Mohon perhatiannya, semua isi berita diblog ini adalah disalin dari berbagai sumber. Dan hanya sebagai arsip pribadi dan Group Komunitas Warga Kulon Progo.

Seluruh informasi termasuk iklan diblog ini bukan tanggung jawab kami selaku pemilik blog. Kami hanya Memberikan tempat kepada para pengiklan dan sebagai ,media sharing


 tarif jasa kami
KEMBALI KE HALAMAN AWAL – LC FOTOKOPI  *  TARIF JASA FOTOKOPI, PRINT, SCAN, KETIK, PRINT , DLL.   *   MELAYANI PRINT, PRINT COPY SECARA ONLINE


10 August 2015

Petani Kulon Progo manfaatkan sumur bor atasi kekurangan air

Kulon Progo, (ANTARA News) - Petani di Kecamatan Sentolo, Kabupaten
Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, memanfaatkan sumur bor untuk
mengatasi kekurangan air pada masa tanam ketiga.

Anggota Kelompok Tani Mulyo Gunungduk, Suprono, di Kulon Progo, Senin,
mengatakan dirinya sudah dua bulan menggunakan sumur bor untuk
mengairi tanaman padi pada masa tanam kedua (MT II) dan bawang merah
pada MT III.

"Pada pertengahan MT II, saluran irigasi Kalibawang dimatikan,
sehingga menyebabkan tanaman padi kekurangan air. Kemudian petani
seminggu sekali mengairi dengan sumur bor. 40 persen lahan di Bulak
Pesanggrahan memiliki sumur bor," katanya saat ditemui di Bulak
Pesanggrahan Desa Tuksono.

Ia mengatakan pada MT III ini dirinya dan petani menggunakan sumur bor
untuk menyiram tanaman cabai dan bawang merah. Dua tanaman ini
membutuhkan perawatan dan ketersediaan air yang cukup.

"Setiap MT III saluran irigasi tidak mengalir airnya. Kami membuat
sumur bor supaya kami tetap bisa bertanam," katanya.

Saat ini, kata dia, sebagian besar petani menanam cabai dan bawang
merah karena harganya sangat tinggi. Untuk bawang merah, petani bisa
melakukan tunda jual dua sampai tiga bulan hingga harganya tinggi.

"Harga bawang di tingkat petani sebesar Rp10 ribu dan cabai mulai dari
Rp35 ribu sampai Rp55 ribu per kg. Petani masih mendapat keuntungan
dan bisa digunakan untuk biaya tanam MT I," katanya.

Hal yang sama disampaikan Kelompok Tani Sidomaju Desa Tuksono
Mujirohman. Dirinya memanfaatkan sumur bor untuk menyirami tananam
cabainya.

"Setiap MT III, kami pasti memanfaatkan sumur bor. Kalau tidak, kami
tidak bisa menyirami tanaman cabai, bawang merah dan sayur-sayur
lainnya," kata dia.
Ia juga berharap Pemkab Kulon Progo memperbaiki jaringan irigasi yang
mengalami pendangkalan. Setiap awal MT II, tanaman padi terendam air
karena daya tampung irigasi tidak mampu.

"Banyak saluran irigasi yang mengalami pendangkalan dan rusak, tapi
pemkab tidak sigap mengatasi masalah ini," katanya.

Editor:Unggul Tri Ratomo

COPYRIGHT ©ANTARA2015
Share:

Harga Melambung, Petani Cabai Raup Untung

KULONPROGO ( KRjogja-com)- Harga cabai yang terus melambung di pasaran
sejak beberapa pekan terakhir, mendatangkan keuntungan bagi para
petani. Apalagi, kualitas hasil panen mereka pada musim tanam ini
terbilang bagus, karena minim serangan hama saat musim kemarau.

Dijumpai di sawahnya, Dusun Bagungan Nomporejo Kecamatan Galur, Senin
(10/8/2015), salah satu petani Retno Suwarsih (46) menuturkan, hasil
panen cabai rawit merah miliknya dihargai cukup tinggi, yakni Rp
40.000 per kilogram. Padahal biasanya, hasil panen cabai rawit merah
hanya dihargai Rp 7.000 hingga Rp 15.000 per kilogram.

"Kalau pas tinggi, bisa sampai Rp 50.000 per kilogram," kata Retno.
Retno menyampaikan, angka Rp 40.000 per kilogram tersebut merupakan
harga hasil panen pada petik pertama. Dimungkinkan, masa petik
selanjutnya, harga cabai akan terus meningkat.

