KULONPROGO – Kericuhan kembali mewarnai pengukuran lahan untuk pembangunan bandara baru di Provinsi DI Yogyakarta. Tim Pengukuran dan Pendataan Lahan Bandara dari Badan Pertanahan Nasional (BPN) siang tadi, Senin (22/2/2016), telah menyelesaikan pengukuran lahan milik warga terdampak di Pedukuhan Sidorejo, Desa Glagah, Kulonprogo.
Pengukuran ini menyelesaikan 14 bidang tanah yang semuanya berada di Pedukuhan Sidorejo. Tim yang dikawal aparat kepolisian, TNI dan Satpol PP tidak banyak menemui kendala berarti di lapangan. Meski puluhan warga sempat menghadang, namun tidak mampu menggagalkan kerja tim.
Apalagi sebanyak 420 petugas keamanan yang disiagakan melakukan pengamanan berjenjang. Mereka juga membuat barikade dan memasang police line, agar tidak disusupi warga.
“Hari ini kita selesaikan 14 bidang, lima bidang di utara Jalan Diponegoro dan sembilan bidang di Selatan,” jelas Koordinator Satgas A yang juga Kasie Survei dan Pengukuran BPN, Obed Tri Pambudi.
Dengan selesainya pengukuran ini, kata Obed, lahan milik warga yang yang merelakan tanahnya untuk pembangunan bandara sudah terukur. Sebelumnya, lahan ini tidak bisa diukur dan didata karena dihalang-halangi warga penolak bandara.
Diharapkan, pada dua hari ke depan, proses up date data bisa diselesaikan dan pada 26 Februari 2016, hasil pengukuran dan pendataan bisa diserahkan oleh Kanwil BPN kepada PT Angkasa Pura.
“Bagi warga yang tidak boleh, tidak diukur, akan menggunakan data yang ada di sertifikat,” jelasnya.
Jika masih ada pengukuran ulang, kemungkinan akan dilakukan di Desa Glagah dan Desa Palihan. Namun, itu berada di lahan yang kondusif dan tidak banyak warga yang menolak.
Pada pengukuran kemarin, sempat diwarnai kericuhan saat polisi hendak mengukur lahan di sampaing rumah warga. Polisi dan warga sempat terlibat dalam aksi saling dorong. Seorang warga sempat diamankan karena melakukan provokasi. Kesigapan aparat kepolisian juga mampu mengendalikan suasana.
“Kita siagakan sebanyak 428 anggota, bersama TNI dan Satpol PP untuk mengamankan kegiatan ini,” jelas Kapolres Kulonprogo, AKBP Nanang Djuanedi.
Sementara, Ketua Wahana Tri Tunggal (WTT) Martono mengatakan, warga mendapat kejutan dari aparat kepolisian yag menerjunkan ratusan anggotanya. Sebetulnya, WTT tidak mempermasalahkan adanya pengukuran di lahan yang mendukung pembangunan bandara.
Tetapi yang terjadi justu terjadi kericuhan. Penyebabnya, tim tidak memberi kesempatan kepada warga WTT yang berbatasan dengan warga yang pro. Akibatnya, terjadi aksi saling dorong yang mengakibatkan beberapa warga pingsan, kesurupan dan merusak banyak tanaman.
“Kenapa harus banyak. Kita sejak awal memperbolehkan tanah yang diperbolehkan pemiliknya,” jelasnya.
Martono melihat, ada yang dipaksakan dalam pengukuran kemarin. Warga sendiri sebenarnya hanya membentengi lahan mereka agar tidak ikut dipatok. “Kita akan tetap akan jaga tanah yang tidak boleh diukur,” ujarnya.
(fds)
sumber:
http://news.okezone.com/read/2016/02/22/510/1318505/pengukuran-lahan-bandara-kulonprogo-kembali-diwarnai-kericuhan