Mohon perhatiannya, semua isi berita diblog ini adalah disalin dari berbagai sumber. Dan hanya sebagai arsip pribadi dan Group Komunitas Warga Kulon Progo.

Seluruh informasi termasuk iklan diblog ini bukan tanggung jawab kami selaku pemilik blog. Kami hanya Memberikan tempat kepada para pengiklan dan sebagai ,media sharing


 tarif jasa kami
KEMBALI KE HALAMAN AWAL – LC FOTOKOPI  *  TARIF JASA FOTOKOPI, PRINT, SCAN, KETIK, PRINT , DLL.   *   MELAYANI PRINT, PRINT COPY SECARA ONLINE


13 August 2015

Siswa Berprestasi Kulonprogo akan ke Jerman

KULONPROGO ( KRjogja.com)- Dua siswa SMP dari Kabupaten Kulonprogo
berhasil meraih prestasi dalam ajang Olimpiade Olahraga Siswa Nasional
(O2SN). Keduanya,� Maryuweni Susetyorini siswa kelas 8 SMP N 1 Wates
meraih medali emas dari cabang karate dan akan dikirim ke Jerman,
sedangkan medali Perak diraih Muh Ikhsan Risaldi siswa kelas 9 SMP N 1
Panjatan melalui cabang Atletik. Sementara 4 peserta lain dari
Kulonprogo berhasil masuk 16 besar nasional.

Bupati dr H Hasto Wardoyo SpOG(K) bangga karena meskipun ditingkat DIY
prestasi olahraga Kabupaten Kulonprogo relatif dibawah, tapi dapat
meraih prestasi ditingkat nasional dan akan dikirim ke tingkat
internasional. "Prestai ini memberi satu warna, kita bisa berprestasi.
Tidak hanya untuk Kulonprogo, tapi mempersembahkan untuk DIY,"
ujarnya.

Kepala Dinas Pendidikan Kulonprogo, Drs H Sumarsana MSi menyampaikan
prestasi tersebut merupakan hasil O2SN di Makasar 2-7 Agustus 2015.
"Kita sifatnya rutinitas tahunan, melakukan pembinaan kepada siswa.
Tidak lepas dari Orang tua, KONI, Sekolah yang mendukung, dan adanya
kompetisi," kata Sumarsana saat bersama kedua siswa berprestasi,
kepala sekolah, ketua KONI, menghadap bupati dan wabup di rumah dinas
bupati, Kamis (13/08/2015).

Kepala Sekolah SMP N1 Wates, Suryono� bersyukur karena jika Weni maju
ke Jerman, berarti kedua kalinya SMP N 1 Wates dapat mengirimkan
siswanya ke tingkat internasional, setelah sebelumnya juga mengirim ke
Jepang pada lomba roket air.(Wid)

Lihat arsip:
http://kwkp.blogspot.com, http://infokwkp.blogspot.com
Share:

12 August 2015

Dinsos Pindahkan Sumini ke Penampungan Sementara

KULONROGO ( KRjogja.com) - Penderitaan Sumini alias Sumarni (72),
lansia warga RT 05 RW 01 Pengasih Kulonprogo yang hidup sebatang kara
dan mengantungkan kebutuhan dari belas kasihan para tetangga, akhirnya
mendapat perhatian dari pemerintah, setelah dimuat di media massa.
Lansia sakit dan tak bisa berjalan tersebut kemudian dipindahkan ke
tempat penampungan sementara milik Dinas Sosial DIY.

Kepala Seksi Rehabilitasi, Pelayanan dan Sosial, Dinsosnakertran
Kulonprogo, Abdul Kahar mengungkapkan, beberapa waktu lalu pihaknya
sudah melihat kondisi Sumini di kediamannya dalam keadaan sehat dan
belum lumpuh seperti sekarang. Dinas kemudian meminta warga dan
keluarganya untuk mendaftarkan lansia tersebut ke Panti Jompo yang ada
di DIY.