"Kami petik cabai empat hari sekali. Dengan luasan sawah 25ru atau
sekitar 350m2, hasil panen sekali petik minimal 10 kilogram. Biasanya,
bisa sampai 15 kali petik dalam satu musim tanam," jelasnya.

Petani lain, Budi Ismanto (46) menyampaikan, selain dihargai tinggi,
kualitas hasil panen cabai pada musim tanam ini juga terbilang baik.
Sebab saat musim kemarau, tanaman cabai minim serangan hama.

"Kalau pas musim hujan, ada saja hama yang menyerang dan sulit
dikendalikan, mulai dari lalat buah hingga jamur. Sementara saat musim
kemarau, hamanya sedikit dan cenderung bisa diatasi," jelasnya.

Ia menuturkan, tanaman cabai miliknya dipanen dalam usia 110 hari atau
sekitar empat bulan. Saat musim kemarau, para petani harus rutin
menyirami tanaman mereka menggunakan mesin diesel.(Unt)

Lihat arsip:
http://kwkp.blogspot.com
Share:

Kawasan Pendaratan Penyu di Pantai Trisik Kulonprogo Terancam Punah

TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO -Jika pada 2006/2007 lalu kelompok
konservasi penyudapat menemukan tempat bertelur penyudi kawasan Pantai
Trisik hingga sebanyak 17 sarang, setahun terakhir ini hanya ditemukan
sekitar empat sarang.
Temuan hingga Mei lalu tersebut menunjukkan betapa habitat penyudi
kawasan pantai wilayah Trisik Galur Kulonprogo mulai terancam.
Akibatnya, jumlah penyuyang mendarat di kawasan pantai untuk bertelur
semakin berkurang.
Ketua Kelompok Konservasi Penyu Abadi, Jaka Samudra, menduga
menurunnya pendaratan penyuuntuk bertelur di kawasan tersebut karena
saat ini semakin banyak aktivitas yang mengancam habitat penyu. Dia
menyebut, salah satunya adalah maraknya tambak udang.

"Aktivitas di kawasan itu menjadi ancaman serius untuk konservasi
penyu. Masalahnya, penyutidak akan mau mendarat untuk bertelur di
sarangnya kalau ada aktivitas, kegaduhan, cahaya lampu. Penyu juga
sensitif asap rokok," kata Jaka Samudra, saat pelepasan tukik di
Pantai Trisik, Minggu (9/8/2015).

Tahun ini kelompok konservasi penyumelepas 46 tukik ke pantai. Tukik
yang dilepas bersama peserta KKN UGM tersebut merupakan hasil tetasan
dari salah satu sarang. Sementara, tiga sarang lainnya atau sebanyak
160 butir telur penyulainnya diperkirakan baru menetas pada bulan
berikutnya.

Jaka menegaskan jumlah sarang yang ditemukan tahun ini jauh lebih
sedikit dibanding beberapa tahun lalu. Penurunan pendaratan penyuini
juga telah disinyalir terjadi pada tahun lalu ketika kelompok
konservasi hanya menemukan lima sarang.

Padahal, kawasan Pantai Trisik selama ini merupakan habitat pendaratan
penyuuntuk bertelur. Dia pun mempertanyakan skala prioritas pemkab
Kulonprogo terkait adanya kawasan tersebut yang kini terancam berbagai
proyek seperti tambak udang dan proyek besar lainnya.

Kepala Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kulonprogo, Suharjoko, mengakui
Pantai Trisik menjadi salah satu tempat pendaratan penyu. Namun
akhir-akhir ini di pantai selatan Jawa semakin langka.

"Kami berharap ada dukungan masyarakat untuk membentukgrand
designPantai Trisik dengan prioritas penyu," ujarnya.

Maraknya tambak udang saat ini masih menjadi bahasan bersama di
Kulonprogo. Menurutnya, pemkab juga pernah melayangkan surat
peringatan kepada pelaku tambak udang. Intinya, kawasan itu merupakan
habitat untuk mempertahankan penyu.(*)

Lihat arsip:
http://kwkp.blogspot.com, http://infokwkp.blogspot.com
Share:

PAWAI KULONPROGO : Ogoh-Ogoh Sugriwo Subali Ramaikan Karnaval Wates

Harianjogja.com, KULONPROGO– Ogoh-ogoh Sugriwo Subali memeriahkan
karnaval pawai menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia ke
70. Demi menyaksikan pawai tersebut, ribuan warga Kecamatan Wates rela
menanti hingga empat jam di sepanjang jalan Wakhid Hasyim, Bendungan,
Wates, Minggu (9/8/2015).

