Mohon perhatiannya, semua isi berita diblog ini adalah disalin dari berbagai sumber. Dan hanya sebagai arsip pribadi dan Group Komunitas Warga Kulon Progo.

Seluruh informasi termasuk iklan diblog ini bukan tanggung jawab kami selaku pemilik blog. Kami hanya Memberikan tempat kepada para pengiklan dan sebagai ,media sharing


 tarif jasa kami
KEMBALI KE HALAMAN AWAL – LC FOTOKOPI  *  TARIF JASA FOTOKOPI, PRINT, SCAN, KETIK, PRINT , DLL.   *   MELAYANI PRINT, PRINT COPY SECARA ONLINE


28 July 2015

Pegunungan Menoreh Menyimpan Potensi Batu Akik

Harianjogja.com, KULONPROGO—Kulonprogo ternyata menyimpan beragam
jenis batu akik yang berkualitas tinggi. Batu akik jenis pancawarna
gembor dan fire opal pun menjadi ikon batu mulia Bumi Menoreh.

Pengawas Pertambangan Bidang ESDM Dinas Perindustrian Pertambangan dan
Energi Sumber Daya Mineral Kulonprogo Aris Yamyuri mengungkapkan
potensi batu mulia di kabupaten ini tersebar di hampir semua
kecamatan.
Potensi yang cukup besar hanya ada di beberapa kecamatan, seperti
Girimulyo, Kokap, Samigaluh, dan sebagian Pengasih.

"Potensi tambang terbesar ada di Girimulyo. Belum lama ini telah
ditinjau potensi akik di Dusun Wadas, Desa Giripurwo, Kecamatan
Samigaluh. Potensi akik terbesar ada di Desa Purwoharjo dan Desa
Pagerharjo," ujarnya, Jumat (24/7/2015).

Aris mengatakan Pegunungan Menoreh menyimpan beragam tambang batu
mulia yang menarik. Sampai saat ini upaya menggali potensi tersebut
belum dapat dilakukan maksimal namun ke depannya diharapkan potensi
tambang tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal.

Pengurus Paguyuban Batu Mulia Giri Sela Aji, Patrika Yuniarta
Wicaksana, mengungkapkan sebelum batu akik naik pamor, Kulonprogo
lebih dulu memperkenalkan batu akik calsedon dan fosil koral sebagai
ikon kabupaten ini.

Perlahan seiring munculnya potensi akik yang ada, kini terdapat dua
jenis batu akik yang ditetapkan sebagai ikon baru batu mulia
Kulonprogo, yakni pancawarna gembor dari Curug Si Gembor, Girimulyo
dan fire opal.

Patrika mengungkapkan kedua jenis batuan tersebut tidak kalah mahal
dengan batuan akik yang tenar saat ini. Batu pancawarna gembor setiap
bongkah dapat bernilai Rp2 juta sampai Rp6 juta per kilogram.

"Kalau sudah dipotong, diasah dan jadi cincin biasanya sampai Rp10
jutaan mungkin," paparnya.

Patrika menegaskan potensi batu mulia Kulonprogo masih sangat besar.
Namun, penambangannya terbilang lamban bila dibandingkan daerah lain
yang lebih dulu dikenal sebagai sentra batu mulia, seperti Pacitan.

"Jika mau digali lagi, potensinya sangat banyak. Saat ini, paguyuban
sedang mengangkat jenis batu mulia baru yang ada di Kulonprogo, yakni
giok air. Warnanya cenderung kuning dan kuning kehijauan," tandasnya.

Lihat arsip:
http://kwkp.blogspot.com
Share:

27 July 2015

SEKOLAH BERBASIS BUDAYA : Di Kulonprogo, SDN Mendiro Menjadi Sekolah Pertama

Harianjogja.com, KULONPROGO-Bupati Kulonprogo Hasto Wardoyo meresmikan
SD Negeri Mendiro, Lendah sebagai Sekolah Berbasis Budaya, Sabtu
(25/7/2015). Sekolah tersebut menjadi sekolah pertama yang
mendeklarasikan diri sebagai sekolah yang menjunjung tinggi
kebudayaan.