"Karena di Panti Jompo harus ada pihak yang bertanggung jawab,
misalnya keluarga yang mendaftar dengan disertai syarat tertentu,
misalnya kondisi Mbah Sumini sehat dan mandiri," kata Abdul, usai
menengok Sumini di kediamannya bersama Dinas Sosial DIY, Selasa
(11/8/2015).

Saat ini, menurut Abdul, panti jompo yang ada di DIY memang sedang
dalam kondisi penuh. Pihaknya kemudian memutuskan memindahkan Sumini
ke tempat penampungan sementara, bekerjasama dengan Dinsos DIY.

"Mbah Sumini kami bawa ke Camp Assesment milik Dinas Sosial DIY di
Jalan Parangtritis, Sewon Bantul. Beliau akan dirawat di sana
sementara waktu, untuk kemudian dikembalikan ke keluarganya jika
keluarganya sudah dijemput," jelasnya.

Sementara itu, warga sekitar, Suwalgito mengaku lega atas tindakan
yang diambil dinas. Meski demikian, warga merasa belum puas karena
Sumini hanya dititipkan di tempat penampungan sementara.

"Kami khawatir, kalau nanti dijemput keluarganya, akan terlantar lagi.
Kami ingin, Mbah Sumini dibawa ke Panti Jompo langsung," tandasnya.
(Unt)
Share:

11 August 2015

Ditelantarkan Keluarga, Sumini Diurus Warga

KULONPROGO ( KRjogja.com)- Sumini alias Sumarni (72), warga RT 05 RW
01 Dusun Pengasih, Kecamatan Pengasih Kulonprogo diduga ditelantarkan
keluarganya hingga hidup sebatang kara. Saat ini, semua kebutuhan
lansia tersebut dicukupi warga sekitar secara gotong-royong, mulai
dari makan, mandi, hingga membersihkan kediamannya.

Saat dikunjungi wartawan di kediamannya, Senin (10/08/2015), kondisi
Sumini sangat memprihatinkan. Ia hanya bisa tidur di lantai beralaskan
tikar tipis, dengan pakaian seadanya. Karena tak bisa berjalan, Sumini
harus merangkak atau menggulingkan badan jika ingin berpindah tempat,
hingga membuat punggungnya lecet.

Salah satu tetangga Sumini, Rini Kristanti (38) menyampaikan, dirinya
harus mengantar makanan untuk Sumini setiap hari. Karena alasan
kemanusiaan, belasan tetangganya juga gotong-royong mengurus lansia
tersebut dengan memandikannya setiap pekan. "Warga juga menyisihkan
uang untuk mencukupi kebutuhannya," kata Rini.

Warga lain, Suwalgito (57) menambahkan, sebenarnya Sumini masih punya
beberapa saudara yang tinggal di Panjatan Kulonprogo dan Jakarta.
Hanya saja, mereka tidak pernah datang menengok, melainkan hanya
bertanya kabar Sumini melalui ponsel. "Mereka bilang, tidak sanggup
mengurus dengan alasan Mbah Sumini orangnya rewel," sesalnya.

Berbagai upaya sebenarnya sudah dilakukan warga untuk menolong Sumini.
Menurut Ketua RT setempat, Bima K, warga pernah mendaftarkan Sumini ke
panti sosial melalui desa dan kecamatan, namun jawabannya selalu tidak
ada tempat karena penuh. Warga juga sudah berusaha menyarankan pihak
keluarga untuk membawa Sumini ke panti jompo, namun mereka keberatan
karena terkendala biaya.

"Kami berharap, Dinas Sosial bisa bertindak secepatnya untuk mengurus
Mbah Sumini. Beliau benar-benar membutuhkan perhatian pemerintah,"
tandasnya.(Unt)


Lihat arsip:
http://kwkp.blogspot.com, http://infokwkp.blogspot.com
Share:

10 August 2015

Petani Kulon Progo manfaatkan sumur bor atasi kekurangan air

Kulon Progo, (ANTARA News) - Petani di Kecamatan Sentolo, Kabupaten
Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, memanfaatkan sumur bor untuk
mengatasi kekurangan air pada masa tanam ketiga.

