KULON PROGO, KOMPAS.com - Pemerintah Kabupaten
Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, juga mewaspadai masuknya
virus corona (
Covid-19) lewat tenaga kerja indonesia (
TKI) atau tenaga kerja wanita (TKW) yang bekerja di luar negeri.
Pasalnya, pada musim Lebaran tradisi mudik juga berlaku bagi para pekerja migran yang memanfaatkan momen tersebut.
Tidak sedikit warga Kulon Progo menjadi TKI di negara-negara yang kini terjangkit oleh virus yang jamak disebut sebagai virus corona ini.
"Kami dapat informasi bahwa TKI yang kerja di negara terdampak itu tidak sedikit. Ada kemungkinan jelang Ramadhan saudara kita ini pulang, salah satunya dari negara terdampak," kata Plt Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kulon Progo, Sri Budi Utami, belum lama ini.
Pemerintah melalui dinas kesehatan akan memberi perhatian serius untuk mereka yang bepergian ke luar negeri ini, termasuk kehadiran TKI.
TKI mudik masuk kategori pemantauan dan pengawasan
Dinkes menggolongkannya dalam kelompok yang berada dalam pemantauan atau pengawasan.
Mereka yang masuk kategori mendapat pemantauan atau dipantau secara intens adalah mereka yang baru pulang dari negara terdampak tapi sehat dan tidak menunjukkan gejala sakit.
Sementara mereka yang berada dalam kelompok pengawasan adalah mereka yang datang dari negara terdampak dengan gejala seperti panas, batuk, pilek, pusing dan demam, tapi tidak sesak nafas.
Mereka yang dalam pengawasan ini tergantung berat dan ringannya gejala. Bila gejalanya ringan bisa saja tetap dalam pengawasan sekalipun di rumah atau rawat jalan.
Sedangkan yang mengalami gejala berat dirujuk ke RS yang ditunjuk menangani sakit akibat virus corona.
Warga diminta turut melaporkan
Sri Budi mengungkapkan, semua ini bisa semakin berjalan lancar bila masyarakat turut aktif melaporkan ke Puskesmas terdekat kehadiran TKI maupun mereka yang habis bepergian ke negara terdampak.
Selain itu, TKI mudik maupun mereka yang habis bepergian ke negara terdampak dengan sadar melaporkan dirinya untuk diperiksa atau didata.
"Kami titipkan informasi untuk disampaikan pada masyarakat, bagi tetangga dan saudara kita (untuk) yang pulang dari negara terdampak," kata Sri Budi.
Dinkes tak sendiri, menurut Sri Budi. Semua OPD dan kelompok masyarakat juga terlibat, salah satunya ikut menyosialisasikan penanggulangan menyebarnya virus ini.
"Inilah bagian dari negara hadir untuk melindungi semuanya," kata Sri Budi.
Naikkan level faskes, siagakan RS
Selain itu, Dinkes Kulon Progo menaikkan level semua faskes yang tersebar untuk siaga dan bersiap menghadapi masuknya Covid-19.
Faskes itu baik 21 Puskesmas yang ada di semua kapanewon (kecamatan), klinik pratama, hingga dokter perorangan untuk turut menanggulangi meluasnya virus ini.
Dinkes juga siagakan 2 RS pemerintah dan 7 RS swasta.
"Kita sebenarnya sudah siapkan (faskes) ini sejak berita muncul di beberapa negara, khususnya China," kata Sri Budi.
Warga jangan panik dan jaga kebersihan
Petugas surveilans Puskesmas Samigaluh I, Ali Sukamto mengungkapkan, salah satu upaya siaga itu adalah meningkatkan survailens migrasi.
Surveilans migrasi merupakan salah satu cara menemukan penderita di dalam masyarakat yang datang dan pergi dari daerah endemis.
Karenanya Puskesmas berharap warga membantu menginformasikan kedatangan siapa saja dari luar negeri di wilayah mereka.
Ali mengungkapkan, ini sebagai langkah pencegahan penularan dan penyebaran virus di Kulon Progo.
"Masyarakat perlu membantu memberitahu kita bila ada pendatang dari luar negeri tolong informasikan ke puskesmas. Selanjutnya (bila timbul gejala) penanganan itu puskesmas yang tangani bekerja sama dengan instansi," kata Ali.
Ali mengungkapkan, masyarakat tidak perlu panik. Puskesmas Kulon Progo bisa menjadi saluran informasi pemahaman tentang penanganan dan pencegahan
virus Corona.
Puskesmas menjadi gerbang informasi akurat untuk membendung kabar tidak benar yang beredar di tengah masyarakat.
Masyarakat juga perlu membantu mencegah meluasnya dampak dengan meningkatkan daya tahan, baik lewat asupan, kebersihan, gerakan massa cuci tangan, dan olahraga.