Hasto mengakui, hal tersebut merupakan terobosan yang luar biasa bagi
dunia pendidikan di Kulonprogo. Dia juga bangga akan keterampilan para
siswa sekolah dasar yang pandai membatik.

"Dengan membatik, dapat meningkatkan olah rasa siswa. Karena saat
membatik, harus dengan rasa, tidak sekedar pikir dan skill," ujar
Hasto saat memberikan sambutan di Balaidesa Gulurejo dalam acara
peluncuran Sekolah Berbasis Budaya.

Guna mengoptimal penerapan pendidikan berbasis budaya, Hasto meminta
pihak pemerintah desa maupun sekolah untuk segera melengkapi fasilitas
yang ada. Hasto mengungkapkan, salah satu upaya yang dapat dilakukan
yakni mencari lokasi untuk digunakan sebagai laboratorium budaya. Dia
berharap, laboratorium tersebut tidak hanya dimanfaatkan sebagai ruang
belajar membatik.

"Harapan kami, laboratorium ini juga dapat menjadi wadah berekspresi,
belajar budaya seperti menari maupun karawitan," jelas Hasto.

Kepala SD Negeri Mendiro Agus Sudarmaji menambahkan, ada banyak
potensi budaya yang terus mencoba digali. Tidak hanya kebudayaan
keterampilan membatik, tetapi juga seni tradisi tari maupun karawitan.

Lebih lanjut dia mengungkapkan, ada 141 siswa di sekolah tersebut yang
siap dididik untuk mengembangkan budaya yang ada. Namun, dia mengaku,
saat ini pengembangan belum dapat dilakukan secara maksimal.

"Karena belum mendapatkan dukungan dari sejumlah pihak. Kami berharap
adanya sekolah ini nantinya dapat mencetak generasi berpendidikan
sekaligus berbudaya," jelas Agus.

Lihat arsip:
http://kwkp.blogspot.com

http://infokwkp.blogspot.com
Share:

15 Kelompok Meriahkan Festival Atraksi Kreasi Angguk di Waduk Sermo

Harianjogja.com, KULONPROGO-Sebanyak 15 kelompok memeriahkan Festival
Atraksi Kreasi Angguk se-DIY di kawasan obyek wisata Waduk Sermo,
Kulonprogo, Minggu(26/7/2015).

Selain melestarikan kesenian daerah, kegiatan itu juga diharapkan
mampu menarik wisatawan untuk berlibur ke Kulonprogo, khususnya Waduk
Sermo.

Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga
(Disbudparpora) Kabupaten Kulonprogo, Krissutanto mengatakan, festival
yang baru digelar pertama kali itu merupakan inisiatif Pemda DIY.
Selain 13 kelompok lokal, ajang kreasi tari tradisional unggulan
Kulonprogo itu juga diikuti dua kelompok asal Sleman dan satu kelompok
dari Bantul.

Setiap kelompok menunjukkan inovasi dan penampilan terbaiknya dalam
membawakan tari angguk. Tidak hanya melalui gerakan tari, kreatifitas
mereka juga terlihat dari kostum yang dikenakan. Meski demikian,
atraksi masing-masing peserta harus tetap mengacu pada beberapa dasar
dan pakem seni tari angguk.

"Jadi ini memodifikasi tanpa meninggalkan gerakan tari angguk
aslinya," kata Krissutanto.
Krissutanto lalu menambahkan, Festival Atraksi Kreasi Angguk memang
sengaja digelar di Waduk Sermo agar bisa sekaligus dimanfaatkan
sebagai sarana promosi Waduk Sermo maupun obyek wisata lain di
sekitarnya. Pihaknya lalu berupaya agar kegiatan seni budaya lainnya
juga bisa diadakan di kawasan wisata.