Anggota Kelompok Tani Mulyo Gunungduk, Suprono, di Kulon Progo, Senin,
mengatakan dirinya sudah dua bulan menggunakan sumur bor untuk
mengairi tanaman padi pada masa tanam kedua (MT II) dan bawang merah
pada MT III.

"Pada pertengahan MT II, saluran irigasi Kalibawang dimatikan,
sehingga menyebabkan tanaman padi kekurangan air. Kemudian petani
seminggu sekali mengairi dengan sumur bor. 40 persen lahan di Bulak
Pesanggrahan memiliki sumur bor," katanya saat ditemui di Bulak
Pesanggrahan Desa Tuksono.

Ia mengatakan pada MT III ini dirinya dan petani menggunakan sumur bor
untuk menyiram tanaman cabai dan bawang merah. Dua tanaman ini
membutuhkan perawatan dan ketersediaan air yang cukup.

"Setiap MT III saluran irigasi tidak mengalir airnya. Kami membuat
sumur bor supaya kami tetap bisa bertanam," katanya.

Saat ini, kata dia, sebagian besar petani menanam cabai dan bawang
merah karena harganya sangat tinggi. Untuk bawang merah, petani bisa
melakukan tunda jual dua sampai tiga bulan hingga harganya tinggi.

"Harga bawang di tingkat petani sebesar Rp10 ribu dan cabai mulai dari
Rp35 ribu sampai Rp55 ribu per kg. Petani masih mendapat keuntungan
dan bisa digunakan untuk biaya tanam MT I," katanya.

Hal yang sama disampaikan Kelompok Tani Sidomaju Desa Tuksono
Mujirohman. Dirinya memanfaatkan sumur bor untuk menyirami tananam
cabainya.

"Setiap MT III, kami pasti memanfaatkan sumur bor. Kalau tidak, kami
tidak bisa menyirami tanaman cabai, bawang merah dan sayur-sayur
lainnya," kata dia.
Ia juga berharap Pemkab Kulon Progo memperbaiki jaringan irigasi yang
mengalami pendangkalan. Setiap awal MT II, tanaman padi terendam air
karena daya tampung irigasi tidak mampu.

"Banyak saluran irigasi yang mengalami pendangkalan dan rusak, tapi
pemkab tidak sigap mengatasi masalah ini," katanya.

Editor:Unggul Tri Ratomo

COPYRIGHT ©ANTARA2015
Share:

Harga Melambung, Petani Cabai Raup Untung

KULONPROGO ( KRjogja-com)- Harga cabai yang terus melambung di pasaran
sejak beberapa pekan terakhir, mendatangkan keuntungan bagi para
petani. Apalagi, kualitas hasil panen mereka pada musim tanam ini
terbilang bagus, karena minim serangan hama saat musim kemarau.

Dijumpai di sawahnya, Dusun Bagungan Nomporejo Kecamatan Galur, Senin
(10/8/2015), salah satu petani Retno Suwarsih (46) menuturkan, hasil
panen cabai rawit merah miliknya dihargai cukup tinggi, yakni Rp
40.000 per kilogram. Padahal biasanya, hasil panen cabai rawit merah
hanya dihargai Rp 7.000 hingga Rp 15.000 per kilogram.

"Kalau pas tinggi, bisa sampai Rp 50.000 per kilogram," kata Retno.
Retno menyampaikan, angka Rp 40.000 per kilogram tersebut merupakan
harga hasil panen pada petik pertama. Dimungkinkan, masa petik
selanjutnya, harga cabai akan terus meningkat.

"Kami petik cabai empat hari sekali. Dengan luasan sawah 25ru atau
sekitar 350m2, hasil panen sekali petik minimal 10 kilogram. Biasanya,
bisa sampai 15 kali petik dalam satu musim tanam," jelasnya.

Petani lain, Budi Ismanto (46) menyampaikan, selain dihargai tinggi,
kualitas hasil panen cabai pada musim tanam ini juga terbilang baik.
Sebab saat musim kemarau, tanaman cabai minim serangan hama.

