Kulon Progo, (ANTARA News) - Petani di Kecamatan Sentolo, Kabupaten
Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, memanfaatkan sumur bor untuk
mengatasi kekurangan air pada masa tanam ketiga.
Anggota Kelompok Tani Mulyo Gunungduk, Suprono, di Kulon Progo, Senin,
mengatakan dirinya sudah dua bulan menggunakan sumur bor untuk
mengairi tanaman padi pada masa tanam kedua (MT II) dan bawang merah
pada MT III.
"Pada pertengahan MT II, saluran irigasi Kalibawang dimatikan,
sehingga menyebabkan tanaman padi kekurangan air. Kemudian petani
seminggu sekali mengairi dengan sumur bor. 40 persen lahan di Bulak
Pesanggrahan memiliki sumur bor," katanya saat ditemui di Bulak
Pesanggrahan Desa Tuksono.
Ia mengatakan pada MT III ini dirinya dan petani menggunakan sumur bor
untuk menyiram tanaman cabai dan bawang merah. Dua tanaman ini
membutuhkan perawatan dan ketersediaan air yang cukup.
"Setiap MT III saluran irigasi tidak mengalir airnya. Kami membuat
sumur bor supaya kami tetap bisa bertanam," katanya.
Saat ini, kata dia, sebagian besar petani menanam cabai dan bawang
merah karena harganya sangat tinggi. Untuk bawang merah, petani bisa
melakukan tunda jual dua sampai tiga bulan hingga harganya tinggi.
"Harga bawang di tingkat petani sebesar Rp10 ribu dan cabai mulai dari
Rp35 ribu sampai Rp55 ribu per kg. Petani masih mendapat keuntungan
dan bisa digunakan untuk biaya tanam MT I," katanya.
Hal yang sama disampaikan Kelompok Tani Sidomaju Desa Tuksono
Mujirohman. Dirinya memanfaatkan sumur bor untuk menyirami tananam
cabainya.
"Setiap MT III, kami pasti memanfaatkan sumur bor. Kalau tidak, kami
tidak bisa menyirami tanaman cabai, bawang merah dan sayur-sayur
lainnya," kata dia.
Ia juga berharap Pemkab Kulon Progo memperbaiki jaringan irigasi yang
mengalami pendangkalan. Setiap awal MT II, tanaman padi terendam air
karena daya tampung irigasi tidak mampu.
"Banyak saluran irigasi yang mengalami pendangkalan dan rusak, tapi
pemkab tidak sigap mengatasi masalah ini," katanya.
Editor:Unggul Tri Ratomo
COPYRIGHT ©ANTARA2015
Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, memanfaatkan sumur bor untuk
mengatasi kekurangan air pada masa tanam ketiga.
Anggota Kelompok Tani Mulyo Gunungduk, Suprono, di Kulon Progo, Senin,
mengatakan dirinya sudah dua bulan menggunakan sumur bor untuk
mengairi tanaman padi pada masa tanam kedua (MT II) dan bawang merah
pada MT III.
"Pada pertengahan MT II, saluran irigasi Kalibawang dimatikan,
sehingga menyebabkan tanaman padi kekurangan air. Kemudian petani
seminggu sekali mengairi dengan sumur bor. 40 persen lahan di Bulak
Pesanggrahan memiliki sumur bor," katanya saat ditemui di Bulak
Pesanggrahan Desa Tuksono.
Ia mengatakan pada MT III ini dirinya dan petani menggunakan sumur bor
untuk menyiram tanaman cabai dan bawang merah. Dua tanaman ini
membutuhkan perawatan dan ketersediaan air yang cukup.
"Setiap MT III saluran irigasi tidak mengalir airnya. Kami membuat
sumur bor supaya kami tetap bisa bertanam," katanya.
Saat ini, kata dia, sebagian besar petani menanam cabai dan bawang
merah karena harganya sangat tinggi. Untuk bawang merah, petani bisa
melakukan tunda jual dua sampai tiga bulan hingga harganya tinggi.
"Harga bawang di tingkat petani sebesar Rp10 ribu dan cabai mulai dari
Rp35 ribu sampai Rp55 ribu per kg. Petani masih mendapat keuntungan
dan bisa digunakan untuk biaya tanam MT I," katanya.
Hal yang sama disampaikan Kelompok Tani Sidomaju Desa Tuksono
Mujirohman. Dirinya memanfaatkan sumur bor untuk menyirami tananam
cabainya.
"Setiap MT III, kami pasti memanfaatkan sumur bor. Kalau tidak, kami
tidak bisa menyirami tanaman cabai, bawang merah dan sayur-sayur
lainnya," kata dia.
Ia juga berharap Pemkab Kulon Progo memperbaiki jaringan irigasi yang
mengalami pendangkalan. Setiap awal MT II, tanaman padi terendam air
karena daya tampung irigasi tidak mampu.
"Banyak saluran irigasi yang mengalami pendangkalan dan rusak, tapi
pemkab tidak sigap mengatasi masalah ini," katanya.
Editor:Unggul Tri Ratomo
COPYRIGHT ©ANTARA2015