Mohon perhatiannya, semua isi berita diblog ini adalah disalin dari berbagai sumber. Dan hanya sebagai arsip pribadi dan Group Komunitas Warga Kulon Progo.

Seluruh informasi termasuk iklan diblog ini bukan tanggung jawab kami selaku pemilik blog. Kami hanya Memberikan tempat kepada para pengiklan dan sebagai ,media sharing


 tarif jasa kami
KEMBALI KE HALAMAN AWAL – LC FOTOKOPI  *  TARIF JASA FOTOKOPI, PRINT, SCAN, KETIK, PRINT , DLL.   *   MELAYANI PRINT, PRINT COPY SECARA ONLINE


11 May 2019

Mudik ke Kulon Progo, Yuk Mampir ke Pemecah Gelombang Pantai Glagah


ANGGARA WIKAN PRASETYA

Kompas.com


Kompas.com/Anggara Wikan Prasetya Pemecah Gelombang di Pantai Glagah, Kulon Progo.

KULON PROGO, KOMPAS.com – Mudik merupakan tradisi tahunan yang dilakukan masyarakat Indonesia pada momen Hari Raya Idul Fitri. Tak hanya bertemu keluarga dan sanak saudara, mudik biasanya satu paket dengan aktivitas berwisata.

Bagi mereka yang bertujuan atau sekadar melewati Kulon Progo saat mudik, ada baiknya untuk berkunjung ke obyek-obyek wisata di sana. Saat ini ada banyak obyek wisata menarik di Kulon Progo yang sayang untuk dilewatkan.
 
Salah satu obyek wisata yang kini menjadi salah satu ikon Kulon Progo adalahPantai Glagah. Hal itu karena terdapat pemecah gelombang yang langka di pantai ini sehingga membuat banyak orang penasaran.

Pantai Glagah berlokasi di Desa Glagah, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Pantai yang berada di selatan Bandar Udara Yogyakarta Internationa Airport (YIA) ini berjarak sekitar 42 kilometer dari pusat Kota Jogja.

Benteng pemecah gelombang

Pemecah gelombang merupakan atraksi wisata utama yang ada di Pantai Glagah. Banyak pengunjung datang ke pantai ini untuk melihat secara langsung seperti apa pemecah gelombang itu.

Ada dua pemecah gelombang di kawasan Pantai Glagah ini. Pemecah gelombang yang banyak dikunjungi wisatawan ada di sisi barat yang satu bagian dengan kawasan pantai pasir Glagah. Pemecah gelombang sisi timur bisa dijangkau melalui Dermaga Adikarta.

Ombak yang menghantam pemecah gelombang menjadi atraksi menarik lain di Pantai Glagah ini. Saat sedang besar, ombak yang menghantam pemecah gelombang akan menghasilkan percikan air raksasa nan menakjubkan.



Kompas.com/Anggara Wikan Prasetya Pemecah Gelombang di Pantai Glagah, Kulon Progo

Momen inilah yang dinantikan oleh para pengunjung untuk berfoto. Mereka berharap agar bisa berfoto dengan latar belakang percikan air yang besar ketika ombak besar menghantam pemecah gelombang.

Namun, momen ini tidak bisa diperkirakan. Pengunjung harus memperhatikan gelombang yang ada di laut selatan. Saat ombak kemungkinan besar, mereka harus segera berpose untuk menangkap momen ketika ombak menghantam pemecah ombak.

Namun, tidak selalu ombak yang menghantam cukup besar untuk menghasilkan percikan air besar. Tidak jarang saat sudah berpose untuk foto, ombak terlalu kecil sehingga tidak menghasilkan momen yang diharapkan.

Atraksi wisata lain

Selain pemecah gelombang, masih ada atraksi wisata lain yang bisa dikunjungi di Pantai Glagah. Ramainya obyek wisata ini membuat banyak orang yang berjualan di sepanjang jalan menuju pemecah gelombang sehingga tampak seolah seperti pasar.

Aneka makanan dan suvenir menarik bisa didapatkan di pasar tersebut, mulai dari kaus, buah jambu, hingga undur-undur laut. Bahkan ada pula kolam renang untuk pengunjung yang membawa anak.