"Kalau pas musim hujan, ada saja hama yang menyerang dan sulit
dikendalikan, mulai dari lalat buah hingga jamur. Sementara saat musim
kemarau, hamanya sedikit dan cenderung bisa diatasi," jelasnya.

Ia menuturkan, tanaman cabai miliknya dipanen dalam usia 110 hari atau
sekitar empat bulan. Saat musim kemarau, para petani harus rutin
menyirami tanaman mereka menggunakan mesin diesel.(Unt)

Lihat arsip:
http://kwkp.blogspot.com
Share:

Kawasan Pendaratan Penyu di Pantai Trisik Kulonprogo Terancam Punah

TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO -Jika pada 2006/2007 lalu kelompok
konservasi penyudapat menemukan tempat bertelur penyudi kawasan Pantai
Trisik hingga sebanyak 17 sarang, setahun terakhir ini hanya ditemukan
sekitar empat sarang.
Temuan hingga Mei lalu tersebut menunjukkan betapa habitat penyudi
kawasan pantai wilayah Trisik Galur Kulonprogo mulai terancam.
Akibatnya, jumlah penyuyang mendarat di kawasan pantai untuk bertelur
semakin berkurang.
Ketua Kelompok Konservasi Penyu Abadi, Jaka Samudra, menduga
menurunnya pendaratan penyuuntuk bertelur di kawasan tersebut karena
saat ini semakin banyak aktivitas yang mengancam habitat penyu. Dia
menyebut, salah satunya adalah maraknya tambak udang.

"Aktivitas di kawasan itu menjadi ancaman serius untuk konservasi
penyu. Masalahnya, penyutidak akan mau mendarat untuk bertelur di
sarangnya kalau ada aktivitas, kegaduhan, cahaya lampu. Penyu juga
sensitif asap rokok," kata Jaka Samudra, saat pelepasan tukik di
Pantai Trisik, Minggu (9/8/2015).

Tahun ini kelompok konservasi penyumelepas 46 tukik ke pantai. Tukik
yang dilepas bersama peserta KKN UGM tersebut merupakan hasil tetasan
dari salah satu sarang. Sementara, tiga sarang lainnya atau sebanyak
160 butir telur penyulainnya diperkirakan baru menetas pada bulan
berikutnya.

Jaka menegaskan jumlah sarang yang ditemukan tahun ini jauh lebih
sedikit dibanding beberapa tahun lalu. Penurunan pendaratan penyuini
juga telah disinyalir terjadi pada tahun lalu ketika kelompok
konservasi hanya menemukan lima sarang.

Padahal, kawasan Pantai Trisik selama ini merupakan habitat pendaratan
penyuuntuk bertelur. Dia pun mempertanyakan skala prioritas pemkab
Kulonprogo terkait adanya kawasan tersebut yang kini terancam berbagai
proyek seperti tambak udang dan proyek besar lainnya.

Kepala Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kulonprogo, Suharjoko, mengakui
Pantai Trisik menjadi salah satu tempat pendaratan penyu. Namun
akhir-akhir ini di pantai selatan Jawa semakin langka.

"Kami berharap ada dukungan masyarakat untuk membentukgrand
designPantai Trisik dengan prioritas penyu," ujarnya.

Maraknya tambak udang saat ini masih menjadi bahasan bersama di
Kulonprogo. Menurutnya, pemkab juga pernah melayangkan surat
peringatan kepada pelaku tambak udang. Intinya, kawasan itu merupakan
habitat untuk mempertahankan penyu.(*)

Lihat arsip:
http://kwkp.blogspot.com, http://infokwkp.blogspot.com
Share:

PAWAI KULONPROGO : Ogoh-Ogoh Sugriwo Subali Ramaikan Karnaval Wates

Harianjogja.com, KULONPROGO– Ogoh-ogoh Sugriwo Subali memeriahkan
karnaval pawai menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia ke
70. Demi menyaksikan pawai tersebut, ribuan warga Kecamatan Wates rela
menanti hingga empat jam di sepanjang jalan Wakhid Hasyim, Bendungan,
Wates, Minggu (9/8/2015).

