Mohon perhatiannya, semua isi berita diblog ini adalah disalin dari berbagai sumber. Dan hanya sebagai arsip pribadi dan Group Komunitas Warga Kulon Progo.

Seluruh informasi termasuk iklan diblog ini bukan tanggung jawab kami selaku pemilik blog. Kami hanya Memberikan tempat kepada para pengiklan dan sebagai ,media sharing


 tarif jasa kami
KEMBALI KE HALAMAN AWAL – LC FOTOKOPI  *  TARIF JASA FOTOKOPI, PRINT, SCAN, KETIK, PRINT , DLL.   *   MELAYANI PRINT, PRINT COPY SECARA ONLINE


15 October 2019

Upaya Agar Bandara YIA Kulon Progo Ramah Bagi Penyandang Disabilitas - Kompas.com - KOMPAS.com



  • KULON PROGO, KOMPAS.com – Layanan prima bagi para penyandang disabilitas adalah memampukan kaum difabel melakoni semua kegiatannya secara mandiri dan bermartabat.
    Bandar Udara Yogyakarta Internasional Airport ( Bandara YIA) di Kecamatan Temon, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta merencanakan hal serupa dengan mengupayakan perbaikan dan mengembangkan sarana dan layanan yang lebih lengkap bagi para difabel.
    “YIA ini (di masa depan akan menjadi) bandara yang pertama barangkali di Indonesia sebagai bandara yang ramah terhadap semua ragam disabilitas,” kata General Manager YIA dari PT Angkasa Pura I (Persero), Agus Pandu Purnama di lobi bandara, Jumat (11/10/2019).
    Provinsi DIY memiliki dua bandara, Adisutjipto di Yogyakarta dan YIA di Kulon Progo.
    Pandu mengakui, keduanya belum memberikan layanan maksimal pada penyandang disabilitas sebagai pengguna bandara meskipun bandara telah menyediakan banyak fasilitas pendukung dan sarana bagi kaum difabel ini.
    Ini dilatari minimnya pemahaman detil terkait kebutuhan mereka akibat banyaknya ragam disabilitas.
    Selama ini, AP I sudah menyediakan toilet khusus bagi difabel, kursi roda, hingga jalur untuk mereka yang tuna netra. Semua itu dirasa belum cukup menunjukkan sebagai bandara ramah difabel.
    Pandu mengungkapkan, YIA akan berkembang untuk bisa melayani semua jenis kebutuhan khusus ini.
    AP I pun menggandeng komunitas Indonesian Caring yang  menaungi para penyadang cacat di Yogyakarta.
    Mereka menghadirkan 25 difabel untuk mengevaluasi kelebihan dan kekurangan YIA dalam melayani kebutuhan mereka.
    Mereka masuk dari tol gate, drop zone, check in counter, garbarata, hingga area kedatangan.
    “Ini ternyata beda-beda kebutuhannya. Mereka merasakan kekurangannya apa di bandara ini,” kata Pandu.
    Hasil asesmen ini nanti bisa saja berujung pada ada penambahan dan penyempurnaan sarana dan fasilitas di bandara nanti sehingga bisa melayani kaum difabel secara lebih baik.
    Pandu mencontohkan bagaimana depresi bisa saja muncul pada penyandang disabilitas mental ketika menghadapi keterlambatan pesawat yang berkepanjangan.
    AP bisa saja menyediakan ruang tenang dengan berbagai fasilitas pendukung bagi penyandang seperti ini.
    Asesmen berlangsung satu hari dan tentu akan ada hasil beragam. “Mereka yang mencatat dan kami yang akan menyediakannya,” kata Pandu.

    Fasilitas ramah untuk penyandang disabilitas

    Terbayang YIA di masa depan. Pandu mengungkapkan bagaimana nanti tunanetra punya jalur secara mandiri hingga mampu check in sendiri, kaum tuna rungu bisa sampai check in sendiri dengan bantuan costumer service yang mampu berbahasa isyarat.
    Mereka yang tuna rungu juga tak perlu tertinggal pesawat karena tidak mendengar panggilan. Mereka cukup melihat lampu menyala sebagai tanda waktunya untuk terbang.
    Tidak hanya bandara, pihak maskapai hingga ground support diharapkan bisa melakukan hal ini. “Ini yang akan kita gali ilmu ini sebagai bagian dari layanan prima,” kata Pandu.
    Bandara YIA berkembang seiring dengan Yogyakarta yang kini menjadi salah satu destinasi wisata utama setelah Pulau Bali.
    Keramahan pada penyandang cacat pun menjadi perhatian besar. Setelah bandara, tempat-tempat lain pun di Yogyakarta sebagai tempat ramah bagi difabel akan terus tumbuh, termasuk hotel dan destinasi wisata.
    “Amenity destinasi ini akan berpandangan untuk disabilitas juga. Misal perhotelan. Dari sisi PHRI dan ASITA jangan sampai ada hotel tidak ada toilet untuk difabel,” kata Pandu.
    “Tapi ini masih awal. Kita perlu pendalaman detil. Kami datangkan semua asosiasi dan Indonesia Caring. Mumpung bandara belum full operation sehingga ada langkah agar semua siap,” kata Pandu.