Kompas.com/Anggara Wikan Prasetya Perahu Wisata di Pantai Glagah, Kulon Progo.

Selain itu, ada pula perahu wisata yang akan membawa pengunjung berkeliling danau yang berada di kawasan Pantai Glagah ini. Menurut pengamatan KompasTravel, Minggu (28/04/2019), ada banyak pengunjung yang naik perahu wisata ini.

Tiket masuk Pantai Glagah cukup terjangkau, yakni hanya Rp 5.000. Waktu terbaik untuk berkunjung ke sini adalah sore hari menjelang matahari terbenam ketika cuaca sedang cerah.

PenulisAnggara Wikan Prasetya
EditorSri Anindiati Nursastri
Share:

Gubernur DIY dukung pembangunan Embarkasi Haji Kulon Progo

 

Kulon Progo (ANTARA) - Rencana pembangunan embarkasi haji di Desa Triharjo, Kecamatan Wates, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, sudah mendapat izin dari Gubernur Sri Sultan HB X, kata Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo.

Hasto di Kulon Progo, Jumat, mengatakan awalnya, pemkab mengusulkan dua kandidat lokasi embarkasi haji, yaitu di Desa Hargomulyo, Kecamatan Kokap dan Desa Margosari, Kecamatan Pengasih.

Ngarso Dalam (Sri Sultan HB X) mengarahkan kalau tanah yang digunakan merupakan tanah Kasultanan atau tanah Pakualaman, jangan sampai dijadikan tanah negara atau tanah pemerintah karena menyebabkan status tanah Kasultanan dan Pakualaman hilang.

"Ngarso Dalem sangat mendukung rencana kami untuk mengupayakan pembangunan embarkasi haji di Kulon Progo dengan catatan jangan menghapuskan kepemilikan tanah Kasultanan dan Pakualaman," kata Hasto.

Ia mengatakan dukungan dari Ngarso Dalem sudah jelas, sehingga Pemkab Kulon Progo akan bekerja cepat untuk pembangunannya.

"Kebutuhan embarkasi haji sangat penting yang terintegrasi imigrasi. Konsep kami itu, membangun embarkasi haji terintegrasi dengan imigrasi," katanya.

Hasto mengatakan dampak adanya embarkasi di Kulon Progo, yakni urusan umrah dan haji bisa diambilalih oleh Kulon Progo. Urusan imigrasi juga di Kulon Progo, sehingga urusannya lebih komplek ada di Kulon Progo.

"Kami akan membesarkan imigrasi dengan adanya umrah, haji yang berangkat dari Kulon Progo. Bandara internasional itu identik dengan imigrasi, sehingga turis asing centernya di Kulon Progo," katanya.

Dia mengatakan lahan yang dibutuhkan untuk pembangunan embarkasi haji, idealnya enam hektare. Tapi, lahan di Triharjo, luasnya lebih dari enam haktare, yang terdiri dari dua hektare tanah milik pemerintah dan enam hektare milik tanah kas desa.

Rencana pembangunan embarkasi akan diusulkan mulai 2020, dan pada 2019 ini fokus menyelesaikan administrasi kepemilikan tanah.

"Kami target pembebasan tanah pada akhir tahun ini, kemudian tahun depan pembangunannya. Kalau tahun ini selesai proses pengadaan tanahnya, bersamaan menyusun rencana detail teknis, kemudian kami ajukan ke Kementerian Agama," katanya.

Lebih lanjut, Hasto mengatakan Pemkab Kulon Progo bekerja sama dengan Kementerian Agama untuk membangun embarkasi haji.

"Apakah nanti menggunakan dana jamaah haji yang uangnya dikelola Kementerian Agama, atau sumber lain. Kementerian Agama sendiri sudah menunjukkan ketertarikan bahwa lebih baik di bawah Kementerian Agama," katanya.

Sementara itu, Kepala Desa Triharjo, Samsu Giharto mengatakan belum lama ini pihaknya telah berkomunikasi dengan Dinas Pertanahan dan Tata Ruang Kulon Progo terkait pemanfaatan lahan seluas sembilan hektare di wilayahnya untuk dijadikan lokasi embarkasi haji.