Pawai dibuka dengan barisan pasukan pleton inti (tonti) dari seluruh
sekolah menengah atas dan sederajat. Sejumlah perwakilan sekolah
menampilkan berbagai atraksi baris-berbaris yang sesekali membuat
warga ikut bersorak.

Parade drum band yang dibawakan pelajar sekolah dasar hingga sekolah
menengah pertama di kecamatan ini juga tak kalah menarik. Karnaval
kian ramai dan penuh sesak oleh penonton yang datang dari berbagai
desa.

"Kecamatan Wates memulai lebih awal perayaan karnaval HUT RI tahun
ini. Tujuan dari penyelenggaraan acara ini adalah untuk mengangkat
potensi-potensi yang ada di kecamatan ini, sekaligus menumbuhkan
semangat juang generasi muda dan warga masyarakat," ujar Camat Wates
Ariyadi.

Ketua Panitia Karnaval Made Arsa Wijaya mengungkapkan, antusiasme
warga terhadap penyelenggaraan acara ini sangat besar dan semakin
meningkat tiap tahunnya. Dia mengatakan, ada kurang lebih 205 peserta
yang mengikuti acara tersebut. Di antaranya terdiri dari pelajar,
warga masyarakat umum dan pemerintah desa.

"Acara tahun ini lebih meriah, tidak hanya dari sambutan masyarakat
yang luar biasa banyak ini. Peserta juga semakin banyak yang
berpartisipasi," jelas Made.

Salah satu daya tarik dalam acara tersebut yakni dua buah ogoh-ogoh
dan pentas kolosal Sugriwo Subali. Cerita rakyat yang kini menjadi
ikon baru bagi Kulonprogo itu dipentaskan singkat di tengah warga
Wates. Menurut Koordinator Karnaval Bendungan Kidul Yosef Endarjali
Setiawan, karnaval yang ditampilkan desa tersebut ingin mencoba
memperkenalkan salah satu potensi wisata berbudaya yang dimiliki
Kulonprogo.

Yosef mengatakan, Gua Kiskendo dan Sendratari Sugriwo Subali memang
merupakan wisata yang ada di Girimulyo. Namun, potensi wisata tersebut
juga harus diperkenalkan ke masyarakat luas, akrena merupakan potensi
budaya yang dimiliki Kulonprogo.

"Kami ingin masyarakat Wates juga bisa mengenal kesenian dan wisata
gua ini. Jadi kami coba tampilkan melalui karnaval," jelas Yosef.

Dua buah ogoh-ogoh dibuat bersama-sama warga Dusun Bendungan Kidul
dengan biaya mencapai Rp7 juta. Terdapat 50 orang pengangkat
ogoh-ogoh, dan didukung lebih dari 100 orang penari yang menampilkan
pentas kolosal Sugriwo Subali.

Parade karnaval tersebut berjalan sejauh lima kilometer. Garis start
dimulai dari halaman Polantas Polsek Wates dan berakhir di Stadion
Cangkring, Giripeni. Para peserta akan diambil 21 pemenang yang
nantinya akan mewakili kecamatan di parade karnaval HUT RI ke 70
tingkat kabupaten.
Share:

09 August 2015

UKM DIY : Kedepankan Inovasi, Perajit Serat Alam Kulonprogo Tembus Pasar Ekspor

Harianjogja.com, KULONPROGO– Perajin serat alam Desa Tanjungharjo,
Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta, melakukan inovasi
dan meningkatkan kualitas produksi sehingga menembus pasar ekspor baik
Asia, Amerika, maupun Eropa.

Ketua Paguyuban Perajin Bina Karya Lestari Desa Tanjungharjo Tukimin
di Kulonprogo, Minggu (9/8/2015), mengatakan industri kerajunan serat
alam dikelola secara turun temurun memproduksi tampar, sekarang
memproduksi berbagai macam kerajinan.