Pawai dibuka dengan barisan pasukan pleton inti (tonti) dari seluruh
sekolah menengah atas dan sederajat. Sejumlah perwakilan sekolah
menampilkan berbagai atraksi baris-berbaris yang sesekali membuat
warga ikut bersorak.

Parade drum band yang dibawakan pelajar sekolah dasar hingga sekolah
menengah pertama di kecamatan ini juga tak kalah menarik. Karnaval
kian ramai dan penuh sesak oleh penonton yang datang dari berbagai
desa.

"Kecamatan Wates memulai lebih awal perayaan karnaval HUT RI tahun
ini. Tujuan dari penyelenggaraan acara ini adalah untuk mengangkat
potensi-potensi yang ada di kecamatan ini, sekaligus menumbuhkan
semangat juang generasi muda dan warga masyarakat," ujar Camat Wates
Ariyadi.

Ketua Panitia Karnaval Made Arsa Wijaya mengungkapkan, antusiasme
warga terhadap penyelenggaraan acara ini sangat besar dan semakin
meningkat tiap tahunnya. Dia mengatakan, ada kurang lebih 205 peserta
yang mengikuti acara tersebut. Di antaranya terdiri dari pelajar,
warga masyarakat umum dan pemerintah desa.

"Acara tahun ini lebih meriah, tidak hanya dari sambutan masyarakat
yang luar biasa banyak ini. Peserta juga semakin banyak yang
berpartisipasi," jelas Made.

Salah satu daya tarik dalam acara tersebut yakni dua buah ogoh-ogoh
dan pentas kolosal Sugriwo Subali. Cerita rakyat yang kini menjadi
ikon baru bagi Kulonprogo itu dipentaskan singkat di tengah warga
Wates. Menurut Koordinator Karnaval Bendungan Kidul Yosef Endarjali
Setiawan, karnaval yang ditampilkan desa tersebut ingin mencoba
memperkenalkan salah satu potensi wisata berbudaya yang dimiliki
Kulonprogo.

Yosef mengatakan, Gua Kiskendo dan Sendratari Sugriwo Subali memang
merupakan wisata yang ada di Girimulyo. Namun, potensi wisata tersebut
juga harus diperkenalkan ke masyarakat luas, akrena merupakan potensi
budaya yang dimiliki Kulonprogo.

"Kami ingin masyarakat Wates juga bisa mengenal kesenian dan wisata
gua ini. Jadi kami coba tampilkan melalui karnaval," jelas Yosef.

Dua buah ogoh-ogoh dibuat bersama-sama warga Dusun Bendungan Kidul
dengan biaya mencapai Rp7 juta. Terdapat 50 orang pengangkat
ogoh-ogoh, dan didukung lebih dari 100 orang penari yang menampilkan
pentas kolosal Sugriwo Subali.

Parade karnaval tersebut berjalan sejauh lima kilometer. Garis start
dimulai dari halaman Polantas Polsek Wates dan berakhir di Stadion
Cangkring, Giripeni. Para peserta akan diambil 21 pemenang yang
nantinya akan mewakili kecamatan di parade karnaval HUT RI ke 70
tingkat kabupaten.
Share:

09 August 2015

UKM DIY : Kedepankan Inovasi, Perajit Serat Alam Kulonprogo Tembus Pasar Ekspor

Harianjogja.com, KULONPROGO– Perajin serat alam Desa Tanjungharjo,
Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta, melakukan inovasi
dan meningkatkan kualitas produksi sehingga menembus pasar ekspor baik
Asia, Amerika, maupun Eropa.

Ketua Paguyuban Perajin Bina Karya Lestari Desa Tanjungharjo Tukimin
di Kulonprogo, Minggu (9/8/2015), mengatakan industri kerajunan serat
alam dikelola secara turun temurun memproduksi tampar, sekarang
memproduksi berbagai macam kerajinan.

"Semula produksinya hanya tali rami, msebelum ada tali rafia. Namun
karena nilai ekonominya rendah, kemudian sejak 1996 masyarakat mencoba
memproduksinya menjadi kerajinan dan ternyata justru diminati hingga
pasar luar negeri," kata Tukimin.