Lahan tersebut meliputi lima hektare tanah kas desa dan empat hektar tanah Paku Alam Ground (PAG). Untuk tanah kas desa, lokasinya berada di area persawahan Desa Triharjo. Saat ini difungsikan sebagai perkebunan tebu dan telah dikontrak rutin oleh Pabrik Madukismo, Bantul selama satu tahun. Beberapa hektare di antaranya digunakan petani setempat untuk menanam padi.

Sedangkan tanah yang berstatus milik PAG mencakup kawasan gedung balai desa dan hunian serta tempat usaha warga sekitar.

"Total ada 10 kepala keluarga, tapi itu tidak ada masalah, karena bukan tanah hak milik mereka," ujarnya.

Samsu memastikan, pemerintah desa dan masyarakat menyambut baik rencana pemanfaatan lahan tersebut untuk dijadikan Embarkasi Haji. Namun, sebelum melangkah lebih jauh, pemerintah terlebih dulu harus memberi kepastian ihwal nasib warga terdampak.

"Jadi ada tiga yang perlu diperhatikan, pertama soal hunian warga di PAG, mereka juga ingin dapat tempat baru, lalu lahan pengganti untuk petani, dan terakhir soal nasib tanah pelungguh [tanah bengkok] yang merupakan hak perangkat desa," kata dia.

Pewarta: Sutarmi
Editor: Budi Santoso
COPYRIGHT © ANTARA 2019
Share:

Soal Pengangkatan Bupati Kulon Progo Jadi Kepala BKKBN Viral di Medsos


Bupati Kulon Progo, Hasto Wardoyo. Foto: Tugu Jogja.


Bupati Kulonprogo, Hasto Wardoyo, santer dikabarkan diangkat menjadi Kepala BKKBN oleh Presiden Joko Widodo. Surat pengangkatan Hasto sebagai Kepala BKKBN beredar luas melalui media sosial di Kulonprogo. Hanya saja dalam surat tersebut memang belum ditangani oleh Presiden Jokowi.

Dalam Surat Keputusan (SK) Nomor 33/TPA Tahun 2019 tentang Pengangkatan Pejabat Pimpinan Tinggi Utama di lingkungan BKKBN, Bupati Hasto ditetapkan sebagai Kepala BKKBN. Hanya saja dalam surat itu belum tercantum tanda tangan Presiden Joko Widodo. Namun baru ditandandatangani Deputi Bidang Administrasi Sekretaris Kabinet, Farid Utomo.
 
Sekretaris Daerah (Sekda) Kulonprogo, Astungkoro, ketika dikonfirmasi mengaku belum menerima surat tersebut secara resmi. Sehingga pihaknya berharap masyarakat untuk bersabar menunggu kepastian kebenaran surat tersebut.

"Iya, sudah banyak yang menanyakan. Saya sendiri tidak tahu surat itu darimana,"tutur Astungkoro ketika dikonfirmasi, Kamis (9/5/2019) malam.

 Sampai saat ini memang belum ada surat resminya. Namun demikian ia mengaku sudah menanyakannya ke Bupati Hasto Wardoyo, dan bahkan mengucapkan selamat. Namun Bupati Hasto Wardoyo juga mengaku belum menerima surat secara resmi dari pemerintah pusat.

Karena belum ada surat resmi, pemerintah Kulon Progo sendiri belum mengambil langkah apapun terkait dengan pengangkatan orang nomor satu di Kulonprogo tersebut. Jika memang nanti ada surat resmi yang memastikan pengangkatan tersebut, barulah akan ada proses termasuk dari Kementrian Dalam Negeri.

"Kita tetap menunggu surat resminya,"tandasnya.

Berikut ini adalah surat pengangkatan Hasto sebagai Kepala BKKBN beredar luas di media sosial.

Surat pengangkatan Hasto sebagai Kepala BKKBN beredar luas di media sosial. Foto: erl.