    Perbaikan YIA

    Ada fasilitas standar disediakan YIA bagi penyandang disabilitas. Relawan Indonesia Caring, Anggiasari Puji Aryatie mengakui bagaimana fasilitas itu belum sepenuhnya memadai.
    Anggiasari, difabel diskondroplasia di mana pertumbuhan badannya tidak berkembang baik akibat gangguan pertumbuhan tulang rawan. Anggia, panggilannya, tidak sampai setinggi pinggang.
    Dengan kondisi tubuhnya itu, Anggia mengaku banyak hal yang menyulitkan dirinya, seperti: counter check in yang yang masih terlalu tinggi, toilet khusus difabel yang juga masih terlalu tinggi, tidak ada pijakan tambahan bagi orang seukuran dirinya di ATM, hingga soal sensor pintu otomatis.
    “Saya hampir terjelungup ke toilet karena terlalu tinggi untuk saya. Kalau di Halim (Jakarta), ada dua bentuk toilet difabel yakni yang pendek dan normal,” katanya.
    Menurutnya, peninjauan ini perlu mengingat YIA berniat memberi layanan prima bagi difabel.
    Dasarnya adalah agar mereka bisa melakukan secara mandiri tanpa bantuan orang lain untuk semua jenis kecacatan.
    YIA perlu melakukan sejumlah perbaikan dan penyempurnaan di segala sisi di tengah fasilitas yang cukup lengkap.
    “Karenanya perlu pelibatan difabel dan organisasinya untuk cek langsung apakah ini bisa digunakan atau tidak,” katanya.

    Masih kurang nyaman

    Sri Lestari mengungkapkan, banyak sarana khusus difabel yang dirasa kurang nyaman untuk digunakan.
    Sebagai penyandang cacat yang lumpuh separuh tubuh ke bawah lumpuh (parapelgi) seperti dirinya, ia melihat beberapa kekurangan tidak hanya soal pemasangan handrail hingga penempatan wastafel dalam toilet difabel.
    Ia mendapati bagaimana jalan khusus difabel kursi roda terasa terlalu curam, licin, belum tersedia handrail, hingga belum ada parkir khusus roda 3.
    “Parkir ini harus dengan gambar atau tulisan sebagai rambu bahwa di sana tidak boleh dipakai orang yang tidak sesuai haknya,” kata Sri.
    Ia juga menemukan masih ada pintu belum otomatis yang membuat dirinya terpaksa mendorong kaca itu dengan kursi roda. “Itu bisa merusak kaca,” katanya.
    Penyandang cacat tubuh yang menggunakan kursi roda, Bahrul Fuad menyorot tentang kebiasaan orang yang tidak memberi penghargaan pada para penyandang cacat.
    Ini terlihat dari banyak ditemui baik kursi, tempat parkir, bahkan toilet khusus difabel malah dipakai orang yang tidak cacat atas alasan tertentu.
    Fuad berharap AP I terus mendorong edukasi dan sosialisasi kepada publik soal pengguna fasilitas difabel. Dengan demikian, semua orang bisa merasakan manfaat keseluruhan jasa bandara tanpa mengabaikan yang lain.

    “Perlu ada edukasi dan sosialisasi publik tentang penggunaan fasilitas penyandang disabilitas. Jangan sampai ada priority seat atau tempat duduk (gambar) kursi roda, atau yang sudah ada tandanya untuk anak, lansia, ibu hamil, dan difabel, tapi tetap digunakan oleh orang yang tidak punya hak di situ,” kata Fuad.
    “Kalau toilet sudah jelas kursi roda ya jangan sampai dipakai oleh orang lain dengan alasan kebelet,” katanya.

    4 Kategori Disabilitas

    YIA menggandeng Indonesia Caring untuk menyusun apapun yang bisa melayani kaum difabel lebih nyaman dan leluasa saat menjadi pengguna jasa bandara.
    Komunitas ini gabungan dari Association of The Indoneisan Tours and Travel (ASITA), Yayasan Kristen untuk Kesehatan Umum (YAKKUM), United Celebral Palsy (UCP), Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (GERKATIN), dan Sasana Inklusi dan Gerakan Advokasi Difabel (SIGAB). 
    Koordinator Indonesia Caring, Meyra Marianti mengungkapkan ada banyak ragam disabilitas. Namun, semuanya terpilah dalam 4 besar, yakni disabilitas mental, sensorik, intelektual, dan fisik.
    Ia berharap, asesmen nanti bisa mewujudkan bandara nan ramah pada pada kebutuhan dasar difabel dari masing-masing kategori tersebut.
    “Paling tidak mereka bisa mandiri tanpa asistensi, sehingga tidak harus dipegang,” kata Meyra.