"Kami ingin mengintegrasikan event seni budaya dengan upaya
peningkatan angka kunjungan wisata," paparnya.
ementara itu, salah satu peserta bernama Ipung Purwitaningrum mengaku
senang bisa ikut berpartisipasi. Anggota kelompok Bugar Saliro asal
Desa Hargomulyo, Kokap, Kulonprogo itu berpendapat, Festival Atraksi
Kreasi Angguk sukses menjadi ajang unjuk kreatifitas antar seniman
angguk maupun kelompok senam angguk.

"Misalnya buat kelompok kami yang beranggotakan ibu-ibu PKK. Beberapa
diantaranya ada yang penari angguk dari sanggar Sri Panglaras," ungkap
Ipung.
Perempuan berusia 33 tahun tersebut lalu mengatakan kelompoknya pernah
mengikuti beberapa kali lomba senam angguk di tinggat kecamatan. Dia
juga merasa bangga pernah menjadi juara pertama. Namun, ikut festival
tingkat propinsi adalah pengalaman pertama.

"Kami mengkreasikan senam angguk dengan melakukan memperbanyak
gerakan-gerakan tari angguk. Seperti pada goyangan pinggul, gerakan
bahu, dan anggukannya," jelas Ipung kemudian.

Arsip: http://infokwkp.blogspot.com
Share:

25 July 2015

Pengembangan Pantai Glagah, Seperti Apa Desainnya?

Harianjogja.com, KULONPROGO – Kawasan Pantai Glagah perlu rancangan
perkembangan pariwisata. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
Kulonprogo mendesak agar pemerintah daerah segera membuat Detail
Engineering Design (DED) untuk kawasan wisata itu.

Menurut anggota dewan dari Fraksi Gerindra Suprapto, pembuatan rencana
DED tersebut perlu dilakukan mengingat kawasan Pantai Glagah berada di
luar lokasi pembangunan bandara. Dia mengatakan, selama ini Pantai
Glagah merupakan salah satu potensi wisata unggulan yang ada di
Kulonprogo.

"Bahkan, Pantai Glagah adalah satu-satunya objek wisata yang
memberikan kontribusi retribusi paling banyak bagi Kulonprogo. Maka
dari itu, pengembangan pantai ini sangat diperlukan untuk mempercepat
pertumbuhan pariwisata di wilayah ini," ujar Suprapto, Rabu
(22/7/2015).

Sementara itu, Anggota dewan dari Fraksi PDIP Ridwan Heri Mahmudi
menambahkan, program pengembangan pariwisata harus dapat berjalan
bersamaan. Jika program pengembangan wisata dilakukan secara parsial,
maka tidak akan optimal.

Ridwan menandaskan, pengembangan pariwisata juga harus diimbangi
dengan berbagai upaya. Di antaranya, harus dibarengi dengan promosi,
industri pariwisata dan kelembagaan pariwisata.

"Namun, untuk saat ini, objek wisata yang perlu diprioritaskan
pengembangannya adalah Puncak Suroloyo dan Sendangsono. Baru
selanjutnya, pemkab menyusun program strategis untuk pengembangan
sektor wisata lain," tandas Heri.

Heri menegaskan, dalam melaksanakan progam pengembangan pariwisata,
salah satunya harus dimatangkan lebih dahulu. Harapannya, jangan
sampai pariwisata Kulonprogo mengalami ketertinggalan dari daerah
lain.

Daya tarik wisata Pantai Glagah tidak hanya mampu menarik pengunjung
dari berbagai daerah saja. Namun, objek wisata ini juga telah mampu
menarik sejumlah investor untuk mengembangkan potensi wisata tersebut
menjadi lebih baik lagi.
Editor: Nina Atmasari
Share:

Bupati Minta Ponpes Jaga Kerukunan Umat Beragama

http://img.krjogja.com/thumbhead/622e9dd37a748d4ab94c026c219e2a29_thumb.jpgB
upati silaturahmi di ponpes. (Foto : Widiastuti)

0
inShare <javascript:void(0);>

KULONPROGO (KRjogja.com) - Bupati Kulonprogo dr H Hasto Wardoyo SpOG(K),
Wabup Drs H Sutedjo, Forkompinda, Kemenag dan Kepala SKPD melakukan
silaturahmi pada tiga pondok pesantren di wilayah Kulonprogo, Jumat
(24/07/2015). Bupati minta para pengasuh pondok pesantren untuk tetap
menjaga kerukunan umat beragama, agar kejadian seperti di Papua (Tolikara)
tidak muncul lagi di masyarakat.

