Kulon Progo - Kaki-kaki kecil melangkah ringan menuju sebuah tanah lapang. Tangannya menenteng tas berisikan berbagai peralatan ibadah seperti mukena dan peci. Mereka tidak berjalan sendiri. Ditemani orang tuanya, ratusan siswa di Kulon Progo melaksanakan salat Istiska atau salat meminta hujan.
Siswa-siswi yang berasal dari Yayasan Amal Insan Mulia Kulon Progo ini terpikir untuk menyelamatkan saudara-saudarinya yang tertimpa musibah
kebakaran hutan dan lahan (karhutla), utamanya di Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan.
Mereka melakukan salat Istiska di lapangan Desa Pengasih, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY).
Ini sebagai ikhtiar umat Islam memohon kepada Allah untuk dijauhkan dan dihindarkan dari bala kekeringan ini, sehingga menurunkan rahmatnya lewat hujan.
Dengan turunnya hujan, diharapkan sebagian wilayah di
Indonesia yang saat ini tengah dilanda karhutla dan kekeringan akibat kemarau panjang dapat tertangani dengan cepat.
Salah seorang peserta
salat Istiska, Carissa Masayu Audrea mengatakan senang dan bahagia dapat terlibat dua kali dalam ibadah ini.
Siswa memberikan donasi bagi korban karhutla di Sumatera dan Kalimantan setelah salat Istiska di Kulon Progo. (Foto: Tagar/Harun Susanto).
Siswa kelas V
Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Ibnu Mas'ud ini, berniat tulus membantu saudara se-Tanah Air mereka yang terkena dampak asap akibat karhutla di seberang pulau sana, bahkan saat ini sudah melanda sebagian kawasan di Pulau Jawa.
"Saya kasihan sama mereka. Mereka tidak bisa sekolah, karena terganggu kabut asap yang pekat," ujarnya dengan raut wajah masam saat dijumpai Tagar, di Pengasih, Kulon Progo, 23 September 2019.
Sementara peserta lainnya, Nesya Julia Manda Rahmasari juga mengaku senang bisa mengikuti kegiatan ini. Perempuan berusia 11 tahun ini berharap melalui salat Istiska,
hujan bisa segera turun di sejumlah wilayah yang terdampak karhutla dan kekeringan.
"Semoga masyarakat yang tinggal di wilayah terdampak karhutla, selalu diberi keselamatan. Saya tidak ingin kejadian ini terulang lagi," ujar siswa kelas V SDIT Ibnu Mas'ud ini.
Sementara itu penanggung jawab ibadah salat Istiska, Riswanto menerangkan, kegiatan pada Jumat, 19 September lalu diselenggarakan sebagai bentuk empati, sekaligus doa kepada masyarakat yang terdampak karhutla di Indonesia.
Selain itu, lanjutnya, ibadah ini juga menjadi doa yang ditujukan kepada Tuhan yang Maha Esa untuk mengasihi masyarakat di berbagai
daerah yang terdampak kekeringan, termasuk juga kemarau berkepanjangan yang melanda Kabupaten Kulon Progo.
"Banyak saudara-saudara kita di sini khususnya di wilayah pegunungan sampai kekurangan air. Maka ini sebagai ikhtiar kami sebagai umat
Islam memohon kepada Allah untuk dijauhkan dan dihindarkan dari bala kekeringan ini, sehingga menurunkan rahmatnya lewat hujan," kata Riswanto.
Menurut dia, kegiatan ini juga bisa menjadi sarana
pendidikan kontekstual bagi siswa-siswi di Yayasan Insan Mulia Kulon Progo atas musibah yang tengah melanda Indonesia.
Riswanto mengharapkan, melalui kegiatan ini ratusan muridnya tidak hanya mengerti secara teori dalam
agama, tetapi juga bisa mengaplikasikannya langsung dalam kehidupan sehari-hari, serta untuk menumbuhkan rasa empati para siswa-siswinya.
"Tujuan dari sholat Istiska adalah hal tersebut, yaitu membantu sesama dan siswa bisa lebih berbudi pekerti," tuturnya.
Selain sholat Istiska, kata Riswanto, pihaknya juga melakukan kegiatan donasi. Di mana
uang yang nantinya terkumpul melalui kegiatan ini akan disalurkan kepada korban karhutla di Sumatera dan Kalimantan.
"Insyallah dananya akan kita salurkan via Jaringan Sekoah Islam Terpadu (JSIT) untuk para korban terdampak," ujar dia, Senin 23 September 2019 di Kulon Progo.
Dia menambahkan, selain siswa-siswi sekolah ini, salat Istiska juga diikuti orang tua siswa, tenaga pengajar, dan pegawai dari lima sekolah yang berada di bawah Yayasan Insan Mulia Kulon Progo, yakni TPA KB TKIT Insan Mulia, TPA KB TKIT Ibnu Mas'ud, SDIT Ibnu Mas'ud, MI Ibnu Mas'ud, dan SMPIT Ibnu Mas'ud. []
Sumber Berita :