Ia mengatakan dari tali rami, perajin coba produksi kerajinan,
ternyata ada nilai dolarnya. Pada 1998 hingga 2000 pas krisis,
kuntungan tinggi.

Semula pemasarannya memang hanya ke Malioboro dan Bali saja. Namun
kemudian dilirik agen-agen eksportir sehingga berbagai produk
kerajinan dari Tanjungharjo bisa menembus pasar ekspor.

Menurut dia, industri kerajinan di Tanjungharjo pun berkembang pesat.
Dari semula hanya ada tiga perajin kini sudah berkembang menjadi lebih
dari 30 perajin dan menyerap tidak kurang dari 1.000 tenaga kerja.
Selain memberdayakan warga setempat, usaha kerajinan ini juga
memberdayakan tenaga kerja dari luar kecamatan bahkan luar kabupaten.

"Kami pemberdayaan, ketika diminta memberikan pelatihan sekaligus yang
dilatih bisa memanfaatkan pekerjaan," katanya.

Kasi Bimbingan Produksi Disperindag-ESDM Kulon Progo Hari Prasetyo
mengatakan kerajinan serat serat menjadi salah satu produk unggulan
Kulon Progo. Hanya saja selama ini ekspornya belum ada yang langsung
tetapi melalui agen dari luar daerah.

"Kami memberikan pelatihan tata niaga ekspor, tapi untuk ekspor
langsung memang masih terkendala keterbatasan SDM," katanya.

Lihat arsip:
http://kwkp.blogspot.com, http://infokwkp.blogspot.com
Share:

08 August 2015

Meski Menipis, Stok Darah PMI Kulonprogo Masih Aman

Bisnis.com, KULONPROGO-Pascalebaran, persediaan darah Palang Merah
Indonesia (PMI) Kabupaten Kulonprogo dinyatakan menipis. Namun, stok
yang disimpan Unit Donor Darah (UDD) di Markas PMI Kulonprogo maupun
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wates masih diklaim aman.

Hingga Kamis (6/8/2015) siang, ada sembilan kantong darah golongan A,
10 kantong darah golongan B, lima kantong darah golongan O, dan tiga
kantong darah golongan AB yang tersedia di UDD Markas PMI Kulonprogo.

"Pasca lebaran, donornya memang berkurang tapi pasiennya tambah," kata
Ikhwan, salah satu petugas paramedis.

Menurut Ikhwan, stok darah yang menipis juga sedang dialami
kabupaten/kota lain di DIY. "Memang lagi pada sepi, tidak cuma
Kulonprogo," ucapnya.

Ditemui terpisah, Koordinator UDD PMI Kulonprogo, Ingusdi membenarkan
jika persediaan darah saat ini lebih sedikit dibanding Ramadan dan
lebaran lalu. Namun, jumlah tersebut dianggap masih aman.

"Stok untuk kondisi darurat masih cukup. Biasanya saat ada kejadian
pendarahan, tidak sampai butuh 10 kantong darah sekaligus, maksimal
empat. Tapi di sini rata-rata cuma butuh dua kantong," paparnya
menjelaskan.

Meski demikian, Ingusdi mengaku PMI Kulonprogo kekurangan persediaan
darah baru dan segar. "Kami kesulitan jika ada kasus pendarahan yang
butuh donor darah segar, misalnya untuk kebutuhan trombosit dan cuci
darah. Itu harus baru, tidak bisa pakai stok," katanya

Ingusdi mengungkapkan, stok darah PMI Kulonprogo rata-rata berusia
lebih dari satu minggu. Padahal, banyak pasien yang butuh darah segar
dengan usia maksimal tujuh hari atau darah baru yang memang didonorkan
pada hari itu juga.

"Pada situasi darurat, kami pasti kirim pesan BC ke pendonor. Namun
kadang ada belum sampai PMI, pasien sudah tidak tertolong," ujarnya.
Menurut Ingusdi, kesadaran masyarakat mendonorkan darah sudah tinggi.
Jumlah pendonor di Kulonprogo pun terbilang melimpah. Namun, tidak
banyak yang sudah rutin donor darah setiap tiga bulan sekali.
"Kalau banyak yang sudah rutin, saya kira kebutuhan darah segar bisa
tertangani," ucap Ingusdi.
Sementara ini, lanjut Ingusdi, dia masih mengandalkan fasilitas sms
gateway untuk mengingatkan pendonor secara berkala, menyebarkan agenda
donor darah massal, maupun informasi darurat. PMI Kulonprogo juga
memanfaatkan beberapa media jejaring sosial. "Kami juga mencoba
menjalin kerja sama dengan sekolah dan kampus," tuturnya.