Sumber Berita :
Share:

Pemkab Kulon Progo Hadirkan Kampung Koteka di Kawasan Menoreh - Tribun Jogja

  • TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Sektor agrobisnis banyak berkembang di sekitar destinasi wisata dan sentra perkebunan di kawasan perbukitan Menoreh belakangan ini.
    Hal itu mendorong Pemerintah Kabupaten Kulon Progo untuk mengembangkan kampung kopi, teh, dan kakao (Kampung Koteka).
    Kampung Koteka ini dipusatkan di wilayah Kecamatan Samigaluh, Kalibawang, dan Girimulyo.
    Ketiga wilayah ini merupakan sentra perkebunan dari tiga komoditas tersebut.
     Adapun program Kampung Koteka ini telah digagas Pemkab sejak 2017 dan dilakukan bertahap hingga 2020 sebagai bagian dari dukungan terhadap Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Borobudur serta Bandara Internasional Yogyakarta (YIA).
    Kasi Produksi Perkebunan, Dinas Pertanian dan Pangan Kulon Progo, Cahyadi Jono mengatakan agribisnis banyak tumbuh di tiga kecamatan itu dalam tiga tahun terakhir.
    Terutama di sekitar objek-objek wisata sehingga mampu mendongkrak jumlah kunjungan wisatawan ke wilayah tersebut.
    Adapun kampung-kampung agribisnis yang dikembangkan Pemkab melalui program Kampung Koteka itu antara lain Kampung Kakao di Banjararum (Kalibawang), Kampung Kopi Purwosar (GIimulyo), dan Kampung Kopi Gerbosari maupun Pagerharjo (Samigaluh).
     "Di sana dibangun unit usaha perkebunan yang dikelola masyarakat sekaligus menjadi objek wisata dan agribisnis ini kemudian muncul di sekitarnya sehingga bisa mendongkrak angka kunjungan wisata," kata Cahyadi, Senin (14/10/2019).
    Disebutnya, letak geografis Kulon Progo cukup strategis seiring adanya program pengembangan KSPN Borobudur dan Bandara YIA oleh pemerintah pusat.

Sumber Berita :
Share:

Wisata ke Yogya, Mampir ke Kulon Progo untuk Menoreh Art Festival 2019 - Kompas.com - KOMPAS.com


KULON PROGO, KOMPAS.com - Festival kebudayaan kembali menyemarakkan atmosfer Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Hajatan tahunan dengan nama Menoreh Art Festival 2019 (MAF) berlangsung selama 9 hari sejak hari ini, 12 Oktober 2019, sampai 20 Oktober 2019.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, banyak pertunjukkan seni dan budaya yang berbeda-beda setiap hari sepanjang lebih sepekan ke depan. Di antaranya atraksi tari, musik daerah, parade karnival hingga pertandingan olahraga tradisional.

Semua berlangsung di Alun-alun Kota Wates, Kulon Progo. Pemerintah menggelar ini untuk memperingati Hari Jadi ke-68 Kulon Progo.

"Keseluruhan rangkaian kegiatan tersebut menunjukkan betapa luar biasa kaya budaya kita. Mari kita dukung dan berpartisipasi di dalamnya," kata Plt Bupati Kulon Progo, Sutedjo saat membuka final pertandingan Nglarak Blarak di Alun-alun Wates, Sabtu (12/10/2019).

Festival kebudayaan mendorong seluruh potensi seni dan budaya Kulon Progo muncul, mempertontonkan kemampuannya, dan menyedot penonton.

Diawali dengan pertandingan Ngalarak Blarak yang digelar di alun-alun. Ini pertandingan olahraga khas dan hanya ada di Kulon Progo saja.

Pertandingan ini dulunya hanyalah permainan anak-anak dan pemuda desa menggunakan blarak (dahan kelapa yang masih berjanur) di kampung penderes nira kelapa di perbukitan Menoreh.

Pemerintah mengemasnya menjadi sebuah pertandingan. Jadilah sekarang Nglarak Blarak sebagai lomba pacuan manusia menggunakan dahan pohon kelapa.

Pemerintah mengangkatnya menjadi olahraga tradisional Kulon Progo. Olahraga ini pun naik daun dalam 3 tahun belakangan.

"Awalnya (MAF 2019) adalah final Nglarak Blarak, selanjutnya macam-macam kegiatan," kata Joko Mursito, Sekretaris Dinas Kebudayaan Kulon Progo, sebelumnya.



KOMPAS.com/ DANI J Warga bahkan menonton dari jarak sangat dekat pertunjukan sendratari Sugriwa Subali. Mereka memadati sampai nekat menaiki panggung. Sendratari ini salah satu agenda dalam Menoreh Art Festival 2018 dalam rangka menyambut Hari Jadi ke-67 Kulon Progo.Joko mengungkapkan, rangkaian kegiatan berlanjut pada kegiatan lain sampai malam. Setelah Nglarak Blarak berlanjut dengan Parade Penyanyi Campursari.

