke
LIPI, tapi belum ada hasilnya. "Kami berharap, ada inovasi tanaman
kepala supaya petani semakin sejahtera," katanya.

Bambang mengatakan petani gula kelapa Kulon Progo membuat gula semut
yang menjadi komoditas ekpor ke 10 negara tujuan. Luas tanaman kelapa
di Kulon Progo mencapai 16 haktere yang tersebar secara mereta di 12
kecamatan.

Menurut Bambang, tanaman kelapa memiliki sertifikat indikasi geografis
dari Kementerian Hukum dan HAM. Indikasi geografis menurut PP Nomor 51
Tahun 2007 adalah suatu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu
barang.

"Faktor lingkungan geografis termasuk faktor alam, faktor manusia atau
kombinasi dari kedua faktor tersebut memberikan ciri dan kualitas
tertentu pada barang yang dihasilkan," kata Bambang.

Pengembangan gula kelapa melibatkan sebagian besar masyarakat Kulon
Progo, terutama di daerah Kecamatan Kokap, Girimulyo dan Sentolo
sebagai wilayah aktif dan sudah dapat menerapkan standar produksi
sesuai persaratan indikasi geografis. Kedepan, tanaman kelapa akan
dikembangkan di kecamatan lain yaitu Kecamatan Kalibawang, Nanggulan,
Pengasih, dan Lendah.

"Produksi gula kelapa Kulon Progo sudah mampu dipasarkan tidak saja
untuk pasar dalam negeri, tetapi sudah merambah pasar luar negeri
seperti Kanada, Amerika Serikat dan Eropa," katanya.

ANTARA

Lihat arsip:
http://kwkp.blogspot.com
Share:

Puluhan Ayam di Sukoponco Mati Mendadak

KULONPROGO ( KRjogja.com)- Di Pedukuhan Sukoponco Desa Sukoreno
Kecamatan Sentolo, puluhan ayam mati tanpa diketahui penyebabnya. Ayam
yang sudah mati tersebut langsung dibakar dan dikubur, sedangkan yang
hampir mati dijual. Kasus ini dalam penyelidikan Dinas Kelautan
Perikanan dan Peternakan (Diskepenak) Kulonprogo.
Diungkapkan salah satu warga Wibowo (40), sudah sekitar 2 mingguan
banyak ayam mati tanpa sebab. "Ayam milik keluarga, ada sekitar 100
ekor dan 19 mentok. Sekitar 75 ekor mati berturut-turut. Yang terakhir
sejak Rabu malam lemes dan Kamis (29/10) pagi mati 3 ekor, sebelumnya
10 ekor dan beberapa hari lalu 14 ekor juga mengalami hal yang sama,
hingga mencapai sekitar 75 ekor. Ayam yang sudah mati akhirnya kami
bakar. Sedang beberapa ekor yang masih hidup dijual," kata Wibowo,
Kamis (29/10/2015).

Ayam sepertinya sakit, tapi sakit apa tidak tahu, karena hanya
nyekukrut saja. Seperti mengantuk, bagian mata dan wajah seperti tidak
sehat. "Itu malam, dan paginya ternyata sudah mati. Di tetangga juga
terjadi hal yang sama, yang sudah keburu mati dikubur atau dibakar,
sedang adapula yang belum mati dijual," kata Wibowo.

Pihaknya, kata Wibowo, pihaknya memang belum lapor ke Dinas Kelautan
Perikanan dan Peternakan (Diskepenak) Kulonprogo, karena menurutnya
bukan skala banyak seperti peternak ayam yang besar, pihaknya hanya
memelihara ayam sekitar 100 ekor. "Biasanya juga tidak ada masalah,"
ujarnya.

Warga yang lainnya, Rahmi (38) juga menuturkan hal yang sama. "Saya
tidak tahu apa yang menjadi penyebabnya, ada yang bilang karena cuaca.
Ayam menjadi ngantukan, tidak mau makan, dan langsung mati," katanya.

Menurut Rahmi, awalnya memang hanya 1 ayam babon. Habis itu ayam yang
kecil-kecil sekitar 16 ekor. Karena takut mati lagi, akhirnya saya
datangkan penjual ayam untuk membeli ayam yang masih hidup. Sebenarnya
baru mau bikin kandang ayam baru, malah ayam keburu mati. Yang sudah
mati saya kubur," ujarnya sambil mengaku dulu pernah mengalami hal
yang sama ayam gering lalu mati.

Sementara itu, Kepala Diskepenak Kulonprogo Sudarna menyatakan untuk
menindaklanjuti banyaknya kasus kematian ayam di wilayah Sukoreno
tersebut, pihaknya akan mengumpulkan informasi. Selanjutnya akan
ditentukan langkah untuk tindaklanjutnya.

