Nelayan (ilustrasi)
REPUBLIKA.CO,ID, KULON PROGO -- Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, memprediksi produksi budi daya perikanan di wilayah setempat akan menurun 30 persen hingga 40 persen pada Juni hingga Agustus 2019.
Kepala Bidang Budi Daya Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Kulon Progo Leo Handoko mengatakan pada penurunan produksi perikanan pada Juni hingga Agustus disebabkan musim bediding atau pancaroba dari musim hujan ke musim kemarau. Kemudian pada Agustus sampai September, penurunan produksi disebabkan ketersediaan air yang minim, yang menyebabkan sebagian pembudi daya ikan mengistirahatkan kolam sampai musim hujan.
"Masa bediding adalah masa peralihan musim hujan ke kemarau. Pada masa ini fluktuasi suhu sangat tinggi. Suhu siang hari panas, dan suhu pada malam hari sangat dingin. Masa bediding ini biasanya terjadi pada Juni-Agustus," kata Leo di Kulon Progo, Senin (17/6).
Ia mengatakan produksi ikan pada Juli sampai September sebanyak 15 persen dari total produksi per tahun, menurun sebesar 20 persen bila dibanding produksi Oktober sampai Desember sebesar 35 persen dari total produksi pertahun.
Rata-rata produksi ikan di Kulon Progo kuartal kedua sebanyak 3.577,5 ton yang terdiri dari produksi lele sebanyak 1.292,7 ton, gurami 511,2 ton, nila 197,9 ton, udang vaname 1.566,6 ton. "Penurunan ini lebih disebabkan minimnya ketersediaan air," katanya.
Sementara itu, Kepala DKP Kulon Progo Sudarna mengatakan berdasarkan pengamatan DKP Kulon Progo, pada 2018 suhu kolam pada siang hari di Juni-Agustus dalam kisaran 26 derajat Celcius hingga 27 derajat Celcius. Menurut BMKG, pada malam hari di Juli 2018, suhu udara di Daerah Istimewa Yogyakarta dapat mencapai 18 derajat Celcius dan bisa menjadi lebih dingin pada air kolam. Perubahan drastis suhu sampai mencapai 5 derajat Celcius dapat menyebabkan stres pada ikan atau membunuhnya.
"Stres pada ikan sangat merugikan karena daya tahan tubuh ikan menjadi rendah sehingga gampang terkena penyakit," katanya.
Selain itu, pada masa ini pembenihan dianjurkan di tempat yang terlindungi dari alam (hatchery tertutup). Jika tidak, dapat dilakukan penutupan kolam dengan terpal atau bahan lain, sehingga suhu air relatif menjadi lebih stabil. Cara itu sudah dibuktikan efektif oleh petani benih lele dari Pati.
Mereka menutup rapat kolam mulai siang hari sampai pagi hari berikutnya. Tutup kolam hanya dibuka sekitar beberapa jam di pagi hari, sekitar 06.00 WIB sampai 11.00 WIB untuk mendapat hangat matahari pagi. Dengan cara ini, bibit lele menjadi lebih tahan terhadap penyakit dan terlindungi dari stres akibat perubahan lingkungan.
"Pembesaran ikan bersifat labirinti, yaitu ikan yang tahan terhadap oksigen (O2) terlarut rendah, seperti ikan lele gurami, patin, dan nila, dapat dilakukan pada masa bediding ini dengan kontrol lingkungan budi daya dan pakan yang ketat," katanya.
Sumber: Antara