Di hari-hari berikutnya ada pertunjukkan wayang menggunakan tiga kelir atau layar. Kemudian pertunjukkan Sendratari Sugriwa Subali dan Sendratari Api di Bukit Menoreh sebagai ikon Kulon Progo.

Kegiatan olah raga tradisional lain adalah pertandingan jemparingan atau memanah tradisional tingkat nasional.

Belum lagi ada macapatan massal, karawitan dan paduan suara maupun flashmob.

Warga-warga dari pegunungan juga turun ke MAF untuk mengikuti festival bulan purnama sambil bermain musik dari lesung penumbuk padi.

Dalam gelar MAF 2019 ini pemerintah juga memberi anugerah bagi sejumlah tokoh budaya. Pemerintah juga merilis buku berjudul "Sanun" yang menceritakan kisah seorang tentara pelajar asli Kulon Progo yang jadi polisi lantas terbunuh di lapangan Shanun di Kecamatan Sentolo.

"Kami juga akan memberikan anugerah kepada beberapa tokoh budaya," kata Joko.

Pemerintah berharap dengan adanya festival ini dapat memperkenalkan kebudayaan yang telah ada di Kulonprogo ke pada masyarakat luas.


KOMPAS.com/ Dani J Tari Barong di Pertunjukan Seni Perbatasan dalam rangka Menoreh Art Festival 2018 di Kulon Progo, DIY, Rabu (17/10/2018) malam.Semuanya ini bagian dari rangkaian kegiatan peringatan hari jadi ke-68 Kabupaten Kulon Progo. Rangkaian acara HUT sejatinya sudah dimulai sejak 9 September 2019 lalu dengan turnamen sepakbola.

Dilanjutkan lomba lain, seperti lomba sapi potong, kambing PE, pameran pembangunan Kulon Progo, donor darah, dan berbagai even lainnya.

Gelar seni dan budaya di Menoreh Art Festival 2019 menjadi pamungkas.
Pasar Kangen

Sedikit berbeda dengan MAF tahun sebelumnya. Festival kebudayaan MAF berlanjut dengan Pameran Seni Rupa 'RUPAKU' yang berlangsung di Taman Budaya Kulon Progo pada 21-30 Oktober 2019.

MAF pada tahun-tahun sebelumnya, pameran seni rupa jadi satu lokasi dengan festival budaya berlangsung, yakni alun-alun.

"Yang ditampilkan mulai dari komunitas perupa, juga mengundang kurator dari Jogja, pelaku budaya, komunitas seni pertunjukan," katanya.

Pameran seni rupa tidak berlangsung sendiri. Pemkab mengemas Taman Budaya menjadi semacam Pasar Kangen. Di pasar itu ada berbagai kuliner khas Kulon Progo dan pernak pernik produksi masyarakat Kulon Progo.

"Banyak menampilkan wajah Kulon Progo dari sisi kebudayaan dan kuliner," kata Joko.



Sumber Berita :
Share:

Delapan Kecamatan di Kulon Progo Dilanda Kekeringan - CNN Indonesia

  • Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat jumlah warga yang mengalami kesulitan air bersih mengalami peningkatan dari 4.150 jiwa menjadi 8.316 jiwa pada musim kemarau tahun ini.
    Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulon Progo, Suhardiyana, mengatakan sebanyak lebih dari 8.300 jiwa yang kesulitan air bersih tersebar di delapan kecamatan.

    Kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Samigaluh, Kalibawang, Kokap, Pengasih, Girimulyo, Panjatan, Lendah, dan Sentolo.
    "Kami memperkirakan jumlah warga yang kesulitan air bersih lebih dari 8.316 jiwa. Kami terus memantau distribusi air bersih ke masyarakat supaya mereka tetap bisa mencukupi kebutuhan air untuk keperluan sehari-hari," kata Suhardiyanta, sepertiyang dikutip dari Antara, Minggu (13/10).

    Ia mengatakan sampai saat ini, masih banyak masyarakat mengajukan permintaan bantuan dropping air bersih.
    Tidak hanya dari pedusunan, Suhardiyanta menambahkan, permintaan penyaluran air juga datang dari sejumlah rumah ibadah dan sekolah.
    "Jumlah wilayah serta jumlah penduduk yang terdampak, terus mengalami peningkatan. Mata air warga banyak yang sudah mengering," katanya.
    Sementara itu, Sekretaris Daerah Kulon Progo Astungkoro mengatakan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo memastikan, kebutuhan air masyarakat akan tetap dipenuhi hingga datangnya musim hujan tiba.
    Hingga saat ini sudah tersalurkan 770 tangki air bersih ke masyarakat, ujarnya.
    "Dari koordinasi dengan pihak BMKG, diperkirakan ada kemunduran musim hujan. Kami memiliki 301 tangki air bersih dan siap disalurkan jika datang permintaan," kata Astungkoro.