"Semula produksinya hanya tali rami, msebelum ada tali rafia. Namun
karena nilai ekonominya rendah, kemudian sejak 1996 masyarakat mencoba
memproduksinya menjadi kerajinan dan ternyata justru diminati hingga
pasar luar negeri," kata Tukimin.

Ia mengatakan dari tali rami, perajin coba produksi kerajinan,
ternyata ada nilai dolarnya. Pada 1998 hingga 2000 pas krisis,
kuntungan tinggi.

Semula pemasarannya memang hanya ke Malioboro dan Bali saja. Namun
kemudian dilirik agen-agen eksportir sehingga berbagai produk
kerajinan dari Tanjungharjo bisa menembus pasar ekspor.

Menurut dia, industri kerajinan di Tanjungharjo pun berkembang pesat.
Dari semula hanya ada tiga perajin kini sudah berkembang menjadi lebih
dari 30 perajin dan menyerap tidak kurang dari 1.000 tenaga kerja.
Selain memberdayakan warga setempat, usaha kerajinan ini juga
memberdayakan tenaga kerja dari luar kecamatan bahkan luar kabupaten.

"Kami pemberdayaan, ketika diminta memberikan pelatihan sekaligus yang
dilatih bisa memanfaatkan pekerjaan," katanya.

Kasi Bimbingan Produksi Disperindag-ESDM Kulon Progo Hari Prasetyo
mengatakan kerajinan serat serat menjadi salah satu produk unggulan
Kulon Progo. Hanya saja selama ini ekspornya belum ada yang langsung
tetapi melalui agen dari luar daerah.

"Kami memberikan pelatihan tata niaga ekspor, tapi untuk ekspor
langsung memang masih terkendala keterbatasan SDM," katanya.

Lihat arsip:
http://kwkp.blogspot.com, http://infokwkp.blogspot.com
Share:

08 August 2015

Meski Menipis, Stok Darah PMI Kulonprogo Masih Aman

Bisnis.com, KULONPROGO-Pascalebaran, persediaan darah Palang Merah
Indonesia (PMI) Kabupaten Kulonprogo dinyatakan menipis. Namun, stok
yang disimpan Unit Donor Darah (UDD) di Markas PMI Kulonprogo maupun
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wates masih diklaim aman.

Hingga Kamis (6/8/2015) siang, ada sembilan kantong darah golongan A,
10 kantong darah golongan B, lima kantong darah golongan O, dan tiga
kantong darah golongan AB yang tersedia di UDD Markas PMI Kulonprogo.

"Pasca lebaran, donornya memang berkurang tapi pasiennya tambah," kata
Ikhwan, salah satu petugas paramedis.

Menurut Ikhwan, stok darah yang menipis juga sedang dialami
kabupaten/kota lain di DIY. "Memang lagi pada sepi, tidak cuma
Kulonprogo," ucapnya.

Ditemui terpisah, Koordinator UDD PMI Kulonprogo, Ingusdi membenarkan
jika persediaan darah saat ini lebih sedikit dibanding Ramadan dan
lebaran lalu. Namun, jumlah tersebut dianggap masih aman.

"Stok untuk kondisi darurat masih cukup. Biasanya saat ada kejadian
pendarahan, tidak sampai butuh 10 kantong darah sekaligus, maksimal
empat. Tapi di sini rata-rata cuma butuh dua kantong," paparnya
menjelaskan.

Meski demikian, Ingusdi mengaku PMI Kulonprogo kekurangan persediaan
darah baru dan segar. "Kami kesulitan jika ada kasus pendarahan yang
butuh donor darah segar, misalnya untuk kebutuhan trombosit dan cuci
darah. Itu harus baru, tidak bisa pakai stok," katanya

Ingusdi mengungkapkan, stok darah PMI Kulonprogo rata-rata berusia
lebih dari satu minggu. Padahal, banyak pasien yang butuh darah segar
dengan usia maksimal tujuh hari atau darah baru yang memang didonorkan
pada hari itu juga.