"Kami juga minta pengasuh mendoakan pemerintah agar dalam menjalankan amanah
pemerintahan dan pembangunan dapat berjalan, karena pembangunan yang
dilakukan pemerintah daerah banyak manfaatnya. Kami juga menyampaikan terima
kasih karena pondok pesantren telah ikut mendidik dan menumbuhkan karakter
masyarakat Kulonprogo menjadi lebih baik lagi," kata Hasto.

Dalam silaturahmi, bupati menyalurkan bantuan Rp 24 juta untuk 3 pondok
yakni Pondok Pesantren An-Nadwah (Wates), Al-Maunah (Panjatan) dan Al-Manar
(Galur). Masing-masing pondok mendapat Rp 8 juta, berasal dari Bazda Rp 5
juta, CSR Rp 2 juta, dan PT Bank BPD DIY Rp 1 juta, untuk bantuan
pembangunan dan penyelenggaraan pondok.

Di Pondok An-Nadwah Bendungan Wates bupati beserta rombongan diterima
Pengasuh KH Saefudin, di Al-Maunah Bojong Panjatan oleh Pengasuh KH Suhadi
Ishomulhadi dan di Pondok Modern Al Manar Muhammadiyah Boarding School
Brosot Galur diterima pengasuh Ustad Ismail Taufiq. Di Bojong, KH Suhadi
Ishomulhadi menyampaikan dengan silaturahim semoga dapat maunah. "Tidak
hanya saya, tapi juga rakyat ada kesalahan, dengan silaturahim semoga
dilebur dosanya," ujar KH Suhadi.

Di Bendungan Wates, KH Saefudin menyatakan, dengan silaturahmin dapat
memberikan barokah. Umaro dan ulama kebaikannya sangat diharapkan
masyarakat. Umaro dan Ulama, ibarat seperti uang koin, dua sisi yang sama
harganya. Dengan bersatu, akan menentramkan masyarakat.

Di Klampok Brosot Galur, Ustad Ismail Taufik mengungkapkan, di Pondok Al
Manar dengan sistem boarding school atau tinggal di pondok , saat ini ada 74
santri, yang berasal dari 9 provinsi yang paling barat Bengkulu, Sumsel dan
paling timur dari NTT, yang sekaligus sekolah di SMP dan SMA.

"Unggulannya adalah hafalan Alquran, lulus SMP wajib 3 juz, SMA wajib 6 juz.
Tertinggi lulusan SMP 7 juz siswa dari Buleleng Bali. Lulusan SMA disini
juga ada yang diterima di Fakultas Kedokteran UMY melalui jalur prestasi,"
kata Ismail.

Kepada Ustad Ismail Taufiq, bupati menyampaikan terima kasih, karena selain
mendidik masyarakat Kulonprogo juga dari provinsi lain di Indonesia. Selain
membawa nama baik Kulonprogo, juga ikut mencerdaskan kehidupan bangsa. (Wid)
Share:

Antisipasi Kerusuhan, Polisi Siaga

_____


http://img.krjogja.com/thumbhead/a8a0ee7dc296b7d76b63202ac1dbb49a_thumb.jpg



PENGASIH (KRjogja.com) - Petugas kepolisian dikerahkan menjaga keamanan di
sejumlah tempat ibadah terutama gereja di wilayah hukum Polres Kulonprogo.
Tindakan prefentif tersebut diambil untuk mengantisipasi agar kekerasan
berupa pembakaran tempat ibadah tidak berdampak luas ke kabupaten ini.
Apalagi secara geografif wilayah Kabupaten Kulonprogo berbatasan langsung
dengan wilayah Jawa Tengah.