    Astungkoro menjelaskan air menjadi lebih bermanfaat dibandingkan dengan uang di saat musim musim kemarau. Karena itu, pihak desa di Kulon Progo diminta mencadangkan dana kedaruratan yang diambil dari dana desa, untuk keperluan penanganan kekeringan.
    "Selain untuk membuat pamsimas (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat), dana tersebut juga bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih warganya," katanya.
    [Gambas:Video CNN] (ANTARA/agr)

Sumber Berita :
Share:

30 September 2019

Cegah Siswa Ikut Aksi Demo, Pemkab Kulon Progo Bakal Lakukan Sweeping Pelajar - Tribun Jogja



TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Pemerintah Kabupaten Kulon Progo beserta instansi terkait berencana melakukan sweeping terhadap pelajar pada Senin (30/9/2019).

Hal itu untuk menyisir sekaligus mencegah pelajar yang akan mengikuti aksi demonstrasi di Kota Yogyakarta.

Sekretaris Daerah Kulonprogo, Astungkara mengatakan hal itu telah dirapatkan dalam koordinasi bersama sejumlah instansi pada pekan lalu.

Di antaranya dari unsur legislatif, kepolisian, dan juga Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) maupun Balai Pendidikan Menengah (Dikmen).

Pemkab dalam hal ini juga telah mengedarkan surat imbauan dari Wakil Bupati dan Kapolres agar pelajar tak mengikuti aksi tersebut.

"Tentu ada antisipasi lapangan, mungkin dengan sweeping, razia di beberapa titik agar tidak berkembang ke sana (pelajar ikut demo)," kata Astungkara, Minggu (29/9/2019).

Sweeping akan dilakukan di sejumlah titik, terutama kawasan perbatasan.

Pelajar yang disinyalir hendak mengikuti aksi demonstrasi itu akan langsung dicegat dan diminta kembali ke sekolah.

Kepolisian juga akan menyambangi sekolah-sekolah dalam upacara apel Senin pagi, terutama tingkat sekolah menengah atas maupun kejuruan (SMA/SMK) untuk memberikan imbauan tersebut.

"Dikmen juga sudah ada edaran serupa dan Kepala SMP sudah kita kumpulkan,"kata Astungkara.


Sumber Berita :
Share:

Pelajar Kulon Progo Galang Dana untuk Korban Karhutla - Tagar News





Kulon Progo - Puluhan pelajar dari berbagai Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat yang tergabung dalam Forum Komunikasi Pengurus Osis (FKPO) Kabupaten Kulon Progo menggelar aksi damai berupa penggalangan dana bagi korban karhutla, di sejumlah titik di Kulon Progo.

Nantinya, dana yang berhasil dihimpun akan segera disalurkan kepada mereka yang membutuhkan.

Aksi penggalangan dana ini, ternyata tidak hanya dilakukan di Kulon Progo saja namun juga di wilayah lain di DIY, oleh pengurus FKPO disana.

Pengurus FKPO Kabupaten Kulon Progo Hari Kurniawan mengatakan, penggalangan dana bagi korban Karhutla di Kulon Progo dilaksanakan di sejumlah titik, diantaranya di depan Terminal Wates, Simpang 5 Karangnongko, dan Simpang 4 UNY Wates dan kemudian berkumpul di Alun Alun Wates.

"Dalam aksinya, mereka yang terlibat menempati sejumlah titik lampu merah, untuk penggalangan dana saat lampu merah. Selain itu, kami membentangkan spanduk kecil dengan tulisan "Bantu Saudara Kita Bernafas',"ujar Hari Kurniawan di Kulon Progo sabtu sore 28 September 2019.

Hari menambahkan, penggalangan dana tersebut bertujuan untuk membantu saudara-saudara kita di tanah air Indonesia seperti di Riau, Sulawesi dan Kalimantan, sehingga beban mereka akibat terdampak kabut asap bisa lebih ringan.


Untuk penyalurannya, dana yang terkumpul akan dijdikan satu di tingkat DIY. Setelahnya dana itu akan disalurkan melalui organisasi kemanusian yang sudah disepakati bersama.

Ternyata aksi mereka ini, mendapat sambutan baik dari masyarakat Kulon Progo yang kebetulan melintas dititik yang menjadi lokasi penggalangan dana para pelajar ini.

Sumarti umur 46 tahun warga Temon mengatakan, aksi para pelajar ini sangat positif daripada ikut aksi demo yang tidak jelas. Penggalangan dana ini, sebaiknya diteruskan karena korban karhutla masih banyak.

"Saya mendukung mas. Jadi ya lanjutkan lagi saja, kasihan mereka yang terkena dampak karhutla,"ujarnya usai menyalurkan sedikit dana bagi korban karhutla.