Bupati Kulon Progo sendiri belum bisa dikonfirmasi. Pesan singkat ataupun telepon ke nomor pribadinya juga belum ada respon. Karena berdasarkan asisten pribadinya, Hasto Wardoyo baru saja mendarat di Bandara Adisutjipto

"Bapak baru saja landing,"tutur Ajudan Bupati Kulonprogo, Alfian. (erl/adn)

Disalin dari : https://kumparan.com/tugujogja/soal-pengangkatan-bupati-kulon-progo-jadi-kepala-bkkbn-viral-di-medsos-1r2wMtcz0mg
Share:

Penambang di Kulon Progo Segera Dilatih Cari Emas Tanpa Merkuri




TRIBUNJOGJA/Bramasto Adhy


TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Pelatihan pengolahan emas tanpa menggunakan merkuri akan diberikan kepada para penambang emas di Kecamatan Kokap.

Diharapkan ke depannya penambangan emas tidak merusak lingkungan.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kulon Progo, Arief Prastowo mengatakan pelatihan yang diinisiasi Badan Pengkajiand an penerapan teknologi (BPPT) DIY itu rencananya akan dilakukan pada Juni mendatang.


Lembaga tersebut menurutnya telah merampungkan proyek percontohan pengolahan emas tanpa merkuri yang berjalan sejak tahun lalu sehingga bisa segera diaplikasikan secara luas.


"Harapannya, setelah ada fasilitas pengolahan emas tanpa merkuri, penambang emas ilegal di Kokap segera mengurus izin dan tidak lagi memakai merkuri untuk pengolahannya," kata Arief, Selasa (7/5/2019).

Area penambangan emas di Kokap mencapai luasan sekitar 100 Hektare dan sudah ditetapkan menjadi wilayah pertambangan rakyat (WPR).

Sebarannnya antara lain di Desa Kalirejo (75 Ha) dan Hargorejo (25 Ha) meski DLH belum mengetahui pasti jumlah penambangaktifnya lantaran pada 2013 sempat terhenti aktivitasnya.

Diakuinya, mayoritas penambang emas di Kulon Progo masih menggunakan merkuri.

Padahal, penggunaan zat kimia itu dilarang lantaran merusak lingkungan.

Pelatihan yang akan digelar nantinya menyasar penambangemas skala kecil agar bisa meraih emas tanpa merusak alam.
Share:

DKP Kulon Progo Beri Pelatihan Teknik Mesin Kapal bagi Nelayan Kecil




TRIBUNJOGJA.COM / Suluh Pamungkas
 
TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kulon Progo pada tahun ini memberikan pelatihan perbaikan mesin motor perahu tempel kepada nelayan kecil.

Pelatihan itu diharapkan bisa menunjang aktivitas nelayan dalam mencari ikan.

Kepala Bidang Pemberdayaan Nelayan Kecil, DKP Kulon Progo, Sugiharto mengatakan kegiatan nelayan mencari ikan di laut tidak bisa lepas dari penggunaan kapal mesin.


Maka itu, penting bagi nelayan untuk mengetahui seluk beluk mesin kapal tersebut.

Pasalnya, sangatlah fatal jika mesin kapal rusak ketika nelayan masih berada di areal penangkapan ikan sedangkan mereka tidak tahu cara memperbaikinya.

 "Kalau itu terjadi, mereka hanya bisa menunggu bantuan datang atau mendayung hingga tepi. Karena itu, DKP akan mengadakan pelatihan teknis perbengkelan mesin perahu motor tempel (PMT) untuk nelayan yang aktif melaut," kata Sugiharto, Rabu (8/5/2019).

Menurutnya, ada dua unit mesin PMT yang disediakan untuk pelatihan itu.

Nelayan tidak hanya membongkar lalu memasang saja melainkan juga harus bisa mendeteksi kerusakan dan langkah perbaikannya.

Meski hanya berupa praktik perbaikan ringan, diharapkannya nelayan mampu mengetahui antar bagian mesin tersebut.

Berikut, tahu cara pembongkatan, mengindikasi kerusakan, cara perbaikan, perawatan, hingga pemasangan kembali ke badan kapal.

"Ketika mesin rusak di tengah laut saat menangkap ikan, mereka tahu langkah yang harus dilakukan. Juni mendatang juga ada pelatihan lanjutan oleh DKP DIY. Nelayan yang tertarik bisa menghubungi kami," kata Sugiharto.

Kepala DKP Kulon Progo, Sudarna mengatakan pihaknya intensif memberi pelatihan bagi nelayan kecil Kulon Progo agar lebih profesional.