"Pada situasi darurat, kami pasti kirim pesan BC ke pendonor. Namun
kadang ada belum sampai PMI, pasien sudah tidak tertolong," ujarnya.
Menurut Ingusdi, kesadaran masyarakat mendonorkan darah sudah tinggi.
Jumlah pendonor di Kulonprogo pun terbilang melimpah. Namun, tidak
banyak yang sudah rutin donor darah setiap tiga bulan sekali.
"Kalau banyak yang sudah rutin, saya kira kebutuhan darah segar bisa
tertangani," ucap Ingusdi.
Sementara ini, lanjut Ingusdi, dia masih mengandalkan fasilitas sms
gateway untuk mengingatkan pendonor secara berkala, menyebarkan agenda
donor darah massal, maupun informasi darurat. PMI Kulonprogo juga
memanfaatkan beberapa media jejaring sosial. "Kami juga mencoba
menjalin kerja sama dengan sekolah dan kampus," tuturnya.

Editor : Nina Atmasari

Lihat arsip:
http://kwkp.blogspot.com, http://infokwkp.blogspot.com
Share:

ATM Dibobol, Uang Beasiswa Raib

KULONPROGO ( KRjogja.com)- Seorang mahasiswi warga Salamrejo Sentolo,
Monika Desi Anggun Purwandani (19), gagal menikmati uang beasiswa dari
kampus setelah ATM BRI miliknya diduga dibobol oknum tidak
bertanggungjawab. Uang dalam ATM tersebut tiba-tiba raib, padahal
Monik tidak melakukan penarikan.
Merasa telah menjadi korban dugaan pembobolan ATM, Monik kemudian
melapor ke Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polres
Kulonprogo, Jumat (07/08/2015). Mahasiswi berjilbab ini membawa serta
buku tabungan berikut ATM miliknya sebagai barang bukti.

"Semula, uang beasiswa dari kampus yang saya simpan dalam ATM BRI
masih tersisa hampir Rp 2 juta. Tapi tiba-tiba, saldonya berkurang
sekitar Rp 1,5 juta sehingga yang tersisa dalam rekening tinggal Rp
400.000," kata Monik.
Monik menyadari berkurangnya saldo rekening tersebut saat hendak
melakukan penarikan, Kamis (06/08/2015). Ia merasa kaget lantaran uang
yang tersisa hanya Rp 400.000, padahal seharusnya tetap sesuai saldo
awal yakni hampir Rp 2 juta.

"Saya tidak melakukan penarikan baik melalui ATM maupun menggunakan
buku tabungan. Penarikan terakhir saya lakukan pertengahan Juni lalu,
di sebuah Swalayan kawasan Watulunyu Wates. Saat itu, saldonya masih
hampir Rp 2 juta," jelasnya.

Monik menyampaikan, selama ini ATM tersebut selalu berada di tangannya
tanpa dipinjamkan ke siapapun. Monik juga tidak pernah meminta orang
lain untuk mengambilkan uang menggunakan buku tabungan maupun ATM.
Karena itulah, ia merasa telah menjadi korban dugaan pembobolan ATM.

"Saya kemudian berusaha melakukan penelurusan ke bank. Saat petugas
bank memberikan print out buku tabungan, terlihat ada penarikan Rp 1,4
juta tertanggal 21 Juni. Saya tidak tahu dan tidak merasa melakukan
penarikan itu," imbuhnya.
Pejabat Sementara Kanit SPKT Polres Kulonprogo, Aiptu Eko Bareng
Untoro mengatakan, pihaknya telah menindaklanjuti laporan Monik dengan
meneruskan ke Satreskrim. Pendataan telah dilakukan dan diketahui
adanya kehilangan sekitar Rp 1,5 juta. Sementara Kanit II Satreskrim
Polres Kulonprogo, Iptu Archye Nevada mengatakan, pihaknya langsung
melakukan penelusuran atas laporan tersebut.(Unt)


Lihat arsip:
http://kwkp.blogspot.com, http://infokwkp.blogspot.com
Share:

BERITA KULON PROGO TERBARU

SITEMAP