Tidak lupa Sumarti juga mengharapkan agar segera turun hujan agar karhutla bisa segera teratasi dan masyarakat dilokasi kebakaran hutan dan lahan bisa beraktivitas normal kembali.

Harapan serupa, juga disampaikan oleh Wagiyo Warga Girimulyo Kulon Progo. Dia berharap masyarakat di lokasi Karhutla bisa sabar.

"Semoga karhutla bisa segera ditangani, dan pelaku pembakaran hutan dan lahan bisa mendapat hukuman yang setimpal,"pungkasnya. []


Sumber Berita :
Share:

23 September 2019

Hingga 2022, Kulon Progo Targetkan 75 Desanya Tangguh Bencana




TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Upaya penyiapan masyarakat dalam menghadapi potensi bencana terus digalang di Kulon Progo.

Ditargetkan hingga akhir 2022 lebih dari separuh jumlah desa yang ada bisa terbentuk menjadi Desa Tangguh Bencana (Destana).

Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulon Progo, Hepy Eko Nugroho mengatakan jumlah desa berstatus tangguh saat ini sebanyak 40 desa dari total 87 desa yang ada di Kulon Progo.

Pihaknya menargetkan pada akhir 2019 terdapat 43 desa tangguh bencana dan di 2022 ada 75 desa.

Pembentukan desa menjadi Destana menjadi penting mengingat ragam potensi kebencanaan yang mengintai hampir seluruh wilayah Kulon Progo.

"Destana menjadi langkah sistemik dalam mengupayakan sosialisasi terkait teknis antisipasi dan penanggulangan bencana kepada masyarakat," kata Hepy di sela simulasi bencana di Desa Karangwuni, Kecamatan Wates, Senin (23/9/2019).

Disebutnya, potensi kebencanaan di Kulon Progo terilang cukup lengkap, mulai dari tanah longsor, banjir, hingga tsunami.

Garis pantai di wilayah Kulon Progo cukup panjang dari wilayah Kecamatan Galur, Panjatan, Wates, hingga Temon.

Pun di sepanjang kawasan pesisir terdapat bangunan atau fasilitas vital serta permukiman padat penduduk sehingga perlu menjadi perhatian tersendiri dengan membangun kesiapsiagaan masyarakat setempat.

Hepy menyebut, ada sekitar 10 desa yang berada di sepanjang pesisir pantai Kulon Progo dan berpotensi diterjang tsunami apabila gempa besar terjadi.

Sembilan di antaranya sudah menyandang status Destana, termasuk Desa Karangwuni.

"Lokasinya sangat dekat dengan pantai sehingga rawan terkena tsunami. Maka itu, kita berupaya meningkatkan kapasitas masyarakat menghadapi bencana melalui berbagai langkah, termasuk simulasi," kata Hepy.

Kepala Desa Karangwuni, Wasul Khasani mengatakan wilayahnya hanya berjarak sekitar 800 meter-1 kilometer dari bibir pantai sehingga termasuk dalam zona merah terjangan tsunami.

Pihaknya juga berupaya untuk terus memberi pemahaman kepada masyarakat terkait kesadaran terhadap potensi bencana tersebut sehingga mereka bisa lebih waspada. (TRIBUNJOGJA COM)


Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Hingga 2022, Kulon Progo Targetkan 75 Desanya Tangguh Bencana, https://jogja.tribunnews.com/2019/09/23/hingga-2022-kulon-progo-targetkan-75-desanya-tangguh-bencana.
Penulis: ing
Editor: Gaya Lufityanti
Sumber Berita :
Share:

Arkadia Digital Media dan Pemkab Kulon Progo Siap Jalin Kerja Sama

Iwan Supriyatna | Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Minggu, 22 September 2019 | 13:24 WIB


Kadis Kominfo Kulon Progo Rudiyatno dan Pemimpin Redaksi Suara.com Suwarjono - (Suara.com/Julianto)

Arkadia Digital Media telah menyambangi Kantor Bupati Kulon Progo.

Suara.com - Delapan portal yang bernaung di bawah PT Arkadia Digital Media Tbk termasuk SuaraJogja.id melakukan audiensi ke Kantor Bupati Kulon Progo di Kelurahan dan Kecamatan Wates, Kabupaten Kulon Progo, DI Yogyakarta, Jumat (20/9/2019) siang.

Kunjungan tersebut dipimpin oleh Pemimpin Redaksi Suara.com Suwarjono, didampingi Kepala Biro Arkadia Digital Media Yogyakarta Rendy Sadikin.

Selama berkunjung, pihak Arkadia Digital Media disambut Kepala Dinas Kominfo Kulon Progo Rudiyatno, Kepala Seksi (Kasi) Pengelolaan Informasi dan Komunikasi Publik (PIKP) Dinas Kominfo Kulon Progo Heri Budi Santosa, dan Kasubag Humas Pemkab Kulon Progo Arning Rahayu.