"Menindaklanjuti arahan pak kapolres, kami telah menyebar petugas untuk
mengamankan sejumlah tempat ibadah terutama gereja-gereja," kata Kasubag
Humas Polres Kulonoprogo Iptu Heru Meiyanto, Jumat (24/7/2015).

Ditegaskan, antisipasi pengamanan tidak hanya sebatas pada tempat-tempat
ibadah bagi umat non muslim atau gereja saja. Tapi masjid pun ikut diamankan
petugas. Guna memaksimalkan pengamanan, setiap malam ada anggota yang
berjaga di sejumlah gereja. "Sejumlah petugas jaga di Pos Pengamanan
(Pospam) Lebaran juga disebar di beberapa masjid untuk melaksanakan shalat
Jumat sekaligus memantau situasi," terangnya menambahkan pihaknya juga
meningkatkan patroli di titik-titik tertentu.

Secara terpisah Kapolsek Kalibawang Kompol Joko Sumarah menjelaskan, di
wilayahnya ada dua gereja masing-masing Gereja Promasan dan Gereja Boro yang
menjadi prioritas pengamanan. Setiap malam petugas Badan Pembinaan Keamanan
Dan Ketertiban Masyarakat (Babinkamtibmas) berjaga di dua lokasi tersebut
dengan ditemani anggota piket Sabhara.
"Untuk pengamanan di tempat ibadah, kami selalu koordinasi dengan pengurus
gereja," jelasnya. (Rul)
Share:

23 July 2015

Kisruh Bandara Kulon Progo, Ini Kata Menteri Jonan

TEMPO.CO, Yogyakarta- Menteri Perhubungan Ignasius Jonan menyatakan
tidak punya kewenangan untuk campur tangan ihwal kisruh calon lokasi
bandar udara baru di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa
Yogyakarta.

"Saya enggak punya otoritas untuk mengintervensi. Terserah masyarakat
dan pemerintah DIY," kata Jonan ketika mengecek kesiapan penanganan
arus balik Lebaran 2015 di Bandar Udara Adisutjipto, Selasa, 21 Juli
2015.

Jonan mengatakan kemenangan warga Kulon Progo yang menggugat
penerbitan izin penetapan lokasi bandara adalah keputusan hakim di
pengadilan. Pemerintah DIY saat ini menjadi pihak yang kalah.
Dia meminta Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X mencari solusi
mengenai rencana tata ruang dan wilayah yang menjadi persoalan
pembangunan bandara baru ini.
Menurut Jonan, pembangunan bandara baru di Kecamatan Temon, Kulon
Progo, ataupun di lokasi lain harus melewati pengecekan yang serius.

Jonan menegaskan, keberadaan bandara baru di Yogyakarta sangat
mendesak. Sebab Bandara Adisutjipto terlalu kecil. "Bandara ini sangat
padat penumpang, terutama saat hari besar keagamaan, seperti Idul
Fitri," kata Jonan.
Ketika ada perayaan hari besar Bandara Adisutjipto semrawut. Orang
berkerumun menunggu pesawat di ruang tunggu, pintu kedatangan pesawat,
pintu keberangkatan, dan selasar bandara. Penumpang juga harus antre
panjang untukcheck-in.

Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Yogyakarta telah mengabulkan
tuntutan pembatasan izin penempatan lokasi yang tertuang dalam
keputusan Gubernur DIY. Tim kuasa hukum Gubernur DIY sedang mengajukan
permohonan kasasi kepada Mahkamah Agung.

Kasasi dilakukan karena majelis hakim Pengadilan Tata Usaha Negara
Yogyakarta memutuskan Surat Keputusan Gubernur DIY Nomor 68/KEP/2015
tentang izin penetapan lokasi bandara di Kecamatan Temon, Kulon Progo,
itu harus dicabut.

