Mohon perhatiannya, semua isi berita diblog ini adalah disalin dari berbagai sumber. Dan hanya sebagai arsip pribadi dan Group Komunitas Warga Kulon Progo.

Seluruh informasi termasuk iklan diblog ini bukan tanggung jawab kami selaku pemilik blog. Kami hanya Memberikan tempat kepada para pengiklan dan sebagai ,media sharing


 tarif jasa kami
KEMBALI KE HALAMAN AWAL – LC FOTOKOPI  *  TARIF JASA FOTOKOPI, PRINT, SCAN, KETIK, PRINT , DLL.   *   MELAYANI PRINT, PRINT COPY SECARA ONLINE


02 March 2015

Air Terjun Kembang Soka Butuh Sentuhan

KULONPROGO ( KRJogja.com) -Sebagai salah satu lokasi wisata baru di
Kulonprogo, air terjun Kembang Soka memang belum sepenuhnya dikelola
secara maksimal.
Sampai saat ini pengelolaan air terjun yang terletak diantara dua
dusun, yakni dusun Gunung Kelir dan dusun Kembang Soka, Jatimulyo,
Girimulyo, Kulonprogo, ini memang masih dilakukan secara swadaya oleh
penduduk desa setempat melalui Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis).
Tak seperti sejumlah lokasi wisata air terjun lain di sekitarnya
seperti Grojogan Sewu yang lebih dulu dibuka, air terjun Kembang Soka
terbilang masih minim fasilitas pendukung baik itu lokasi parkir,
kamar mandi umum, hingga tempat beristirahat serta akses jalan masuk
yang aman dan nyaman untuk dilalui.
"Air terjun ini memang baru sekitar dua bulan terakhir dibuka.
Sehingga sebenarnya secara fasilitas belum siap. Kita rencananya akan
membuat dan memperbaiki jalur akses masuk yang baru agar lebih mudah
dilalui. Namun sampai saat ini belum terlaksana karena banyaknya
pengunjung yang datang kesini," ujar Giyono (28) wakil ketua Pokdarwis
air terjun Kembang Soka.
Selain akses jalan, Giyono juga berencana membuat kamar mandi umum
bagi pengunjung karena sampai saat ini masih memanfaatkan milik salah
seorang warga sekitar yang menjadi tempat lokasi parkir. Terkair tiket
masuk, pihak pengelola sendiri secara swadaya mematok tiket sukarela
sebesar Rp3000 bagi setiap pengunjung.
"Dari awal dibuka pada Januari lalu, sampai saat ini sudah ada sekitar
10ribu lebih pengunjung yang datang ke air terjun Kembang Soka ini.
Rata-rata dalam satu hari ada sekitar 150 an pengunjung yang datang.
Sementara pada hari libur bisa melonjak hingg 800an-1000 orang
pengunjung per hari," katanya.
Untuk mencapai air terjun Kembang Soka sendiri pengunjung dapat
melalui rute Jalan Godean lurus ke barat- hingga sampai ke perempatan
Kenteng. Dari situ masih lurus ke barat ke arah goa Kiskendo hingga
sampai pasar Jonggrangan. Dari pasar itu kita tinggal mengikuti papan
penjunjuk jalan yang ada karena air terjun ini berada tak jauh dari
lokasi air terjun lainya seperti air terjun Grojogan Sewu, Taman Air
Mudal dll.(M-5)
Share:

11 February 2015

Tahun 2015, Dua Rusun Akan Dibangun

KULONPROGO ( KRjogja.com)- Tahun 2015 ini akan dibangun rumah susun
sederhana sewa (rusunawa) di Pedukuhan Gununggempal Desa Giripeni
Kecamatan Wates dan rusun buruh di Desa Tuksono Sentolo. Sebelumnya
juga sudah dibangun rusunawa di Triharjo Wates berlantai lima yang
saat ini sudah selesai pembangunan fisiknya dan tinggal pengerjaan
ipal komunalnya serta pemasangan lsitrik.
Kabid Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kulonprogo Zahram
Asurawan ST MT menyatakan untuk rusunawa Gununggempal sudah dilakukan
lelang dan Surat Perintah Kerja (SPK)-nya sudah turun. Sekarang sudah
mulai pengerjaannya, yang diharapkan selesai sekitar bulan September
2015 mendatang.
Rusunawa berlantai lima di Gununggempal ini, kata Zahram, dana yang
disediakan sebesar Rp 13 Miliar dari APBN. Berdiri di atas lahan
5.000m2 dari 4,4 hektar yang disediakan dari tanah kas desa dengan 96
kamar dan 2 kamar untuk difabel.
"Sedangkan rusun buruh di Tuksono baru dilakukan cek lokasi dan belum
dilelang. Tapi akan dikerjakan tahun ini juga, sebab sudah ada MoU
antara Gubernur DIY, Menteri Perumahan, dan Menteri Tenaga Kerja.
Direncanakan akan dibangun dua yakni lantai lima dan tiga,"papar
Zahram, Selasa (10/02/2015).
Sementara untuk rusunawa Triharjo Wates pembangunan fisik sudah
selesai dan kini sedang dilakukan pengerjaan instalasi pengolahan air
limbah (ipal) komunal dan pemasangan listrik. Diharapkan bulan Juni
sudah bisa dihuni.(Wid)
Share:

09 February 2015

INFRASTRUKTUR KULONPROGO : Pelebaran Jalan Dudukan Segera Dilanjutkan

Harianjogja.com, KULONPROGO- Pengembangan infrastruktur di kawasan
industri Sentolo akan kembali dilanjutkan dengan pelebaran jalan
sejauh 1,3 kilometer. Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kulonprogo juga telah
menyiapkan dana Rp2,8 miliar untuk pembebasan tanah sepanjang satu
kilometer.
"Rencana pembangunan jalan di kawasan tersebut sepanjang 8,25
kilometer. Tahun 2014 sudah kami mulai tahap pertama yakni tiga
kilometer, tapi baru dikerjakan 1,7 kilometer. Pada tahun ini, sisanya
akan dilanjutkan segera mungkin," ujar Kepala Bidang Jasa Marga DPU
Kulonprogo Gusdi Hartono saat ditemui di kantornya, Jumat (6/2/2015).
Gusdi mengatakan pengembangan jalan pada tahap pertama dilakukan untuk
membuka akses masuk ke kawasan industri. Tahapan pembangunan jalan
tersebut dimulai tahun 2014 dan tanah yang baru dibebaskan baru sejauh
tiga kilometer. Dibukanya akses jalan Dudukan-Ngentakrejo itu akan
menjadi jalan utama memasuki kawasan industri yang menghubungkan jalan
negara dan jalan provinsi.
"Untuk memenuhi sebagai jalan utama menuju kawasan industri, maka
badan jalan harus dilebarkan dengan target pelebaran mencapai 14 meter
dan lebar aspal delapan meter," ungkap Gusdi.
Lebih lanjut Gusdi mengatakan tak hanya melanjutkan pembangunan jalan
yang tersisa dari tahapan lalu. Penyempurnaan jalan dan badan jalan
juga akan dilakukan pada tahun ini. Pasalnya, ketebalan aspal di jalan
yang sudah dilebarkan yang berada di Dusun Giyoso, Desa Salamrejo
masih belum cukup tebal.
"Kami juga akan melanjutkan proses pembebasan tanahnya lagi. Tahun ini
ada satu kilometer tanah yang akan dibebaskan dengan anggaran sekitar
Rp2,8 miliar. Kami sudah melakukan kordinasi dan diskusi dengan pihak
desa terkait hal itu, dan baru akan jalan," jelas Gusdi.
Sebelumnya, Pelaksana Harian Kepala Desa Salamrejo Surono menambahkan,
pelebaran jalan untuk memasuki kawasan industri dilakukan secara
bertahap. Saat ini, kondisi jalan yang berada di kawasan tersebut
sudah cukup baik dan jauh lebih luas, sehingga lalu lalang kendaraan
berat tidak terlalu mengganggu warga.
" Kalau di sisi jalan masuk memang jalan sudah diperlebar, namun masih
akan diaspal untuk diperhalus," imbuh Surono
Share:

Perahu Terbalik, Mulyono Hilang di Progo

KALIBAWANG ( KRjogja.com) - Satu dari sembilan peserta arum jeram atau
rafting yakni Mulyono (47) warga Polokerto, Bekonang Kabupaten
Sukoharjo Jawa Tengah mengalami kecelakaan hanyut dan hilang setelah
perahu karet yang ditumpangi bersama delapan rekannya terbalik di
Sungai Progo tepatnya di wilayah Pantog Wetan Desa Banjaroya Kecamatan
Kalibawang, Minggu (08/02/2015).
Hingga berita ini ditulis Tim Search and Rescue (SAR) Merapi masih
melakukan pencarian di sepanjang Sungai Progo. Anggota Polsek
Kalibawang Bripka Santoso menjelaskan, musibah terbaliknya perahu
peserta arum jeram tersebut bermula ketika sejumlah tenaga medis Rumah
Sakit (RS) Moewardi Solo selesai melaksanakan ujian anastesi.
Usai ujian, para peserta refreshing dengan ikut rafting dari pertemuan
Sungai Pabelan dan Progo di wilayah Magelang. Dalam pelaksanaan
kegiatan, peserta yang berjumlah 30 orang dibagi dalam enam perahu.
Mereka menyusuri derasnya arus Sungai Progo yang memang sedang dalam
kondisi banjir. Saat melintas di intake Kalibawang, di wilayah Pantog
Wetan, Banjaroya perahu yang dinaiki korban bersama 8 rekannya
terbalik.
"Tiga orang terjatuh dan dua orang berhasil menepi. Korban yang
merupakan perawat IGD tenggelam dan tidak nampak. Dari lokasi kejadian
ke finish sebenarnya jaraknya hanya tinggal satu kilometer lagi, tapi
perahu mengalami musibah terbalik," kata Bripka Santoso.
Tim SAR dan petugas kepolisian serta warga setempat terus melakukan
pencarian dengan menyusuri Sungai Progo. Dalam proses pencarian
sebenarnya Tim sempat melihat dayung dan pelampung mengambang.
"Kemungkinan pelampung yang dikenakan lepas dan korban tidak bisa
berenang," ujarnya.(Rul)
Share:

05 February 2015

BANDARA KULONPROGO : Puluhan Warga Glagah Hengkang dari Konsultasi Publik

Harianjogja.com, KULONPROGO-Puluhan warga Desa Glagah, Kecamatan
Temon, yang terdampak pembebasan lahan hengkang dari Aula Balaidesa
Glagah saat diminta mengisi formulir persetujuan atau penolakan
rencana pembangunan bandara, Selasa (3/2/2015).
Kegiatan yang berlangsung dari pukul 10.00 WIB dihadiri 85 dari 154
undangan yang disebar. Tim Pengadaan Lahan Bandara memaparkan rencana
akuisisi lahan selama 45 menit. Setelah itu, tim menyuruh warga
mendatangi petugas yang sudah berjajar di meja untuk mengisi formulir
persetujuan atau penolakan. Tak disangka, sebanyak 27 warga yang hadir
pergi meninggalkan aula Balai Desa tanpa mendatangi petugas.
Salju, warga Pedukuhan Glagah, mengaku enggan mengisi formulir
konsultasi publik dan memilih pergi karena tidak setuju dengan
pembangunan bandara di Temon. "Saya datang ya mendengarkan saja,
tetapi tidak ada rencana mengisi," ujarnya.
Sementara, Sukiyem, warga Pedukuhan Sangkretan, mengaku sebenarnya
tidak setuju dengan pembangunan bandara di Temon.
"Saya datang untuk memenuhi undangan, tetapi soal mengisi formulir ya
tergantung warga lainnya," tuturnya.
Diakuinya, sikap warga terkait pembangunan bandara ditentukan oleh
mayoritas suara warga di satu wilayah.
Lain halnya dengan Supadmi, warga Pedukuhan Kepek, yang justru datang
untuk kedua kalinya ke konsultasi publik. Ia mengatakan, dalam
konsultasi publik pertama sudah mengisi formulir persetujuan, tetapi
kembali mendapatkan undangan untuk hadir di konsultasi publik
lanjutan.
"Katanya ada kesalahan administrasi, jadi saya disuruh mengisi ulang
formulir," ungkapnya.
Share:

03 February 2015

Toyota Indonesia Donasikan Kendaraan untuk SMK

WATES ( KRjogja.com) -Toyota Indonesia menyumbangkan satu unit mobil
Etios senilai kepada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2
Kulonprogo sebagai bagian dari rangkaian donasi kendaraan utuh kepada
Universitas dan SMK yang diawali dengan penyerahan kepada Universitas
Indonesia pada September 2014 lalu.
Upaya ini merupakan salah satu wujud komitmen Toyota Indonesia untuk
mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia,
khususnya dalam menyiapkan SDM lokal yang handal. Donasi diserahkan
Ketua Yayasan Toyota & Astra (YTA), Mintarejo Darmali didampingi oleh
General Manager PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Teguh
Trihono kepada Kepala Sekolah SMK Negeri 2 Kulonprogo, Dra Rr
Istihari Nugraheni MHum dalam acara yang dihadiri Kepala Dinas
Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) DIY dan Bupati
Kulonprogo.
"Total Toyota Indonesia mendonasikan 18 unit kendaraan utuh kepada
beberapa perguruan tinggi dan SMK di Indonesia guna mendukung kegiatan
praktikum teknik. Kualitas sumber daya manusia lokal sangat penting
terutama dalam menghadapi era persaingan yang kompetitif Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Menyikapi hal ini, kami berupaya untuk bisa
membantu peningkatan kualitas SDM dengan memperkenalkan teknologi di
dunia otomotif sebagai salah satu industri yang akan langsung terkena
dampak penerapan MEA," kata Teguh Trihono dalam keterangan tertulis
yang disampaikannya kepada KR, Selasa (03/02/2014).
Teguh mengatakan penyerahan bantuan ini merupakan wujud dari komitmen
Toyota Indonesia untuk terus mendukung peningkatan kualitas SDM
Indonesia yang handal sesuai dengan semangat Toyota Berbagi. Total
nilai ekonomis dari donasi kendaraan utuh ini adalah lebih dari Rp 4
miliar. Sebelumnya, Toyota Indonesia telah mendonasikan kendaraan utuh
dan komponen kendaraan kepada lebih dari 60 SMK Teknik di seluruh
Indonesia.(M-3)
Share:

02 February 2015

Konflik Sosial Pesisir Selatan Temon Hendaknya Segera Dihentikan

TEMON ( KRjogja.com)- Konflik sosial yang terjadi di wilayah pesisir
selatan Kulonprogo dewasa ini menyusul adanya rencana pembangunan mega
proyek bandara dan penambangan pasir besi mengundang keprihatinan
Lembaga Kajian Resolusi Konflik. Perbedaan pendapat terhadap rencana
pembangunan wilayah tersebut telah mengganggu kerukunan hidup
masyarakat sehingga muncul kelompok pro dan kontra yang berakibat
diterapkannya sanksi sosial.
"Kami sangat prihatin atas kondisi yang terjadi saat ini. Hanya karena
berbeda pandangan timbul konflik sosial serius di masyarakat," kata
Ketua Lembaga Kajian Resolusi Konflik, Muqoffa Mahyudin, SAg MHum usai
Mujahadah Perdamaian dan Kebersamaan Dalam Islam, Masyarakat Pesisir
Kulonprogo di Masjid Ainul Jariyah Pedukuhan Ngelak Desa Jangkaran
Kecamatan Temon, Minggu (1/2/2015).
Mujahadahan dihadiri warga pesisir selatan Kecamatan Temon yang
terkena pembangunan bandara, baik kelompok yang pro maupun kontra.
Ketua Wahana Tri Tunggal (WTT) Martono bersama sejumlah pengurus
paguyuban yang selama ini menolak bandara nampak hadir dan berbaur
dengan jamaah lain. Mujahadahan, tahlil dan doa dipimpin KH Drs
Muttaqim Mujid.
Menurut Muqoffa, dari hasil survey, konflik sosial ternyata telah
menyatu dalam diri masyarakat. Hal tersebut tercermin dengan adanya
warga yang tidak mau menghadiri hajatan pernikahan ataupun takziyah
antaranggota kelompok. Pihaknya khawatir kondisi tersebut akan
diwariskan kepada anak cucu hingga waktu yang sangat lama. Muqoffa
berharap, mujahadah bisa menginspirasi semua kelompok untuk mengakhiri
konflik sosial. Pendekatan agama seperti mujahadah diharapkan bisa
jadi media penyembuh hati sehingga masyarakat kembali hidup rukun.
"Minimal dengan berdoa dan makan bersama bisa jadi langkah awal warga
untuk kembali ke kehidupan lama yang lebih tentram," jelasnya.
Dalam upaya mengembalikan kerukunan hidup masyarakat di wilayah
pesisir selatan Temon, Lembaga Kajian Resolusi Konflik akan
menggandeng para tokoh agama untuk terus mengkaji penyebab-penyebab
sekaligus mencari solusi agar persoalan-persoalan yang timbul segera
bisa berakhir.
"Mereka (tokoh agama-Red.) akan kami ajak untuk aktif menggelar
pengajian sekaligus memberikan pencerahan. Mudah-mudahan ke depan
mujahadah dan pengajian bisa dilaksanakan di masjid-masjid lain di
Temon," harapnya.
Tokoh Desa Jangkaran, M Sururudin mengapresiasi Lembaga Kajian
Resolusi Konflik yang telah memprakarsai upaya penyatuan umat di
wilayah pesisir selatan Kulonprogo. Pihaknya yakin acara tersebut bisa
menyadarkan masyarakat dan tidak terjebak dalam kepentingan pragmatis.
Mujadahan dan kajian bisa jadi pintu gerbang bagi rekonstruksi
kemanusiaan.
"Menurut kami acara seperti ini cukup penting, karena itu kami
berharap ke depan kegiatan-kegiatan serupa bisa berlanjut, sehingga
jalinan tali silaturrahmi warga menjadi harmonis kembali," jelasnya.
Martono sepakat dengan pernyataan Muqoffa. Bahkan dirinya juga
berharap kegiatan keagamaan tersebut bisa dilaksanakan rutin sebagai
upaya mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hanya saja untuk
diwilayah Desa Glagah dan sekitarnya, pihak penyelenggara perlu
berkoordinasi secara intensif.
"Karena di sana tidak semudah membalikkan telapak tangan, perlu
proses," terangnya.(Rul)
Share:

29 January 2015

Pemkab Kucurkan Rp 6,4 M Untuk Revitalisasi Tiga Pasar

KULONPROGO ( KRjogja.com)- Tahun 2015 ini tiga pasar tradisional di
Kulonprogo bakal direvitalisasi dengan dana Rp 6,475 Miliar. Ketiganya
masing-masing Pasar Wates, Pasar Dekso Kalibawang, dan meneruskan
Pasar Percontohan Sentolo. Selain ketiga pasar tersebut, pasar
berskala kecil juga ada beberapa perbaikan namun tidak begitu besar
dananya.
"Pasar Wates nanti akan dibuatkan dua tangga di depan, agar masyarakat
yang akan berbelanja ke lantai dua bisa lewat dari depan. Selama ini
tangga ada di dalam dan belakang pasar. Dana yang disediakan sebesar
Rp 475 juta,"ujar Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Energi Sumber
Daya Mineral (Disperindag ESDM) Kulonprogo Dra Niken Probo Laras SSos
MH, Rabu (28/1/2015).
Niken menjelaskan untuk Pasar Dekso dibangun los dan sarana prasarana
(sarpras) dengan dana alokasi khusus (DAK) Rp 1,5 M. Sedangkan Pasar
Percontohan Sentolo akan dibangun los beserta pagar Rp 4,5 M dari dana
APBD DIY dan Kabupaten.
"Untuk pasar percontohan ini merupakan tahap keempat. Diharapkan
setelah pembangunan tahap keempat ini menjadi lebih banyak lagi
pedagang yang bakal menempatinya. Karena yang mendaftar sudah mencapai
270-an pedagang, sementara saat ini pasar percontohan kios yang ada
sudah dihuni 150 pedagang. Ke depan akan dibuat zona-zona, seperti
zona baju, pangan, dan lainnya. Tapi itu nanti setelah semua selesai
pembangunannya,"kata Niken.(Wid)
Share:

28 January 2015

Rusunawa Triharjo Mundur Ditempati

KULONPROGO ( KRjogja.com)- Instalasi pembuangan air limbah (ipal)
komunal di rumah susun sederhana sewa (rusunawa) di Triharjo Wates
belum dikerjakan. Hal tersebut membuat rencana penempatan mundur dari
jadwal semula Januari 2015. Rusunawa yang dibiayai Rp 27 miliar dari
Kementerian Pekerjaan Umum ini siap ditempati bulan Juni atau maksimal
Juli tahun ini.
"Rusunawa memang belum bisa ditempati. Masih ada pekerjaan seperti
listrik dan yang terpenting adalah ipal komunalnya. Kemarin untuk
pembuatan ipal komunal dananya kurang, sehingga baru dimintakan di
Kementeri PU dan rencana pengerjaannya sekitar bulan Maret yang akan
selesai selama tiga bulan ke depan. Kalau air bersihnya siap, sebab
pipanya sudah dipasang. Sedangkan untuk listrik tinggal perjanjiannya
saja," tutur Kabid Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kulonprogo,
Zahram Asurawan ST MT di Wates, Selasa (27/01/2015).
Zahram menyatakan rusunawa diperuntukkan bagi 196 penghuni. Calon
penghuni rusunawa yang sudah mengambil formulir sekitar 300-an, namun
hingga saat ini yang mengembalikan baru 100 orang.
"Masih belum banyaknya yang mengembalikan formulir dimungkinkan
melihat rusunawa belum selesai, bila semua sudah siap dan dilakukan
verifikasi terhadap pemohon maka saya yakin yang sudah mengambil
formulir dan belum mengembalikan pasti akan tertarik," katanya.
Terkait syarat penghuni, diantaranya adalah sudah berkeluarga dan dari
ekonomi kurang mampu. Rusunawa lima lantai tersebut sewanya tiap
lantai berlainan, yang jelas untuk lantai satu dan dua agak mahal
sekitar Rp 200 ribu perbulan dan lantai paling atas lebih murah
sekitar Rp 100 ribu perbulan. "Kami baru akan membahasnya untuk tarif
sewa karena akan dilakukan koordinasi bersama dengan instansi
terkait," ujarnya.(Wid)
Share:

27 January 2015

Warga Terdampak Pembebasan Lahan Berubah Sikap

Harianjogja.com, KULONPROGO-Warga terdampak pembebasan lahan
pembangunan Bandara Kulonprogo menunjukkan perubahan sikap dalam
rencana pembangunan bandara di Kecamatan Temon.
Puluhan orang yang semula belum sepakat dengan pembangunan bandara
saat konsultasi publik pertama, kini beralih mengisi formulir
persetujuan.
Hal itu tampak dari kegiatan konsultasi publik lanjutan yang diadakan
di Balaidesa Sindutan dan Kebonrejo, Senin (26/1/2015).
Tim Community Development Pembangunan Bandara Ariyadi Subagyo
menuturkan alasan perubahan sikap warga karena mereka belum paham
informasi detail terkait rencana pembangunan bandara pada konsultasi
publik yang lalu.
Diakuinya, sekalipun kedua desa tersebut relatif kondusif namun
terdapat pula warga yang tidak setuju dengan keberadaan bandara baru.
"Warga terdampak pembebasan lahan yang belum setuju kami undang lagi
dalam konsultasi publik lanjutan kali ini dan sebagian undangan lain
diperuntukkan bagi warga terdampak pembebasan lahan yang belum sempat
terdata sehingga tidak ikut konsultasi publik pertama," terangnya.
Ia menyebutkan, pelaksanaan konsultasi publik lanjutan bagi warga
terdampak pembebasan lahan di Kebonrejo dilakukan dengan menyebar 47
undangan.
Peserta yang hadir sebanyak 43 undangan dan dari jumlah tersebut hanya
dua undangan yang menyatakan keberatan.
Adapun di Sindutan konsultasi publik dihadiri 27 dari 35 undangan dan
hanya satu undangan yang menyatakan keberatan, sementara satu undangan
dibatalkan dan tidak berlaku karena mencantumkan nama peserta yang
sama dengan undangan lainnya.
Share:

BERITA KULON PROGO TERBARU

SITEMAP