KULON PROGO, KOMPAS.com - Belasan pria maupun wanita bekerja penuh ketelitian pada sebuah pabrik kecil yang memiliki bilik-bilik teratur. Pabrik ini berada di belakang Rumah
BatikSinar Abadi (SAB) yang berada di Desa Ngentakrejo, Kecamatan Lendah, Kabupaten
Kulon Progo, Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Mereka bekerja dalam ketenangan, jauh dari hiruk pikuk. Lima perempuan yang hampir setengah baya lebih memilih khusyuk mencanting atau menoreh malam di lembaran katun. Di bilik sebelah, dua pria sibuk mencap lilin membentuk motif
batik pada kain katun putih polos.
Pada kamar lainnya lagi tampak dua orang sibuk mengulas warna pada sebuah motif burung merak. Sementara di sudut lain, seorang pria sedang mencelup kain di kolam warna sambil menunggu memasak kain.
Dari aktivitas dapur pabrik inilah diproduksi 800 kain batik cap dan 50-100 batik tulis setiap bulan. Motif beragam ads Gringsing, Kawung, Sidomukti, Dipanegara ataulah Geblek Renteng khas Kulon Progo itu sendiri. SAB memproduksi kain batik sejak 2008.
Pemilik SAB, Agus Faturohman mengungkapkan bahwa belakangan ini pabriknya tengah melebarkan ragam jenis produk. Tidak hanya kain dan baju batik, tetapi juga pasmina, syal, jilbab, hingga sapu tangan.
Kita sudah mulai produksi seperti syal dan pasmina, tanpa mengurangi kapasitas produksi (kain batik). Malah kapasitas produksi ditingkatkan," kata Agus di Rumah SAB di Lendah, Minggu (7/4/2019).
Langkah ini terkait dengan rencana beroperasinya Bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) di Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo sebentar lagi.
Bandara ini sejatinya tengah memasuki tahap penyempurnaan dan persiapan untuk melayani penumpang pesawat terbang pada April 2019 ini.
Salah satu kesiapan berupa membuka gerai yang menjajakan
suvenir maupun jajanan yang bakal membuat penumpang pesawat semakin puas pada layanan bandara. Gerai menyajikan produk-produk lokal Yogyakarta yang bakal dicari nanti, termasuk batik.
Agus mengungkapkan ada 20 produk khas dari berbagai daerah di Yogya, baik makanan dan non makanan, yang masuk outlet di
Bandara NYIA nanti.
Sebanyak 8 di antaranya adalah produk khas Kulon Progo, termasuk SAB. Semua produk terpilih lewat seleksi kurasi ketat karena pertimbangan kualitas yang sangat baik dan kesan prestisius.
"Kalau selama ini kami main di kain denga nturunan baju pria dan wanita saja. Ke depan kami harus banyak turunan untuk kebutuhan bandara, misal pasmina, juga bisa jilbab. Perlu suvenir lain yang kecil-kecil. Maka kami mulai memproduksi hal-hal seperti ini," kata Agus.
Khusus produk SAB bermotif kekayaan budaya Yogyakarta dan tetap menonjolkan identitas dan karakter Kulon Progo.
Batik kontemporer
Agus meyakini, batik kontemporer, terkesan dinamis dan tidak membosankan, juga dikemas dalam permainan warna yang menggugah minat beli, diyakini bisa menarik penumpang pesawat yang datang, utamanya bagi kalangan muda dan dewasa.
Operasional awal bandara diyakini memang belum maksimal. Gelombang penumpang tentu belum besar, dan masih dari Asia Tenggara, seperti Malaysia dan Singapura. Ia yakin kekhasan batik Yogyakarta akan menarik bagi mereka.
"Kita menciptakan yang lebih kontemporer agar terlihat dinamis tidak terlalu pakem. Ini bakal menarik kalangan muda dan dewasa yang sifatnya dinamis. Corak tetap Geblek Renteng sebagai basic tapi ada modifikasi dengan motif klasik," kata Agus.
Kepala Seksi Fasilitasi Pengembangan Simpan Pinjam, Ridwan Dhaniarsa Rachman (Dhani), mengungkapkan ada delapan produk UMKM Kulon Progo yang siap mengisi booth galeri di NYIA nanti.
Selain batik SAB ada coklat Pawon Gendis dari Kecamatan Kalibawang, kopi merk Starprog, abon cabai KAKB Melati di Temon.
Sementara yang bukan makanan seperti, tenun ulat sutra samia Jamtra di Pengasih, juga produk tas dan jam dengan motif Geblek Renteng merk MOA, kaos Sugriwa Subali, hingga kerajinan miniatur gamelan Melati Surya Handycraft.
Dhani mengungkapkan, Dinas Koperasi DIY mengumpulkan semua produk unggulan dari kabupaten kota itu lalu mengaturnya di booth tenant NYIA nanti.
"UKM mengirim stok produknya ke dinas DIY. Dinas yang secara teknis mengaturnya di booth tenant. SPG dan SPB juga direkrut dinas untuk menjaga booth tersebut. Jadi bukan UKM yang menjaga produknya," kata Dhani.
Produk Kulon Progo mendapat porsi cukup besar. Terdapat dua titik booth yang menyediakan produk UMKM Kulon Progo selama dua bulan ke depan di NYIA.
Dalam perjalanan nanti pula akan disediakan galeri UMKM DIY yang lebih besar hingga seluas 1.600 m2.
Dhani mengungkapkan, Kulon Progo merasa sangat penting menunjukkan kreativitasnya di NYIA. Pasalnya, warga maupun pelaku UMKM Kulon Progo tentu tidak hanya mau jadi penonton saja.
Dengan kesempatan ini, Dinkop Kulon Progo mengharapkan warga maupun pelaku
UMkM lain kian terdorong jadi pemain utama dalam mengenalkan dan memasarankan produknya. Semua UMKM terus berlomba memperbaiki produk dan kualitasnya bila ingin masuk di bandara.
Kesempatan itu terbuka lebar. Dinas Koperasi DIY bakal rutin mengadakan kurasi bagi UMKM kreatif setiap dua bulan. Ia mengharapkan, lebih banyak pelaku UMKM yang ikut serta.
"Yang belum lolos bisa ikut kurasi dengan catatan memperbaiki produknya sesuai rekomendasi para kurator. UKM yang belum ikut kurasi juga terbuka untuk ikut kurasi selanjutnya," kata Dhani.
Sementara itu, Manajer Proyek Bandara NYIA dari PT Angkasa Pura I Tauchid Purnama Hadi mengungkapkan, tenant sudah mulai berbenah saat ini. Mereka menargetkan selesai pada 15 April 2019.
"Target kami tanggal 15 April semua tenant sudah selesai dan sudah siap untuk membuka gerainya di terminal," kata Tauchid lewat pesan singkat.
Berita selengkapnya https://regional.kompas.com/read/2019/04/08/09472511/bandara-nyia-segera-beroperasi-produk-khas-kulon-progo-disiapkan-jadi?page=all