SHINTA MAHARANI


lihat arsip berita kp lainnya: http://infokwkp.blogspot.com
Share:

Undur-Undur Krispi, Laris Manis….

KULONPROGO ( KRjogja.com)- Sejumlah pedagang undur-undur krispi di
kawasan Pantai Glagah Kecamatan Temon Kulonprogo sedang meneguk
untung. Pasalnya, libur Lebaran yang mendatangkan banyak pengunjung di
objek wisata andalan Kulonprogo tersebut, juga mendatangkan banyak
pembeli bagi pedagang undur-undur krispi.

Salah satu pedagang undur-undur krispi di Pantai Glagah, Ngatinah
menyampaikan, pada hari biasa dirinya hanya mampu menjual sekitar lima
kilogram undur-undur krispi. Namun saat libur Lebaran, 25 kilogram pun
tetap habis.

"Jumlah penjualan memang meningkat hingga lima kali lipat. Kami jadi
kebanjiran rezeki," kata Ngatinah, saat dijumpai wartawan, Rabu
(22/07/2015).

Meski jumlah penjualan meningkat signifikan, namun Ngatinah enggan
menaikkan harga. Ia tetap menjual undur-undur krispi dengan harga Rp
4.000 per bungkus.

"Kalau dinaikkan, takut wisatawan pada kapok," imbuhnya.

Selama ini, Ngatinah memperoleh bahan dari para pencari undur-undur di
sepanjang pesisir Pantai Glagah. Namun sayang, mereka tidak bisa
ditarget untuk pencarian yang lebih banyak.

Salah satu pembeli, Surati berniat memborong undur-undur krispi untuk
dijadikan oleh-oleh. Sebab menurutnya, camilan ini sangat pas untuk
buah tangan, karena merupakan makanan khas daerah pantai.

"Rasanya lezat dan kandungan gizinya banyak. Apalagi, harga
undur-undur krispi terbilang murah, cuma Rp 4.000 per bungkus,"
katanya.(Unt)

arsip info kwkp: http://infokwkp.blogspot.com
Share:

20 July 2015

Jenang Madu Sirat, Gula Kethak & Gula Semut Asli Wates

Jenang Madu Sirat
Jenang madu sirat termasuk kuliner khas Kulonprogo yang produsennya
sudah semakin jarang. Makanan manis berbahan baku gula jawa, parutan
kelapa, dan tepung ketan ini memiliki tekstur yang lebih kering dan
tidak lengket seperti jenang lainnya. Parutan kelapanya memberikan
efek gurih yang membuat rasa jenang ini makin khas.
Beberapa toko oleh-oleh di Kulonprogo memang ada yang menyediakan
jenang madu sirat. Namun, tidak ada salahnya berkunjung ke toko
sekaligus rumah produksi milik Hadiwiyono di sebelah timur Pasar
Wates. Nenek berusia 69 tahun itu masih setia melestarikan jenang madu
sirat dan meneruskan usaha itu kepada anaknya.
Jenis makanan kemasan moderen berkembang pesat. Meski begitu, makanan
bermerek Jenang Madu Sirat Bu Hadi ini tetap memiliki pelanggan setia.
Kebanyakan adalah perantau asal Kulonprogo yang merasa wajib membeli
jenang madu sirat sebagai oleh-oleh.
"Jenang kemasan boks harganya Rp13.000, sedangnya yang kemasan plastik
Rp12.000. Isinya sama, sekitar 17 potong. Hanya bungkusnya yang beda,"
kata Sri, salah satu anggota keluarga Hadiwiyono kepada
Harianjogja.com, Selasa (7/7/2015).0