Selain silaturahmi, kunjungan ini bertujuan untuk menjalin kerja sama sekaligus perkenalan antara Arkadia Digital Media dan Pemkab Kulon Progo.

Di samping itu, Arkadia Digital Media juga mengenalkan portal daerah SuaraJogja.id yang meliput kabar terkini di wilayah sekitar DI Yogyakarta.

"Istilahnya, kalau orang Jawa, kula nuwun. Di Biro Jogja ini, yang dikepalai Rendy, ada tujuh portal, MataMata, BolaTimes, HiTekno, Dewiku, MobiMoto, Guideku, dan HiMedik, dan kami juga punya portal daerah SuaraJogja.id," ujar Suwarjono.

Ajakan untuk bekerja sama dari Arkadia Digital Media pun disambut baik oleh pihak Pemkab Kulon Progo.

"Kami senang tentunya, dengan adanya jalinan relasi ini, nantinya akan memperkaya dan memperkuat khazanah informasi," ungkap Rudiyatno.

Terlebih, kata dia, pembangunan bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) Kulon Progo menjadi daya tarik potensial.

"Perputaran roda dan pemerataan ekonomi juga menjadi fokus kami, dan penyebaran informasi dari media pasti akan sangat membantu program tersebut," jelasnya.

Sumber Berita :
Share:

Salat Istiska Digelar di Kulon Progo

Kulon Progo - Kaki-kaki kecil melangkah ringan menuju sebuah tanah lapang. Tangannya menenteng tas berisikan berbagai peralatan ibadah seperti mukena dan peci. Mereka tidak berjalan sendiri. Ditemani orang tuanya, ratusan siswa di Kulon Progo melaksanakan salat Istiska atau salat meminta hujan.

Siswa-siswi yang berasal dari Yayasan Amal Insan Mulia Kulon Progo ini terpikir untuk menyelamatkan saudara-saudarinya yang tertimpa musibah kebakaran hutan dan lahan (karhutla), utamanya di Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan.

Mereka melakukan salat Istiska di lapangan Desa Pengasih, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).


Ini sebagai ikhtiar umat Islam memohon kepada Allah untuk dijauhkan dan dihindarkan dari bala kekeringan ini, sehingga menurunkan rahmatnya lewat hujan.

Dengan turunnya hujan, diharapkan sebagian wilayah di Indonesia yang saat ini tengah dilanda karhutla dan kekeringan akibat kemarau panjang dapat tertangani dengan cepat.

Salah seorang peserta salat Istiska, Carissa Masayu Audrea mengatakan senang dan bahagia dapat terlibat dua kali dalam ibadah ini.

Siswa memberikan donasi bagi korban karhutla di Sumatera dan Kalimantan setelah salat Istiska di Kulon Progo. (Foto: Tagar/Harun Susanto).

Siswa kelas V Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Ibnu Mas'ud ini, berniat tulus membantu saudara se-Tanah Air mereka yang terkena dampak asap akibat karhutla di seberang pulau sana, bahkan saat ini sudah melanda sebagian kawasan di Pulau Jawa.

"Saya kasihan sama mereka. Mereka tidak bisa sekolah, karena terganggu kabut asap yang pekat," ujarnya dengan raut wajah masam saat dijumpai Tagar, di Pengasih, Kulon Progo, 23 September 2019.

Sementara peserta lainnya, Nesya Julia Manda Rahmasari juga mengaku senang bisa mengikuti kegiatan ini. Perempuan berusia 11 tahun ini berharap melalui salat Istiska, hujan bisa segera turun di sejumlah wilayah yang terdampak karhutla dan kekeringan.

"Semoga masyarakat yang tinggal di wilayah terdampak karhutla, selalu diberi keselamatan. Saya tidak ingin kejadian ini terulang lagi," ujar siswa kelas V SDIT Ibnu Mas'ud ini.

Sementara itu penanggung jawab ibadah salat Istiska, Riswanto menerangkan, kegiatan pada Jumat, 19 September lalu diselenggarakan sebagai bentuk empati, sekaligus doa kepada masyarakat yang terdampak karhutla di Indonesia.

Selain itu, lanjutnya, ibadah ini juga menjadi doa yang ditujukan kepada Tuhan yang Maha Esa untuk mengasihi masyarakat di berbagai daerah yang terdampak kekeringan, termasuk juga kemarau berkepanjangan yang melanda Kabupaten Kulon Progo.

"Banyak saudara-saudara kita di sini khususnya di wilayah pegunungan sampai kekurangan air. Maka ini sebagai ikhtiar kami sebagai umat Islam memohon kepada Allah untuk dijauhkan dan dihindarkan dari bala kekeringan ini, sehingga menurunkan rahmatnya lewat hujan," kata Riswanto.

