Mohon perhatiannya, semua isi berita diblog ini adalah disalin dari berbagai sumber. Dan hanya sebagai arsip pribadi dan Group Komunitas Warga Kulon Progo.

Seluruh informasi termasuk iklan diblog ini bukan tanggung jawab kami selaku pemilik blog. Kami hanya Memberikan tempat kepada para pengiklan dan sebagai ,media sharing


 tarif jasa kami
KEMBALI KE HALAMAN AWAL – LC FOTOKOPI  *  TARIF JASA FOTOKOPI, PRINT, SCAN, KETIK, PRINT , DLL.   *   MELAYANI PRINT, PRINT COPY SECARA ONLINE


17 June 2015

Sampai Kapanpun Petani Pesisir Kulonprogo Tolak Tambang Pasir Besi

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA -Sempat lama tak muncul dalam aksi penolakan,
warga petani pesisir selatan Kulonprogo yang tergabung dalam Paguyuban
Petani Lahan Pantai (PPLP) akhirnya menunjukkan konsistensinya menolak
penambangan pasir besi, di pertigaan Cangkring Garongan Panjatan,
Senin (15/6/2015).
Mereka menggelar aksi penolakan tersebut dengan cara memasang beberapa
baliho dan papan bertuliskan menolak penambangan pasir besi di pesisir
selatan.
Humas PPLP, Widodo, mengatakan bahwa sampai kapan pun warga petani
pesisir tetap menolak rencana penambangan pasir besi.
"Ada sekitar delapan baliho dipasang di tepi jalan lintas selatan,"
kata Widodo, di sela aksi tersebut.
Menurutnya, baliho papan penolakan itu dipasang oleh masing-masing
unit PPLP di desa-desa. Pemasangan dimulai dari wilayah Karangwuni
sampai wilayah Banaran Kecamatan Galur.
"Ini bukti perjuangan kami sebagai petani pesisir menolak penambangan
pasir besi masih ada," ujarnya. Menunjukkan komitmen penolakan itu,
sampai saat ini warga petani tetap menggarap lahan pertanian di
pesisir selatan. Widodo menegaskan bahwa penolakan para petani tidak
akan ada habisnya.
Sengaja memasang papan penolakan saat menjelang ramadan, menurutnya,
agar para pemudik langsung mengetahui di wilayah itu masih ada
penolakan.
Setidaknya 70 perwakilan PPLP terlibat melakukan pemasangan papan
penolakan itu. Selain memasang baliho, mereka juga melakukan aksi
blokade jalan selama sekitar setengah jam.
Di lokasi pun petugas berjaga sekaligus melakukan pengalihan arus lalu
lintas kendaraan yang melintas.
Tokoh PPLP, Sumanto, menyatakan banyaknya proyek pembangunan di
Kulonprogo ternyata harus mengorbankan rakyat dengan penggusuran.
Sebab itu dia menegaskan warga terdampak penggusuran harus bersatu.
"Kami juga mendukung perjuangan WTT yang menolak pembangunan bandara
di Temon," ujarnya.( tribunjogja.com)
Share:

Anggota Satpol PP Kulonprogo Kemalingan Batu Akik

Bisnis.com, KULONPROGO—Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kulonprogo
Rokhgiarto kehilangan lebih dari 10 koleksi batu akik yang dia simpan
di rumahnya. Koleksi batu akik yang lenyap tersebut antara lain jenis
pirus, giok, ruby tanzania, kecubung, satam dan black jade. Pencurian
terjadi pada Kamis (11/6) pekan lalu.
Siang itu, dia sedang menjalankan tugas dalam acara bulan bakti gotong
royong masyarakat di wilayah Kecamatan Pengasih.
Tiba-tiba, Rokhgiarto menerima telepon dari anaknya yang bernama Zaki.
Anaknya kaget karena mendapati pintu rumah sudah rusak karena dibuka
secara paksa saat pulang dari sekolah. Ketika Zaki memasuki rumah, dia
juga melihat pintu kamar orangtuanya terbuka dan lampunya pun menyala.
"Katanya lemari sudah diacak-acak dan sejumlah barang termasuk akik
dalam wadah hilang," ungkap warga Desa Krembangan, Kecamatan Panjatan
itu, Selasa (16/6). Setelah mendapat kabar dari anaknya, Rokhgiarto
segera pulang dan mengecek kondisi rumah.
Tidak hanya koleksi batu akik, laptop, tablet, dan jam tangan ternyata
turut hilang. Meski tidak bisa menyebutkan jumlah pastinya, dia
memperkirakan kerugian yang dialami cukup besar. Sebab, batu akiknya
adalah koleksi sejak tahun 1990 sehingga nilainya diprediksi sudah
naik.
Kepala Sub Bagian Humas Polres Kulonprogo Iptu Heru M.Yanto mengatakan
kasus pencurian yang menimpa Rokhgiarto masih dalam penyelidikan.
Hasil olah tempat kejadian perkara (TKP) menunjukkan kerusakan pintu
disebabkan adanya pencongkelan dari luar. Pemeriksaan saksi terus
dilakukan meski korban mengatakan ada warga sekitar rumahnya yang
sempat melihat pelaku.
Editor : Sumadiyono
Share:

11 Tahun Nunggak Pajak, Mobil Plat Merah Ditilang

KULONPROGO ( KRjogja.com)- Razia angkutan yang digelar tim gabungan
dari Polres Kulonprogo, Satpol PP dan Dinas Perhubungan setempat di
Jalan Raya Pengasih, Senin (15/06/2015), berhasil menjaring mobil
berplat merah. Sebuah mobil tangki milik PDAM Kulonprogo kedapatan
beroperasi dalam kondisi belum membayar pajak selama 11 tahun
terakhir.
Informasi di lapangan menyebutkan, mobil tanki tersebut belum
terbayarkan pajaknya sejak tahun 2004 silam. Tidak hanya pajak
tahunan, mobil plat merah ini juga belum diuji KIR. Tak pandang bulu,
petugas gabungan yang menggelar razia kemudian menindaknya dengan
tilang di tempat.
Saat dimintai keterangan, sopir mobil tangki, Wahyudi Setiawan,
mengakui bahwa kendaraan yang dikemudikannya belum membayar pajak
sejak lama, juga tidak diuji KIR secara rutin. Wahyudi berdalih, mobil
tersebut tetap dioperasionalkan sebagai upaya pemberian pelayanan
kepada masyarakat.
"Platnya memang sudah mati karena belum bayar pajak tahunan dan KIR
sejak tahun 2004. Mobil ini bantuan dari Kementerian, makanya berplat
nomor B, Jakarta," katanya.
Menurut Wahyudi, ada dua mobil plat B merah milik PDAM Kulonprogo yang
belum dibayarkan pajaknya. Sebab untuk membayar pajak harus ke Jakarta
dan membutuhkan banyak biaya. "Biayanya mahal," ujar Wahyudi.
Saat dirazia, Wahyudi mengemudikan mobil tanki tersebut bersama
beberapa orang pegawai PDAM. Pegawai bagian gudang ini hendak
melakukan dropping air bersih untuk warga yang membutuhkan di daerah
Kalipetir.
Saat diperiksa petugas, Wahyudi juga tidak bisa menunjukkan
surat-surat kelengkapan kendaraan. Bertindak patuh, ia kemudian
menerima tilang petugas dan akan melaporkan hal ini ke pimpinan. "Biar
pimpinan yang memutuskan, mau bagaimana," katanya.
Sementara itu, KBO Satlantas Polres Kulonprogo, Ipda Basuki Rahmat
menguraikan, dalam operasi tersebut pihaknya berhasil menjaring
sekitar 50 kendaraan. 12 di antaranya melakukan pelanggaran yakni
belum memperbarui uji KIR dan tidak membawa surat kelengkapan
kendaraan. "Kami juga menindak truk yang melanggar ukuran badan,"
jelasnya.
Kabid Dalops Dinas Perhubungan Kulonprogo, Sigit Purnomo menambahkan,
ada beberapa pengendara yang tidak mengindahkan peringatan. Melalui
operasi gabungan tersebut, pihaknya kemudian melakukan tindakan
tegas.(Unt)
Share:

15 June 2015

Nyadran Agung Jadi Kesempatan Silaturahmi Warga Kulonprogo

TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO -Tradisi Nyadran Agung yang terpusat di
Alun-alun Wates Kulonprogo, Sabtu (13/6/2015), berlangsung cukup
meriah.
Ribuan warga yang hadir tampak begitu antusias untuk segera merangsek
dan berebut berbagai macam sayur dan hasil bumi lain yang ditata rapi
pada 10 gunungan dari berbagai desa budaya.
Belum lagi doa pemuka sepenuhnya selesai, warga telah berjubel-jubel
berebut aneka sayur dan buah pada gunungan tersebut. Meski demikian,
doa pemuka dalam nyadran agung itu tetap berlanjut hingga selesai.
Warga Kecamatan Wates, Setiono, mengatakan bersemangat ikut berebut
isi gunungan dan mendapatkan kain batik serta beberapa sayur mayur.
"Sebelum kehabisan saya ikut karena ini kan hanya sekali setahun,"
katanya.
Antusiasme warga ini sudah terlihat sejak pagi sebelum arak-arakan
kirab gunungan dimulai dari Gedung Kesenian hingga Alun-alun wates.
Selain gunungan dari desa budaya, rangkaian arak-arakan gunungan juga
dari perwakilan SKPD Kulonprogoyang memulai startnya dari Gedung DPRD.

Lepas siang, begitu arak-arakan kirab gunungan yang membawa serta
ogoh-ogoh di barisan depan itu tiba di Alun-alun Wates, warga telah
berkerumun menyambutnya.
Begitu semua rombongan kirab sampai di alun-alun, serangkaian sambutan
dan doa pun dimulai. Sementara warga yang menunggu semakin mendekat ke
gunungan untuk ikut berebut aneka sayur, buah dan makanan tradisional
pada gunungan itu.
Bupati Kulonprogo, Hasto Wardoyo, mengatakan Nyadran Agung sebagai
tradisi penghormatan leluhur oleh semua orang beragama.
Dalam acara itu, masyarakat sekaligus melakukan silaturahmi. Tidak
hanya masyarakat di Kulonprogo, mereka yang merantau pun memilih
pulang kampung dan ikut hadir dalam tradisi tersebut.
"Saya justru senang melihat warga bersemangat. Kalau warga apatis
malah sedih gunungan tidak ada yang menyambut," kata Hasto.
Dia pun memaklumi ketika warga buru-buru menyerbu gunungan itu. Hasto
mengaku tersentuh karena meski isinya sederhana, sayur mayur dan aneka
buah pada gunungan itu berarti bagi warga.( Tribunjogja.com)
Share:

Hasil Lelang Dua Batu Akik Bupati Kulonprogo Dipakai Bedah Rumah Warga Miskin

TRIBUNNEWS.COM, KULONPROGO- Sebanyak dua dari lima batu akikBupati
Kulonprogo, Hasto Wardoyo, terjual dalam lelang di pameran gazebo
depan rumah dinas bupati. Uang hasil lelang bakal dipakai untuk bedah
rumahwarga tak mampu.
"Hasil lelang untuk membantu bedah rumah warga miskin," kata ketua
panitia pameran akik, Fajar Gegana kepada Tribun Jogja, Minggu
(14/6/2015).
Batu yang terjual di lelang tersebut bermotif gebleg renteng dan
junjung derajat. Batu akik pertama mencapai harga tertinggi Rp 3,1
juta, sedangkan batu kedua dihargai Rp 3 juta. Tiga batu akiklainnya
yakni lavender, sulaiman dan pancawarna belum terjual.
Ada 25 perajin akik dari Kulonprogoterlibat dalam pameran tersebut.
Pameran sengaja bertempat di rumah dinas bupati untuk menarik
perhatian warga yang saat itu sedang menunggu kirab nyadran agung di
alun-alun Wates.
Selain itu, Fajar menambahkan, pameran digelar untuk mengangkat pamor
berbagai batu akikasli Kulonprogoyang selama ini sebenarnya tidak
kalah kualitasnya dari daerah lain.
Menurut dia, bebatuan Kulonprogotidak hanya diolah menjadi akik, tapi
juga sebagai perhiasan gelang, cenderamata, dan kalung. Jenis batu
akikyang menonjol di Kulonprogoadalah pancawarna dan lavender.
"Masyarakat juga dapat melakukan jual beli di pameran ini.
Transaksinya bisa mencapai Rp 15 juta per hari," katanya.
Jumbadi, asal Jakarta, menyempatkan datang ke pameran itu. Dia
mengakui bebatuan akik di Kulonprogotidak kalah kualitasnya dari
daerah lain. "Kebetulan mudik, jadi saya sempatkan datang bisa beli
akik Kulonprogo," katanya.
Share:

14 June 2015

Sepuluh Desa Budaya Ikuti Festival

KULONPROGO ( KRjogja.com)- Sepuluh Desa Budaya di Kabupaten Kulonprogo
ikuti Festival Upacara Adat Antar Desa Budaya Tahun 2015, di Gedung
Kesenian, Sabtu (13/6/2015). Kesepuluh Desa Budaya adalah Desa
Sukoreno, Jatimulyo, Pagerharjo, Glagah, Sidorejo, Banjarharjo,
Hargomulyo, Tanjungharjo, Sendangsari dan Brosot.
Dikatakan Kabid Kebudayaan Disbudparpora Kulonprogo Joko Mursito SSn
MA, festival desa budaya ini merupakan bagian penting bagi
pengembangan kebudayaan dalam ranah keistimewaan. Juga menjadi salah
satu indikator keberhasilan bagi pemangku kebudayaan di desa-desa
budaya tersebut.
"Yang dinilai diantaranya kemasan, kreativitas, serta pelestariannya.
Bagaimana suatu desa budaya tersebut dapat mengemas upacara adat
menjadi menarik dan mampu menjadi daya tarik wisata juga," ujar Joko
sambil menambahkan satu peserta terdiri 100 orang, sehingga seluruh
peserta adalah sekitar seribuan orang.
Juri terdiri RM Donny S Megananda SSi dari Paku Alaman, Wardoyo dari
Dinas Kebudayaan DIY, Imam Syafei dari Dewan Kebudayaan Kulonprogo,
Purwamadi dari Pengawas Pendampingan, Indra Tranggono dari Budayawan,
Joko Budiarto dari Pers, serta Drs H Muh Irsam dari Ustad dan
Budayawan.(Wid
Share:

Sedang Sakit, Pengantin Ini Tetap Gelar Pernikahan di Puskesmas

DUA insan yang berbeda kalau sudah dilanda rasa saling mencintai dan
dilandasi ketakwaan akan mengalahkan segalanya termasuk rasa sakit.
Itulah yang sedang dirasakan pasangan Riski Rio Rianto (22) bin Ahmad
Tukul asal Muara Bungo Jambi dan Christina Putri Wahyuni (21) binti
Joko Prasetyo warga Desa Garongan Kecamatan Panjatan. Meski sama-sama
terbaring sakit tapi mereka tetap ingin menyatukan dua hati dalam
bingkai keluarga melalui pernikahan resmi.
"Petugas KUA sesungguhnya mengikuti keinginan pihak keluarga dan
pasangan pengantin. Karena kedua belah pihak tetap ingin melangsungkan
pernikahan kendati dalam kondisi sakit maka kami <I>ngikut<P> saja dan
menikahkan mas Riski dengan mbak Christina," kata penghulu Yusma Alam
Rangga SHI MSi didampingi petugas Pembantu Pegawai Pencatat Nikah
(P3N) Umaryanto usai pernikahan Riski dengan Christina di ruang Nakula
Puskesmas Garongan 2, Kamis (11/6).
Wakil keluarga pengantin putri, Maryanto mengatakan, alasan pernikahan
keponakannya tetap dilaksanakan meski keduanya sedang sakit, selain
atas pertimbangan kondisi kesehatan pengantin pria dan wanita tidak
terlalu mengkhawatirkan juga mengikuti perhitungan hari baik dalam
melaksanakan pernikahan. Sayangnya Maryanto tidak mengungkapkan
perhitungan hari baik dimaksud.
"Pernikahan sudah kami rencanakan jauh-jauh hari. Dua hari menjelang
hari H pernikahan kedua pasangan memang sakit. Puncaknya tadi malam
sehingga terpaksa dilarikan ke Puskesmas. Berdasarkan hasil
pemeriksaan dokter, mereka harus dirawat inap. Karena itu untuk
memenuhi kesepakatan keluarga dan kedua pengantin sekaligus memenuhi
perhitungan hari baik, pernikahan tetap kami gelar di puskesmas,"
jelasnya.
Sementara itu tim medis Puskesmas Garongan II, dr Tris Haranto MPH dan
dr Renny membenarkan Riski Rio Rianto dan Christina yang mualaf
terpaksa harus rawat inap karena sedang dalam pengawasan dokter.
"Keduanya sakit demam dan masih dalam pengawasan kami apakah ke arah
viral infeksi atau thypoid. Trombosit dan HB (hemoglobin) keduanya
turun sampai dibawah normal," ujar dr Renny didampingi Kasubag TU
Puskesmas Garongan 2 Eko Budi Santoso.
Secara umum prosesi pernikahan Riski dengan Christina yang berlangsung
sederhana dengan dihadiri beberapa keluarga pihak pengantin pria dan
wanita berjalan lancar. Ruangan Nakula Puskesmas Garongan 2 pun
disulap ala kadarnya dengan menghadirkan pas bunga serta <I>sound
system<P>. Sementara sprei tempat tidur tetap menggunakan fasilitas
puskesmas yang ada dengan wara dasar hijau motif kembang-kembang.
Saat ijab kabul baik wali nikah, kakak kandung pengantin putri, Bagus
Prasetyo dan pengantin pria tidak lancar mengucapkan ijab kabul.
Mungkin keduanya terpengaruh suasana sekaligus kondisi pengantin yang
sedang sakit dengan infus menempel di tangan. Setelah beberapa kali
dilakukan uci coba ijab kabul ternyata Riski tidak lancar dalam
menjawab ijab kabul maka penghulu memutuskan menulis ijab kabul.
Dengan membaca akhirnya prosesi ijab kabul berjalan lancar dan
keduanya dinyatakan sah sebagai suami istri dengan berbagai hak dan
kewajiban mereka.(Asrul Sani)
Share:

10 June 2015

Polres Gelar Pengamanan Menggunakan Security Barrier

WATES ( KRjogja.com)- Sebagai upaya peningkatan pengamanan, Polres
Kulonprogo menggelar latihan penanganan massa di depan Gedung DPRD
Kulonprogo, Selasa (9/6/2015). Dalam latihan tersebut, Polres
sekaligus mengenalkan security barrier atau gulungan kawat berduri
yang biasa digunakan sebagai penghalang massa.
"Kami menerjunkan satu pleton anggota Sabhara dalam latihan ini," kata
Kapolres Kulonprogo, AKBP Yulianto.
Disampaikannya, pelatihan personel menggunakan security barrier
bertujuan untuk membiasakan anggota dalam bersinggungan dengan alat
tersebut. Latihan ini juga digunakan untuk antisipasi penanganan
Pilkada yang sedianya akan digelar tahun 2017 mendatang.
"Alat ini terbilang baru. Kami sengaja melatih kemampuan personel agar
siap dengan alat yang dibutuhkan," katanya.
Yulianto menambahkan, pelatihan pengamanan digelar di lapangan, agar
personel bisa menyesuaikan dengan kondisi medan. Berkaitan dengan
persiapan pengamanan Pilkada, konsentrasi massa saat moment tersebut
dimungkinkan terjadi di depan gedung dewan.
Menurut Yulianto, peralatan security barrier tersebut diberikan Mabes
Polri beberapa waktu lalu. Pemanfaatannya dalam latihan baru dilakukan
saat ini karena menyesuaikan kesiapan pelatih.(Unt)
Share:

09 June 2015

Telur Satu Kilogram Dijual Rp 2.500 di Pasar Murah

Untuk membantu keluarga prasejahtera (miskin) dan menyambut Ramadan,
Dinas Perindagkop dan UKM DIY bekerjasama dengan perwakilan Bank
Indonesia (BI) Yogyakarta akan menggelar pasar murah di kantor
Kecamatan Wates dan Sentolo.
Pasar murah di Kecamatan Wates digelar pada 9 Juni, sedangkan di
kantor kecamatan Sentolo pada 11-12 Juni 2015. Targetnya, di setiap
kecamatan itu dapat terlayani keluarga pra sejahtera sebanyak 200
keluarga.
Kabid Perdagangan Dalam Negeri Disperindagkop dan UKM DIY, Eko Witoyo,
mengatakan komoditi yang akan dijual terutama kebutuhan bahan pokok
masyarakat yang biasanya fluktuatif mengalami kenaikan menjelang hari
raya.
Disebutkan antara lain beras, gula pasir, minyak goreng, telor ayam,
dan daging ayam.
"Penjualan dilaksanakan dengan menggunakan kupon dan jumlah pembelian
dibatasi," katanya, Senin (8/6/2015).
Disebutkan, beras premium yang harga pasarannya mencapai Rp 9.000 per
kilogram dijual dalam kemasan tiga kilogram seharga Rp 6.000, gula
pasir Rp 5.200 per kilogram, minyak goreng Rp 5.000 per liter.Kemudian
telur ayam Rp 2.500 per kilogram, dan daging ayam kemasan dijual Rp
2.500 setiap setengah kilogram.
Setiap keluarga prasejahtera (miskin) berhak membeli lima komoditi
tersebut. Menurutnya, pasar murah digelar mulai pukul 08.00 - 14.30.
Dalam kegiatan itu juga diperkenalkan produk Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM) dan koperasi setempat agar menggugah rasa kebanggaan
masyarakat menggunakan produk dalam negeri.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Yogyakarta, Arif Budi Santoso,
mengatakan kegiatan itu untuk membantu masyarakat kurang beruntung.
Sekaligus sebagai upaya pengendalian harga.
"Dengan kegiatan seperti ini BI juga bisa melihat harga bahan pangan
pokok di pasar," katanya.( tribunjogja.com)
Share:

Polisi Gelar Latihan Pengamanan Pilkada

TRIBUNJOGJA.COM,YOGYA -Meski gelar Pemilihan Kepala Daerah ( Pilkada)
terbilang masih lama, Polres Kulonprogo sudah mulai menggelar latihan
pengamanan dan penanganan massa.
Menerjunkan satu peleton anggota Sabhara, latihan itu dilakukan
bersama-sama membukasecurity barrieratau gulungan kawat berduri yang
biasa digunakan sebagai penghalang massa.
Latihan dilakukan di kompleks depan Gedung DPRD Kulonprogo, Selasa
(9/6/2015), sekitar pukul 10.00.
Puluhan anggota Sabhara diterjunkan dengan pakaian lengkap termasuk
senjata dan truk pembawasecurity barrier.
Mengingat lokasinya di tengah jalan raya depan gedung dewan, praktis
polisi juga menutup total Jl Sugiman tersebut selama beberapa jam.
Kapolres Kulonprogo, AKBP Yulianto, mengatakan pelatihan personel
menggunakan security barrier dimaksudkan untuk membiasakan anggota
bersinggungan dengan alat yang terbilang baru tersebut. "Terkait
pilkada memang iya. Ini untuk melatih kemampuan personel agar siap
dengan alat yang dibutuhkan," kata Yulianto.
Kapolres menegaskan pelatihan digelar langsung di lapangan, tepatnya
di depan gedung dewan, agar personel menyimulasikannya sesuai kondisi
medan.
Kapolres menganggap, jika berkaitan dengan persiapan pengamanan
pilkada, berarti konsentrasi massa saat moment pilkada dimungkinkan
terjadi di depan gedung dewan.
"Jadi bukan di dalam ruang, atau di halaman polres. Di lapangan
langsung kan sesuai dengan kondisi medannya," katanya.
Kapolres menjelaskan peralatansecurity barriertersebut merupakan alat
dari Mabes Polri beberapa waktu lalu. Pemanfaatannya dalam latihan
baru dilakukan saat ini karena memang sesuai kesiapan pelatih.
"Pelatihnya siap sekarang, lalu ditransfer ke personel dalam latihan,"
lanjutnya.( tribunjogja.com)
Share:

BERITA KULON PROGO TERBARU

SITEMAP