Hasilnya akan kami umumkan menyusul," ujarnya.(Wid)

Lihat arsip:
http://kwkp.blogspot.com
Share:

30 October 2015

Petani Kulon Progo: Kami Tak Pernah Gagal Panen


Metrotvnews.com, Kulon Progo: Masyarakat di Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, tempat yang hendak dijadikan lokasi pembangunan bandara tampak begitu asri. Hamparan lahan pertanian luas menjadi indikasi kalau masyarakat setempat sebagian besar berprofesi sebagai petani.

Seorang petani Sidorejo, Desa Glagah, Kecamatan Temon, Muhamdi, 36, membenarkan bahwa sebagaian besar masyarakat berpencaharian sebagai petani. Pertanian yang tak pernah mati di musim kemarau itu ditopang dengan irigasi yang tak pernah surut.

"Sumber air selalu ada. Bisa dari sungai ataupun air yang mengalir dari Waduk Sermo (Desa Hargowilis, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo). Jadi, meskipun kemarau panjang, petani tidak kekurangan air, masih bisa menanam," kata Muhamdi saat ditemui di Desa Glagah, Kecamatan Temon, Rabu (28/10/2015).

Muhamdi mengisahkan kalau dirinya sebelum bertani lebih dulu bekerja di sebuah perusahaan di Jakarta. Setelah sekitar 10 tahun, Muhamdi diminta orang tuanya pulang ke Kulon Progo untuk bertani.

Ia bahkan mengaku lebih nyaman bekerja sebagai petani ketimbang di perusahaan. Menurutnya, hidup sebagai petani lebih tenang dan penuh kecukupan. Hal itu ditambah dengan lokasi pertanian di Kecamatan Temon yang bisa bercocok tanam sepanjang tahun.

"Sepanjang tahun di sini bisa bercocok tanam. Kalau kemarau seperti ini, bisa memilih tanaman palawija atau buah-buahan seperti semangka," ujarnya.

Tanah subur

Selama menjadi petani, Muhamdi mengatakan tidak pernah mengalami gagal panen. Namun, masalah akan terjadi apabila harga komoditas tanaman yang petani tanam sedang anjlok sehingga memungkinkan tidak memperoleh keuntungan.

"Tapi tidak terlalu menjadi masalah. Kesejahteraan warga (petani) sudah di atas rata-rata. Kaya tidak terlalu, miskin juga enggak. Sudah cukup untuk hidup dan menyekolahkan anak," kata dia.

Martono, seorang petani dari Kragon II, Desa Palihan, Kecamatan Temon pun menyatakan hak serupa. Lahan yang dirancang Pemerintah DIY untuk mendirikan bandara merupakan lahan subur dan produktif.

"Pembangunan bandara di lokasi yang subur dan produktif tidak sah. Rencana pembangunan bandara sebaiknya dipindah ke lokasi lain," ujarnya. 
SAN
Share:

BANDARA KULONPROGO Pemda & Pemkab Siapkan Lokasi Relokasi

Harianjogja.com, JOGJA-Menyusul turunnya salinan putusan Mahkamah Agung (MA) atas kasasi Izin Penetapan Lokasi (IPL) bandara, Pemda DIY dan Pemerintah Kulonprogo segera mempersiapkan proses relokasi warga yang terdampak pembangunan bandara internasional di Kulonprogo.

Kepala Biro Hukum Pemda DIY, Dewa Isnu Broto Imam Santoso mengatakan salinan putusan MA sudah diserahkan ke PT.Angkasa Pura I selaku pemilik proyek, kemudian dilanjutkan ke Badan Pertanahan Negara (BPN) untuk dilakukan pengukuran.

"Kita masih punya pekerjaan rumah, yaitu relokasi. Segera kita koordinasikan dengan teman-teman di Kulonprogo." kata Dewa di sela-sela evaluasi triwulan III APBD DIY 2015 di Royal Ambarukmo Yogyakarta (RAY), (29/10/2015).

Dewa mengatakan pihaknya juga masih akan terus melakukan pendekatan kepada warga yang masih ngotot menolak pembangunan bandara. Dia yakin warga akan memahami karena bandara dapat dirasakan dampak positifnya dalam jangka panjang.


Share:

Tanah Warga Kulon Progo Diganti di Desa yang Sama


REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Warga Kulon Progo yang tanahnya terdampak pembangunan bandara internasional akan diganti di tanah yang masih dalam satu desa. Pemkab Kulon Progo sudah mulai menyiapkan lahan untuk tempat relokasi.