Dengan memahami teknik permesinan, diharapkannya mereka bisa memperbaiki secara mandiri mesin perahu yang rusak di saat melaut.(TRIBUNJOGJA.COM)
Share:

Musim Kemarau dan Kekeringan di Kulon Progo Diprediksi Tak Separah Tahun Lalu



NET



TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (B{BD) Kulon Progo memprediksi musim kemarautahun ini tidak separah tahun lalu. Krisis air bersih dimungkinkan tidak akan berdampak pada banyak warga.

Kepala Pelaksana BPBD Kulon Progo, Ariadi mengatakan pada tahun lalu cukup banyak warga yang mengalami kesulitan mendapatkan air bersih.

Setidaknya ada 7.000 warga di 109 pedukuhan yang mengalami krisis air bersih. Hal ini lantaran kemarau tahun lalu bertepatan dengan adanya penutupan saluran induk irigasi Kalibawang untuk pekerjaan perbaikan dan pemeliharaan.


Kondisi itu mengakibatkan lahan pertanian seluas 3.936 hektare tidak mendapat pasokan air serta berimbas kepada warga yang membutuhkan air di sekitar saluran tersebut.

"Proyek itu saat ini sudah masuk tahap penyelesaian sehingga dimungkinkan tahun ini ada penurunan dampak kemarau. Sampai sekarang belum ada laporan krisis air yang masuk," kata Ariadi, Rabu (8/5/2019).

Meski diprediksi dampak kemarau tahun ini tidak separah tahun lalu, Ariadi mengatakan pihaknya tetap melakukan sejumlah langkah antisipasi.

Antara lain berkoordinasi dengan instansi terkait, seperti PMI, Dinas Sosial dan PDAM, serta penyiapan anggaran bencana. Tahun lalu, BPBD Kulon Progo mengambil anggaran sebesar Rp450 juta dari Dana Tak Terduga (DTT) untuk penanganan bencana kekeringan meski hanya terpakai Rp148 juta. (Tribunjogja I Singgih Wahyu)

Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Musim Kemarau dan Kekeringan di Kulon Progo Diprediksi Tak Separah Tahun Lalu, http://jogja.tribunnews.com/2019/05/08/musim-kemarau-dan-kekeringan-di-kulon-progo-diprediksi-tak-separah-tahun-lalu.
Penulis: ing
Editor: has
Share:

06 May 2019

Bupati Kulon Progo Raih Penghargaan TOP Pembina BUMD 2019

TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Bupati Kulon Progo, Hasto Wardoyo menerima penghargaan sebagai pembina BUMD terbaik dalam ajang TOP BUMD 2019 di Jakarta, Kamis (2/5/2019) lalu.

Ia dinilai sukses memberi kontribusi dalam memajukan badan usaha milik daerah hingga berprestasi.
Dalam ajang penghargaan itu, BUMD di bawah naungan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, PT Selo Adikarto (SAK) meraih penghargaan sebagai BUMD berprestasi dan berkinerja terbaik.
Penentuan Pemenang TOP Pembina BUMD dilakukan berdasarkan prestasi yang diraih oleh BUMD terkait.
Dengan dasar penilaian dan pertimbangan bahwa keberhasilan BUMD tidak terlepas dari komitmen, dukungan, dan pembinaan kepala daerahnya
Atas penghargaan ini, Hasto mengucapkan syukur dan rasa terimakasihnya kepada segenap direksi BUMD di lingkup Pemkab Kulon Progo serta masyarakat yang telah mendukung kinerja badan usaha tersebut.
Dia mengungkapkan, PT SAK telah membuktikan kemampuannya untuk bangkit dari keterpurukan.
Bertahun-tahun lalu, perusahaan bidang aspal dan beton ini terlilit hutang dengan jumlah tak sedikit. 
"Akhirnya bisa terselesaikan dengan baik dan perusahaan ini bangkit hingga mampu menghasilkan keuntungan lebih dari Rp5 miliar setahun," kata Hasto, Jumat (3/5/2019).
Saat ini, perusahaan tersebut mampu membikin aspal mixing plant, batching plant, dan punya produk Beton-Ku (Beton Kulon Progo).
Menurutnya, pembinaan BUMD juga menjalankan nilai Bela Beli Kulon Progo.
Dengan memproduksi aspal dan beton, masyarakat yang akan mengaspal jalan atau membutuhkan beton bisa membeli produk lokal.
Hasto juga menyebut, BUMD lainnya cukup berprestasi.
Di antaranya, PDAM Tirta Binangun sukses membuat air minum dalam kemasan Air-Ku dan memperoleh penghargaan.
Lalu, perusahaan ini juga menjalin nota kesepahaman (MoU) dengan PT Angkasa Pura I di mana air bersih untuk kebutuhan di bandara Yogyakarta International Airport (YIA) dipasok dengan air dari PDAM.
"Air minumnya juga menggunakan Air-Ku," kata Hasto.(TRIBUNJOGJA.COM)
Share:

02 May 2019

Ini Nama Resmi Bandara Kulon Progo


Foto: angkasa pura II

Yogyakarta - Yogyakarta International Airport (YIA) resmi dipilih sebagai nama bandara baru di Kabupaten Kulon Progo, DI Yogyakarta (DIY). Segala persiapan telah dilakukan Kementerian Perhubungan untuk menyambut operasi perdana pada akhir bulan April ini.

"Nama resmi Yogyakarta International Airport (YIA), atas saran Ngarso Dalem (Sri Sultan Hamengku Buwono X, Gubernur DIY). Dan kita setuju semua," kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi di sela meninjau Bandara YIA, Rabu (24/4/2019).

Budi menyampaikan kementeriannya sedang mengusulkan agar operasional perdana bisa ditandai dengan pendaratan pesawat kepresidenan bersama Presiden Jokowi.


"Operasi perdana tunggu waktu presiden untuk landing pertama kali di Kulon Progo, kita harapkan Indonesia 1 yang landing di sini," jelas Budi.

"Kita sedang usulkan ke presiden, untuk melaksanakan penerbangan pertama. Kita harapkan pekan depan, waktunya kita persilakan ke presiden," lanjutnya.


Sertifikat bandar udara juga telah keluar setelah memenuhi syarat minimum safety dan security. Saat ini Angkasa Pura I tinggal menyelesaikan finishing untuk minimum operasi.

"Terminalnya masih berproses, runway sudah selesai 100 persen dengan kualifikasi paling baik di Indonesia, dari panjang 3.200, lebar 75 meter, dan daya dukung di atas 100, memungkinkan runway ini bisa digunakan untuk pesawat apapun, misalnya 380 airbus, bisa mendarat di sini," terang Budi.

"Bandara satu cerminan dari pemerintah pusat yang akan membuat 'empat Bali', yaitu Danau Toba, Yogyakarta, Mandalika, dan Labuhan Bajo. Borobudur dari sini cukup dekat, artinya turis-turis yang selama ini ke Indonesia lewat Soekarno-Hatta, lewat Bali, diharapkan nanti lewat sini. Yogya sebagai salah satu tujuan wisata, kita kerja sama dengan pemerintah daerah," imbuh Budi.

Sementara itu untuk aksesibilitas calon penumpang YIA, tahap pertama menggunakan kereta api yang bisa diakses dari Stasiun Maguwo dan Stasiun Tugu kemudian berhenti di Stasiun Wojo.

"Juga disiapkan bus Damri, kalau kereta api berangkat dan berhenti di Maguwo dan Tugu, bus akan berhenti ujungnya di Terminal Giwangan," ujar Budi.

"Tapi yang akan datang, atas saran gubernur (DIY), kita akan bangun kereta api langsung dari Yogya ke sini (dalam kompleks bandara). Itu akan selesai kira-kira akhir 2020," pungkasnya.
Share:

Kakek 85 Tahun di Kulon Progo Ditemukan Tewas Membusuk Dalam Rumahnya



ISTIMEWA
Ilustrasi Mayat
 
TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Tri Harjono (85), warga Pedukuhan Pulo, Desa Gulurejo, Kecamatan Lendah, ditemukan dalam kondisi tak bernyawa di rumahnya sendiri, Selasa (30/4/2019) malam.

Saat ditemukan, tubuhnya dalam kondisi sudah membusuk.

Peristiwa itu terkuak sekitar pukul 18.00 WIB ketika seorang tetangga, Udin mengunjungi rumah kakek tua itu sambil membawakan makanan.