Gula Kethak
Masih di sekitar Kota Wates, anda bisa lanjut berburu makanan
tradisional lainnya di depan Terminal Wates. Gula Kethak, begitulah
makanan yang terbuat dari ampas minyak kelapa dan gula jawa itu
disebut. Bentuknya unik karena dibalut dengan daun pisang kering.
Albani, salah satu pembuat gula kethak di depan Terminal Wates
mengatakan, pembuatan gula kethak bisa menghabiskan waktu hingga tiga
jam. Namun, proses yang lebih memakan waktu adalah pengeringan daun
pisang. "Pengeringannya alami, mengandalkan panas matahari," ujarnya.
Albani menambahkan, gula kethak buatannya sudah dipasarkan ke beberapa
toko oleh-oleh di Jogja. Satu ikat berisi 10 bungkus dijual dengan
harga bervariasi. "Sampai toko harganya bisa berbeda-beda. Kalau di
sekitar sini, rata-rata harganya Rp9.000," ucapnya.

Gula Semut
Satu lagi makanan yang sebaiknya tidak dilewatkan. Saat bertamasya di
kawasan Waduk Sermo, kunjungilah kelompok perajin gula kelapa Jatisari
di Dusun Sekendal, Hargotirto, Kokap, Kulonprogo. Mereka menjual gula
semut dengan berbagai varian rasa. Ada rasa original, jahe, kencur,
temulawak, kunir, secang, vanila, dan durian. Harganya berkisar antara
Rp16.000 hingga Rp17.500 per kilogram.
Byartono, salah satu perajin gula semut mengungkapkan, olahan nira itu
sudah semakin populer dan merambah pasar Australia serta Eropa.
"Kemarin ada orang Jerman yang suka rasa jahe," katanya.

Arsip: http://infokwkp.blogspot.com
Share:

18 July 2015

Lepas Balon Jalin Persatuan Sebelum Ziarah

Bisnis.com, KULONPROGO–Ada yang unik diperayaan Hari Raya Idul Fitri
di Desa Sendangsari, Kecamatan Pengasih. Usai salat id ratusan warga
Dusun Paingan menggelar tradisi lepas balon udara di halaman Makam
Paingan Tengah, Jumat (17/7/2015).
Setelah menggelar salat id dan bersalam-salaman, dengan berjalan kaki
ratusan warga berbondong-bondong menuju makam leluhur desa yang
berjarak sekitar 500 meter. Sampai di pelataran makam, sejumlah warga
membawa sebuah balon udara yang terbuat dari plastik.
"Tradisi ini sudah kami lakukan selama belasan tahun. Awalnya hanya
dilakukan untuk menarik minat warga, terutama anak muda untuk
berziarah ke makam leluhur," ujar Kepala Dusun Paingan Maryadi.
Maryadi mengungkapkan, acara lepas balon udara semula mengadopsi
tradisi warga masyarakat Magelang, Jawa Tengah. Kini, tradisi lepas
balon ini telah menjadi salah satu momen yang dinanti dan menjadi alat
pemersatu warga Dusun Paingan saat perayaan Lebaran.
"Balon tersebut dibuat atas inisiatif para pemuda karang taruna di
desa setempat. Kurang lebih dibuat selama tiga hari dengan diameter
lima meter dan tinggi tujuh meter," jelas Maryadi.
Ketua RT 09 Dusun Paingan Ngasiyo menambahkan, tradisi tersebut
digelar setiap 1 Syawal. Acara yang telah dimulai sejak tahun 1998
itu, diikuti kurang lebih tiga RT di desa tersebut atau dua jamaah
masjid yakni Masjid Al Furqon dan Ar Rahman. Pelepasan balon dimaknai
sebagai pelepasan hawa nafsu dan menyimbolkan perayaan di hari
kemenangan ini.
"Setelah melepas balon, dilanjutkan dengan ziarah ke makam pendiri
atau cikal bakal dari desa kami. Selain ke makam Mbah Bedel , warga
juga ziarah ke makam keluarganya masing-masing," imbuh Ngasiyo.

Editor : Mediani Dyah Natalia



lihat arsip= http://infokwkp.blogspot.com
Share:

BERITA KULON PROGO TERBARU

SITEMAP