Kulon Progo - Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulon Progo Suhardiyana mengatakan hingga tanggal 25 Juli 2019, dampak kekeringan sudah di Kabupaten Kulon Progo semakin meluas dirasakan oleh 4.008 Kepala Keluarga (KK) dengan total mencapai 7.771 jiwa.
Sementara untuk wilayah yang terdampak mencapai 97 Dusun, 24 Desa dan 6 Kecamatan yaitu Kecamatan Samigaluh, Kalibawang, Girimulyo, Kokap, Sebagian Pengasih dan Panjatan. Sebagian wilayah itu berada di sisi utara Kulon Progo.
minggu, 28 Juli 2019."Dari 97 Dusun tersebut, juga termasuk rumah ibadah dan sekolah," ujar Suhardiyana saat dihubungi Tagar minggu, 28 Juli 2019.
Masyarakat juga dihimbau tidak membuang puntung rokok dan membakar sampah sembarangan karena hal itu merupakan salah satu penyebab terjadinya kebakaran.
Dia menambahkan, dampak dari kekeringan di Kulon Progo sangat dimungkinkan bisa lebih luas, mengingat kondisi pada saat ini masih pada awal kemarau. Musim panas tersebut diperkirakan terjadi pada awal Agustus, hingga beberapa waktu setelahnya yaitu Bulan September atau Oktober.
Awas Puntung Rokok
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Kulon Progo Ariadi mengatakan, Pemerintah Kabupaten Kulon Progo sudah mengeluarkan surat edaran. yang menjelaskan jika masyarakat diharapkan bisa menggunakan air secara hemat sesuai kebutuhan, mengingat 41 dari 88 Desa di Kulon Progo termasuk wilayah rawan kekeringan.
"Masyarakat juga dihimbau tidak membuang puntung rokok dan membakar sampah sembarangan karena hal itu merupakan salah satu penyebab terjadinya kebakaran," ujar Ariadi.
Ariadi menjelaskan masyarakat juga diminta untuk selalu waspada dan mengecek instalasi listrik dalam rangka pencegahan korsleting listrik di musim kemarau ini. Meskipun begitu, persediaan air masih mencukupi untuk memasak, dan MCK (mandi cuci kakus).
"Memang sudah sangat sangat berkurang ya. Maka dari itu sejumlah donatur sudah membantu air, disejumlah wilayah, seperti Girimulyo, Kalibawang, Kokap dan sejumlah wilayah lain.
Bijak Gunakan Air
Sementara itu Kepala Stasiun Klimatologi Mlati BMKG Yogyakarta Reni Kraningtyas saat diwawancarai Tagar beberapa waktu lalu mengatakan masyarakat di wilayah kekeringan harus mulai bijak dalam menggunakan air, baik untuk konsumsi maupun pertanian.
"Sementara untuk penggunaan air bersih, harus bisa disiasati oleh masyarakat dengan bijak. Gunakan air secukupnya," ujar Reni.
Dia mengatakan pada periode tiga bulan ke depan untuk wilayah DIY, diperkirakan masih musim kemarau dengan puncaknya terjadi di bulan Agustus. Oleh karena itu, BMKG mengimbau agar masyarakat berhati-hati terhadap potensi kekeringan tersebut. []