Harjono diketahui hidup sendirian di rumah tersebut karena ditinggal anak-anaknya merantau ke kota lain.

Saat datang, Udin mendapati seluruh pintu rumah dalam kondisi terkunci. Panggilannya kepada pemilik rumah selama beberapa kali tak mendapat sahutan hingga membuatnya curiga.

Udin lantas meminta pertolongan dari kerabat dekat Harjono untuk membantu membuka pintu dan memastikan kondisi kakek tersebut.

Mereka pada akhirnya mendobrak paksa pintu rumah Harjono yang terkunci dan sejurus kemudian dikagetkan dengan kondisi dalam rumah.

Harjono sudah meninggal dunia di dalam rumah dengan tubuh yang bengkak dan mengeluarkan bau tak sedap. Mereka lalu memanggil sejumlah tetangga dan kemudian melaporkannya pada pihak berwajib.

"Dari hasil pemeriksaan medis di lokasi, tidak ditemukan tanda penganiayaan. Lebih karena faktor usia dan penyakit," kata Kapolsek Lendah, AKP Sutarno, Rabu (5/1/2019).

Petugas menduga Harjono sudah meninggal sejak dua hari belakangan. Para tetangga mengaku masih melihat kakek tersebut beraktivitas pada Minggu (28/4/2019). Setelah pemeriksaan, jenazah langsung diserahkan pada pihak keluarga untuk proses pemakaman. (Tribunjogja I Singgih Wahyu)



Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Kakek 85 Tahun di Kulon Progo Ditemukan Tewas Membusuk Dalam Rumahnya, http://jogja.tribunnews.com/2019/05/01/kakek-85-tahun-di-kulon-progo-ditemukan-tewas-membusuk-dalam-rumahnya.
Penulis: ing
Editor: has
Share:

13 April 2019

Leptospirosis di Kulonprogo: 11 Kasus, Dua Meninggal Dunia


Ilustrasi hewan pengerat. - JIBI



Harianjogja.com, WATES—Dinas Kesehatan (Dinkes) Kulonprogo mencatat selama tahun ini sudah ada 11 kasus leptospirosis dengan dua orang meninggal dunia akibat penyakit yang biasa menyerang petani itu.

Kepala Bidang Pencegahan dan Perlindungan Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Kulonprogo Baning Rahayujati mengatakan Dinkes selalu mendata tiap minggunya kasus leptospirosis yang terjadi di masyarakat.

Kasus leptospirosis tersebut biasa menyerang petani di Kulonprogo karena bakteri leptospira interrogans yang menyebabkan penyakit leptospirosis ada di lingkungan persawahan dan ladang. Sumbernya yaitu urine tikus di sawah dan ladang tersebut.

Berdasarkan pendataan Dinkes, belum genap pertengahan tahun, sampai saat ini sudah ada 11 temuan kasus leptospirosis. Jika berkaca di tahun lalu, total Dinkes menemukan 26 kasus leptospirosis dengan lima orang meninggal dunia.

“Leptospirosis itu yang diserang sistem air kencing. Biasanya kematian terjadi karena gagal fungsi organ tersebut. Jadinya kami [Dinkes] upayakan agar secepat mungkin menemukan kasus leptospirosis,” ujar Baning, Jumat (12/4/2019).

Dia menjelaskan untuk sebaran penyakit leptospirosis di Kulonprogo ada di semua kecamatan secara merata dengan rentang usia penderita berkisar pada 15 tahun ke atas.

Pelaksana Harian Kepala Dinkes Kulonprogo Ananta Kogam Dwi Korawan mengimbau agar dalam mencegah penyakit leptospirosis, masyarakat harus menerapkan perilaku hidup sehat dalam kesehariannya.

Apabila terindikasi ada barang-barang yang terdapat urine tikus maka segera dihindari kontak langsung. Apabila sudah terlanjur ada kontak, maka harus langsung membasuhnya dengan deterjen atau sabun.

Selengkapnya baca di https://jogjapolitan.harianjogja.com/read/2019/04/13/514/985012/leptospirosis-di-kulonprogo-11-kasus-dua-meninggal-dunia
Share:

BERITA KULON PROGO TERBARU

SITEMAP