Menurut dia, kegiatan ini juga bisa menjadi sarana pendidikan kontekstual bagi siswa-siswi di Yayasan Insan Mulia Kulon Progo atas musibah yang tengah melanda Indonesia.

Riswanto mengharapkan, melalui kegiatan ini ratusan muridnya tidak hanya mengerti secara teori dalam agama, tetapi juga bisa mengaplikasikannya langsung dalam kehidupan sehari-hari, serta untuk menumbuhkan rasa empati para siswa-siswinya.

"Tujuan dari sholat Istiska adalah hal tersebut, yaitu membantu sesama dan siswa bisa lebih berbudi pekerti," tuturnya.

Selain sholat Istiska, kata Riswanto, pihaknya juga melakukan kegiatan donasi. Di mana uang yang nantinya terkumpul melalui kegiatan ini akan disalurkan kepada korban karhutla di Sumatera dan Kalimantan.

"Insyallah dananya akan kita salurkan via Jaringan Sekoah Islam Terpadu (JSIT) untuk para korban terdampak," ujar dia, Senin 23 September 2019 di Kulon Progo.

Dia menambahkan, selain siswa-siswi sekolah ini, salat Istiska juga diikuti orang tua siswa, tenaga pengajar, dan pegawai dari lima sekolah yang berada di bawah Yayasan Insan Mulia Kulon Progo, yakni TPA KB TKIT Insan Mulia, TPA KB TKIT Ibnu Mas'ud, SDIT Ibnu Mas'ud, MI Ibnu Mas'ud, dan SMPIT Ibnu Mas'ud. []

Sumber Berita :
Share:

Ini Strategi Pemerintah Percepat Konektivitas YIA Kulon Progo - Detiknews


Sleman - Pemerintah sedang mengebut pembangunan konektivitas Yogyakarta International Airport (YIA) di Kulon Progo dengan beberapa destinasi wisata di kawasan sekitarnya, termasuk ke Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah.
"Konektivitas adalah salah satu problemnya," kata Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, menjelaskan mengenai hambatan pengembangan destinasi wisata di kawasan Jogjakarta, Solo dan Semarang atau lebih dikenal dengan Joglosemar.
Hal itu disampaikan Budi usai menjadi keynote speaker seminar 'on tourism supply chain management: harnesing supply chain for tourism industry in Indonesia' di Auditorium Sukadji Ranuwihardjo MM FEB Universitas Gadjah Mada (UGM), Sabtu (21/9/2019).

Budi yakin pembangunan bandara baru di Kulon Progo akan menjadi magnet bagi para turis asing untuk berkunjung ke kawasan Joglosemar. Sekarang ini, katanya, tugas pemerintah adalah membangun konektivitas dari YIA ke kawasan sekitarnya.
"Jalan tol sudah akan dijalankan. Konektivitas kereta api menuju Yogya kita akan segera bangun, tahun depan selesai. Konektivitas kereta api dari Yogya menuju Borobudur juga sudah dirancang, bahkan jalan langsung yang dari Kulon Progo," katanya.

Selain konektivitas kereta api, pemerintah juga tengah mengupayakan pembangunan jalan raya baru yang menghubungkan YIA Kulon Progo dengan Borobudur. Dengan begitu diharapkan bus-bus besar bisa mengangkut penumpang YIA ke Borobudur.
"Kami identifikasi itu ada jalan yang panjangnya kurang lebih 53 kilometer, dengan lebar badan jalan kita harapkan lebih dari sembilan meter. Jadi bus-bus itu akan dengan leluasa bergerak dari Kulon Progo menuju Borobudur, itu yang utama dulu," tuturnya.
Setelah konektivitas YIA selesai, baru pemerintah akan berkonsentrasi membangun Joglosemar. Yakni menghubungkan kota-kota besar di Jawa Tengah dan Yogyakarta, meliputi Semarang-Solo-Yogyakarta-Kulon Progo-Purworejo-Tegal-Pekalongan.
"Artinya antara Semarang, Solo, Adisutjipto Yogya, Kulon Progo, Purworejo, Tegal, balik lagi ke Pekalongan itu ada satu ring kereta api. Dari ring-ring itu juga dihubungkan ring itu ke beberapa bandara, di antaranya Bandara Kulon Progo," ungkapnya.

Budi melanjutkan, pihaknya menargetkan konektivitas bandara baru di Kulon Progo dengan kawasan sekitarnya selesai akhir tahun 2020. "Nah, kami diperintahkan oleh Pak Presiden (Jokowi) untuk menyiapkan itu semuanya akhir 2020," sebutnya.
"Jadi sebagai contoh akses bandara yang dari kota (Yogya) ke bandara (YIA), kereta api-nya sudah harus selesai Oktober atau November ini... Akses jalan dari Kulon Progo ke Borobudur itu harus selesai pertengahan tahun depan," pungkas alumnus UGM ini.


Sumber Berita :

Share:

BERITA KULON PROGO TERBARU

SITEMAP