Editor : Nina Atmasari

Lihat arsip:
http://kwkp.blogspot.com, http://infokwkp.blogspot.com
Share:

ATM Dibobol, Uang Beasiswa Raib

KULONPROGO ( KRjogja.com)- Seorang mahasiswi warga Salamrejo Sentolo,
Monika Desi Anggun Purwandani (19), gagal menikmati uang beasiswa dari
kampus setelah ATM BRI miliknya diduga dibobol oknum tidak
bertanggungjawab. Uang dalam ATM tersebut tiba-tiba raib, padahal
Monik tidak melakukan penarikan.
Merasa telah menjadi korban dugaan pembobolan ATM, Monik kemudian
melapor ke Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polres
Kulonprogo, Jumat (07/08/2015). Mahasiswi berjilbab ini membawa serta
buku tabungan berikut ATM miliknya sebagai barang bukti.

"Semula, uang beasiswa dari kampus yang saya simpan dalam ATM BRI
masih tersisa hampir Rp 2 juta. Tapi tiba-tiba, saldonya berkurang
sekitar Rp 1,5 juta sehingga yang tersisa dalam rekening tinggal Rp
400.000," kata Monik.
Monik menyadari berkurangnya saldo rekening tersebut saat hendak
melakukan penarikan, Kamis (06/08/2015). Ia merasa kaget lantaran uang
yang tersisa hanya Rp 400.000, padahal seharusnya tetap sesuai saldo
awal yakni hampir Rp 2 juta.

"Saya tidak melakukan penarikan baik melalui ATM maupun menggunakan
buku tabungan. Penarikan terakhir saya lakukan pertengahan Juni lalu,
di sebuah Swalayan kawasan Watulunyu Wates. Saat itu, saldonya masih
hampir Rp 2 juta," jelasnya.

Monik menyampaikan, selama ini ATM tersebut selalu berada di tangannya
tanpa dipinjamkan ke siapapun. Monik juga tidak pernah meminta orang
lain untuk mengambilkan uang menggunakan buku tabungan maupun ATM.
Karena itulah, ia merasa telah menjadi korban dugaan pembobolan ATM.

"Saya kemudian berusaha melakukan penelurusan ke bank. Saat petugas
bank memberikan print out buku tabungan, terlihat ada penarikan Rp 1,4
juta tertanggal 21 Juni. Saya tidak tahu dan tidak merasa melakukan
penarikan itu," imbuhnya.
Pejabat Sementara Kanit SPKT Polres Kulonprogo, Aiptu Eko Bareng
Untoro mengatakan, pihaknya telah menindaklanjuti laporan Monik dengan
meneruskan ke Satreskrim. Pendataan telah dilakukan dan diketahui
adanya kehilangan sekitar Rp 1,5 juta. Sementara Kanit II Satreskrim
Polres Kulonprogo, Iptu Archye Nevada mengatakan, pihaknya langsung
melakukan penelusuran atas laporan tersebut.(Unt)


Lihat arsip:
http://kwkp.blogspot.com, http://infokwkp.blogspot.com
Share:

07 August 2015

Pemkab KP Siapkan 450 Hektare Sawah Baru

KULONPROGO – Pemkab Kulonprogo berencana mencetak sawah baru di lahan
marginal seluas 450 hektare. Upaya itu dilakukan untuk antisipasi
penyusutan lahan yang mengakibatkan produksi padi menurun."Survei
investigasi desain (SID) sudah selesai disusun, kami akan melaksanakan
cetak sawah baru secara bertahap sesuai kemampuan keuangan daerah,"
terang Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan (Dispertan) Kulonprogo
Bambang Tri Budi Harsono.Bambang mengatakan, pada tahun ini, cetak
sawah baru seluas enam hek-tare direncanakan di daerah Paingan,
Sendangsari, Pengasih. Namun masih terkendala dalam membersihkan lahan
karena membutuhkan alat berat."Sementara kami belum meng-anggarkan
biaya sewa alat berat. Se-hingga, cetak sawah baru di Pengasih
mengalami keterlambatan," katanya.