''Relokasi jadi opsi sehingga tidak saklek satu pilihan saja. Lahan relokasi yang disiapkan juga tidak keluar dari desa setempat, kecuali kalau kurang baru dicarikan di desa sebelah,'' kata Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo di Hotel Royal  Ambarukmo, Yogyakarta, Kamis (29/10).

Dia memberi contoh warga yang terdampak di desa Jangkaran, Paliyan atau Glagah akan disediakan lahan relokasi di desa yang sama yang tidak terkena proyek pembangunan bandara. Di lahan relokasi juga disiapkan lahan pertanian, perkebunan atau usaha. 

Hal ini disesuaikan dengan keinginan dan kemampuan warga yang terdampak. Selain itu, di lahan relokasi juga akan dibangun sarana dan prasarana pendukung, seperti jalan, tempat ibadah dan fasilitas umum lainnya.

Selain menyiapkan lahan relokasi, Pemkab Kulon Progo mengungkapkan akan melakukan pelatihan bagi warga terdampak bandara yang mau beralih profesi. Pemkab akan memanfaatkan dana corporate social responsibility perusahaaan untuk meningkatkan keterampilan warga.

Share:

Temuan Uang Palsu di DIY Naik 40 Persen

memperlihatkan barang bukti sejumlah uang palsu pecahan 100 ribuan.


REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Temuan uang palsu atau upal di DI Yogyakarta (DIY) hingga, Oktober 2015 ini sudah naik 40 persen dibandingkan temuan 2014 lalu.

Berdasarkan data Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Yogyakarta, hingga Oktober 2015 ini temuan Upal di DIY mencapai 2.769 lembar. Jumlah ini naik 40 persen lebih dari temuan 2014 sebanyak 1.975 lembar.

Kepala Kantor Perwakilan BI Yogyakarta, Arief Budi Santoso mengatakan, naiknya  temuan upal di DIY ini tidak ada kaitannya dengan Pemilihan Kepala Daerah atau Pilkada yang akan digelar serempak di tiga kabupaten, yaitu Bantul, Sleman, dan Gunungkidul.

"Ini lebih karena peredaran uang tunai yang banyak dan pengetahuan masyarakat atas keaslian rupiah yang masih kurang," ujarnya di Kantor BI Yogyakarta, Rabu (28/10).

Menurutnya, setiap bulan rata-rata pihaknya menerima laporan penemuan upal sekitar 280 lembar. Upal yang ditemukan tersebut sebagian besar pecaan Rp 50 dan Rp 100 ribuan. "Yang mendominasi justru pecahan Rp 100 ribu buatan 2004 dan Rp 50 ribu buatan 1995," katanya.

Berdasarkan data kata dia, selama ‎September 2015 ditemukan 366 lembar upal, sementara pada Juli ditemukan 342 lembar. Sedangkan  Agustus dan Oktober, temuan Upal ‎dibawah 300 lembar. 
Tingginya temuan upal pada September terjadi karena penggunaan rupiah saat itu tinggi. Celah tersebut dilakukan oknum tertentu untuk menyebar upal. 

Menurut Arief, temuan upal tersebut juga termasuk temuan di Jawa Tengah bagian selatan. Upal yang ditemukan di DIY sendiri sebagian besar di wilayah perbatasan dengan Jawa Tengah. 

Sementara itu Kepala Unit Operasional Kas BI DIY, Suyatno‎ mengatakan, dari jumlah upal yang ditemukan tersebut, 72 persen ditemukan di DIY dan hanya 28 persen yang ditemukan di Jawa Tengah wilayah Selatan.

"Kantor BI Yogya ini juga bertanggungjwab untuk koordinasi perbankan wilayah Jawa Tengah Selatan," katanya.

Berdasarkan data kata dia, selama  lima tahun terakhir upal terbesar yang berhasil ditemukan terjadi pada 2013 lalu, sebanyak 7.662 lembar. Saat itu, ada temuan produksi upal di wilayah Kulonprogo. Sedangkan pada tahun 2014 tercatat dilaporkan upal sebanyak  1975 lembar, pada tahun 2012 sebanyak 1310 lembar dan 432 lembar upal pada 2011.

Melihat masih tingginya jumlah upal di DIY dan melonjak cukup tinggi temuannya di daerah perbatasan, pihaknya terus melakukan sosialisasi ‎terkait keaslian rupiah.

Teknis pelaksanaan sosialisasi dilakukan dengan beragam cara yang mengarah ke masyarakat pedesaan dan pedagang kecil yang rentan dan sulit mengenali keaslian rupiah.

Share:

BERITA KULON PROGO TERBARU

SITEMAP