Menurut Bambang, sawah baru juga membutuhkan dukungan irigasi yang
baik supaya sawah tidak kekurangan air. Sementara cetak sawah di
Paingan, baru ada dua pipa enam inci untuk menyangga Sungai Serang
sepanjang 60 meter. "Cetak sawah baru di Paingan, Pengasih sebetulnya
digadang bisa mencapai 26 hektare. Namun pengairan yang belum memadai
membuat luasan itu belum bisa dimaksimalkan," ujarnya.

Bambang menambahkan, anggaran yang dibutuhkan setiap mencetak sawah
baru seluas satu hektare mencapai Rp 15 juta. Ada beberapa titik
kawasan yang cocok untuk cetak sawah baru, antara lain di wilayah
Kecamatan Pengasih, Sentolo dan sebagian di Nanggulan.Kecamatan
Pengasih yakni di Bendung Tawang Pengasih mencapai 266,43 hektare, di
kawasan Margosari 6,58 hektare dan Sendangsari 30,63 hektare. Kawasan
Bendung Tawang merupakan pengembangan irigasi Balai Besar Wilayah
Sungai Serayu Opak (BBWSSO) tahun 2004.Kecamatan Sentolo meliputi
kawasan Kaliagung seluas 30,25 hektare, Sentolo 14 hektare, dan
Banguncipto 13,79 hektare. Sedangkan di Kecamantan Nanggulan meliputi
Kawasan Dono-mulyo seluas 64,69 hektare."Cetak sawah baru di
Kulonprogo membutuhkan anggaran lebih dari Rp 6,75 miliar. Sangat
membutuhkan bantuan anggaran dari pemerintah pusat dan Pemprov DIJ,"
ungkapnya.

Wakil Ketua DPRD Kulonprogo Ponimin Budi Hartono menyatakan, cetak
sawah baru cukup relevan dalam mengantisipasi penyusutan lahan sawah.
Itu seiring dengan rencana pengembangan Kota Wates dan mega-proyek
pembangunan lainnya."Diperkirakan lahan sawah di Kulon-progo terjadi
penyusutan 350 hektare hingga tahun 2020. Hal ini perlu diantisipasi
sejak dini yakni dengan mencetak sawah baru," tandasnya.Ponimin
menegaskan, leading sector atau satuan kerja perangkat daerah (SKPD)
yang menangani yakni dinas pertanian dan kehutanan. Juga dinas
kelautan, perikanan, dan peternakan (dinkepenak) serta bidang
pengairan dinas pekerjaan umum."Semua harus mulai menyusun lang-kah
strategis untuk mencetak sawah baru dan membangun infrastruktur
saluran irigasi. Pemkab Kulonprogo juga harus menggandeng Balai Besar
Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO) DIJ terkait kebutuhan irigasinya,"
tegas-nya.(tom/ila/ong)

radarjogja


Lihat arsip:
http://kwkp.blogspot.com, http://infokwkp.blogspot.com
Share:

Kulonprogo Gelar Pemilihan Dimas-Diajeng

PAGUYUBAN Dimas Diajeng Kulonprogo siap menggelar Pemilihan Dimas
Diajeng Kulonprogo 2015. Dimas Diajeng terpilih akan bertugas sebagai
Duta Kabupaten Kulonprogo merepresentasikan Kabupaten Kulonprogo
sebagai daerah yang memiliki semboyan The Jewel of Java. Pemilihan
Dimas Diajeng Kulonprogo 2015 ini merupakan penyelenggaraan keempat,
setelah beberapa ajang sebelumnya pada 2009, 2012 dan 2014.

Pada penyelenggaraan kali ini mengusung tema 'Leladi Sesameng Mudha,
Memayu Hayuning Budaya'. Pendaftaran dibuka sejak 27 Juli hingga 31
Agustus 2015 mendatang. "Pemilihan Dimas Diajeng Kulonprogo ini
memiliki misi meningkatkan peran generasi muda dalam mendukung
pariwisata sebagai salah satu komponen pembangunan. Selain itu sebagai
salah satu upaya generasi muda Yogyakarta untuk melestarikan budaya
daerah yang menjadi sumber kekayaan dan kekuatan nasional bangsa
Indonesia," tutur Ketua Paguyuban Dimas Diajeng Kulonprogo dr Dianing
Pratiwi dalam keterangannya kepada <I>KR<P>, Kamis (6/8).

Kesempatan ini terbuka bagi pria maupun wanita yang belum menikah,
berpenampilan menarik, berusia 17-24 tahun, lulus SMA/sederajat, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki KTP Kulonprogo. Untuk mengikuti
pemilihan, peserta mengumpulkan fotokopi KTP, foto close up ukuran 4R,
foto seluruh badan ukuran 4R, pasfoto berwarna ukuran 3x4, fotokopi
ijazah terakhir, fotokopi sertifikat kejuaraan, curriculum vitae (CV),
mengisi formulir pendaftaran (formulir diunduh di http://bit.ly
/FormulirPDDKP15) serta membayar biaya pendaftaran sebesar Rp 35 ribu.

Berkas persyaratan dimasukkan dalam map biru untuk dimas dan map merah
untuk diajeng. Berkas dapat dikumpulkan di Dinas Kebudayaan,
Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kulonprogo di Jalan Sugiman 12 Wates
atau di Radio Unisi FM Jalan Demangan Baru 24 Yogyakarta. Info lengkap
dapat melalui email dimjengkulonprogo@ gmail.com, Twitter @DimjengKP
atau Facebook Dimas Diajeng Kulon Progo.(M-5)

Lihat arsip:
http://kwkp.blogspot.com, http://infokwkp.blogspot.com
Share:

Sawah Mengering, Petani Jual Bongkahan Tanah

KULONPROGO ( KRjogja.com)- Kemarau panjang yang terjadi saat ini,
membuat sawah petani mengering hingga menimbulkan rekahan-rekahan. Di
Desa Nomporejo Kecamatan Galur, rekahan-rekahan sawah tersebut
dicungkil para petani untuk dijual sebagai bahan baku pembuatan
batu-bata.

Salah satu petani di Nomporejo, Hadi Sutrisno beralasan, tanah sawah
yang disewanya dari pemerintah desa tersebut harus dikelupas lantaran
mulai mengering dan sulit digarap. Bongkahan tanah tersebut, kemudian
dijualnya kepada produsen batu-bata melalui pemesan dengan harga Rp
70.000 per pick-up.

"Sudah banyak yang pesan, mereka datang ke sini untuk mengambil," kata
Hadi, saat dijumpai di area sawahnya, Kamis (6/8/2015).

Hadi menambahkan, penjualan tanah sebagai bahan pembuatan batu-bata
sebenarnya bukanlah merupakan tujuan utama. Ia lebih memperhatikan
kondisi tanah sawah yang kering dan susah digarap karena tidak bisa
menyerap air.

"Karena kemarau tahun ini cukup panjang, tanah sawah jadi mengering,
susah menyerap air. Pengelupasan ini dilakukan demi kelancaran aliran
air dari saluran irigasi, karena setelah dikelupas, posisinya jadi
lebih rendah," terangnya.

Setelah dikelupas, lanjutnya, sawah tersebut kemudian diberi pupuk
kandang. Selain meninggikan lahan agar tidak banjir, lapisan pupuk
kandang juga akan menyuburkan tanah hingga berdampak pada peningkatan
kualitas hasil panen.

"Setelah ini, akan kami tanami padi, hasilnya akan lebih bagus," imbuhnya.
Di lahan pertanian Nomporejo, banyak pembeli yang memesan bongkahan
tanah petani untuk pembuatan batu bata atau keperluan bangunan yakni
sebagai tanah urug. Saryanto, salah satu pembeli mengungkapkan,
pesanan permintaan tanah bongkahan di area persawahan mengalami
peningkatan di musim kemarau ini.

"Bongkahan tanah sawah ini kami jual dengan harga kisaran Rp 75.000
hingga Rp 100.000 per pick up, tergantung jauh dekat lokasi,"
ungkapnya.
Menurut Saryanto, sebagian besar tanah ini dipesan perajin gerabah dan
produsen batu-bata. Setiap musim kemarau, ia selalu datang ke lokasi
untuk membeli bongkahan tanah petani.

"Sama-sama menguntungkan, karena petani juga ingin mengelupas tanah
agar lahannya bisa dialiri air," tandasnya.(Unt)


Lihat arsip:
http://kwkp.blogspot.com, http://infokwkp.blogspot.com
Share:

BERITA KULON PROGO TERBARU

SITEMAP