Mohon perhatiannya, semua isi berita diblog ini adalah disalin dari berbagai sumber. Dan hanya sebagai arsip pribadi dan Group Komunitas Warga Kulon Progo.

Seluruh informasi termasuk iklan diblog ini bukan tanggung jawab kami selaku pemilik blog. Kami hanya Memberikan tempat kepada para pengiklan dan sebagai ,media sharing


 tarif jasa kami
KEMBALI KE HALAMAN AWAL – LC FOTOKOPI  *  TARIF JASA FOTOKOPI, PRINT, SCAN, KETIK, PRINT , DLL.   *   MELAYANI PRINT, PRINT COPY SECARA ONLINE


30 September 2015

Dubes Korea Penasaran Dengan Gula Semut Kulonprogo

Jakarta, HanTer - Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia, Taiyoung Cho mengatakan setelah merasakan nikmatnya gula semut, dia penasaran dan langsung datang ke Kulonprogo, Jawa Tengah hanya untuk melihat proses produksinya.

"Saya penasaran dengan gula semut, jadi saya sengaja pergi Kulonprogo hanya untuk melihat proses pembuatannya," kata Dubes Cho dalam sambutannya saat membuka penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara perusahaan Cheil Jedang (CJ) Group asal Korea dengan Koperasi Serba Usaha (KSU) Jatirogo, Jawa Tengah, Selasa (29/9/2015).

"Kenapa dinamai gula semut pak. Kalau kecil-kecil kan masih ada yang lebih kecil dari semut," Dubes Cho seperti bertanya kepada Ngatijo, Ketua KSU Jatirogo yang tengah duduk dihadapannya.

Ternyata, kata Dubes Cho, nama semut diberikan kerena gula hasil produk warga Desa Triharjo, Kecamatan Wates, Kabupaten Kulonprogo tidak seperti gula pada umumnya, ia tidak disukai oleh semut.

Penandatanganan nota kesepahaman itu  disaksikan Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UMKM Kemenkop UKM Meliadi Sembiring dan Direktur Jenderal KOTRA Indonesia Song Yoo Hwang, serta Dubes Republik Korea untuk Indonesia HE Cho Tae Young.

 

 

 

(Ris)

Share:

UMKM Kulonprogo Masih Terjerat Utang Rentenir

TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO - Masalah klasik berupa permodalan masih saja menjadi kendala dalam pengembangan dan perberdayaan Usaha Kecil, Mikro, dan Menengah (UMKM) di Kulonprogo.

Hal itu diungkapkan Pimpinan PT Bank BPD DIY Cabang Wates, Riani Ernastuti, saat mengisi seminar kesehatan dan manajemen keuangan usaha di Gedung Kaca Kulonprogo, Selasa (29/9/2015).

Menurutnya, kebanyakan pelaku usaha UMKM di Kulonprogo kemudian berusaha memperkuat permodalan itu melalui tabungan.

Namun tidak jarang UMKM yang akhirnya harus meminta bantuan kerabat.

"Yang tidak bisa dipungkiri, ternyata masih banyak juga pelaku UMKM yang akhirnya mendapat modal dengan pinjaman renternir," kata Riani.

Dia menegaskan permasalahan itu harus diatasi dengan cara sinergi antar lembaga dan pemerintah.

Pasalnya, fakta di lapangan menunjukkan jumlah UMKM adalah yang terbanyak di antara jenis usaha yang ada di masyarakat.

Pihaknya menegaskan pula bahwa akses permodalan melalui perbankan memberi kesempatan luas untuk terus mengembangkan usaha.

"Kami siap memberi pelayanan permodalan untuk pedagang pasar, keliling, bahkan perajin yang bisa diakses secara kelompok maupun perorangan,” katanya.

Bupati Kulonprogo, Hasto Wardoyo, mengatakan dua hal antara kesehatan dan bekerja tidak akan terpisahkan. Sebab itu, proses kerja harus tetap didukung tubuh yang sehat.

"Selain permodalan, dua hal itu harus beriringan," kata Hasto.

Adapun seminar ini digelar oleh Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kulonprogo.

Harapannya, melalui acara itu para pelaku UMKM di Kulonprogo dapat semakin bersemangat wirausaha dan wawasan kesehatan serta manajemen keuangan usaha. (tribunjogja.com)

Share:

Korea Kembangkan Koperasi dan UKM di Kulon Progo

Korea Kembangkan Koperasi dan UKM di Kulon Progo
Seorang pria berusaha mengangkat tumpukan bungkus susu dan jus yang telah disortir untuk didaur di koperasi Coopemare di Sao Paulo, Brasil, 3 Juni 2015. Koperasi tersebut mendapatkan sampah yang akan didaur ulang dengan membeli dari orang-orang pengumpul sampah dari rumah-rumah, pasar dan toko. REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta -  Sebuah perusahaan asal Korea Selatan, Cheil Jedang Group, berkomitmen untuk berpartisipasi aktif dalam meningkatkan kesejahteraan petani gula kelapa di wilayah Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Rencana ini tercantum dalam  Memorandum of Understanding antara PT Cheil Jedang Indonesia dengan Koperasi Serba Usaha Jatirogo yang diselenggarakan di Hotel Grand Indonesia, Jakarta, Selasa, 29 September 2015.

Komisaris PT Cheil Jedang Indonesia yang juga mantan Kepala Staf TNI Angkatan Laut, Bernard Kent Sondakh, mengatakan bahwa melalui kesepakatan ini pihak perusahaan akan mendukung satu desa mengembangkan Koperasi Serba Usaha Jatirogo untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memperbaiki fasilitas yang ada di desa tersebut. "Koperasi Serba Usaha Jatirogo memiliki produk gula kelapa yang baik, tentu ini adalah potensi bagus. Melalui nota kesepakatan ini kami akan membantu untuk memasarkan produk mereka melalui outlet-outlet kami yang tersebar di wilayah Jabodetabek," ujar Bernard.

Selain itu, melalui kesepakatan ini juga pihak perusahaan juga akan memberikan pendampingan untuk koperasi dalam mengembangkan sebuah produk. "Tidak hanya memberikan bantuan untuk distribusi, melalui program Corporate Sosial Responsibility kami juga memberikan bantuan berupa infrastruktur untuk mengembangkan produksi dari gula kelapa buatan operasi Serba Usaha Jatirogo," kata Bernard lagi.

Sementara itu Deputi Bidang Pengkajian Sumber Daya Manusia Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Meliadi Sembiring mengatakan, bahwa nota kesepakatan ini merupakan tindak lanjut dari program One Village One Product yang digagas oleh Korea Trade-Investment Promotion Agency beserta Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah pada Oktober 2013.

Tujuan program ini adalah membangun daya saing daerah dengan menciptakan kompetensi inti bagi daerah tersebut. Karena itulah, tak banyak orang tahu mengapa produk unggulan desa amat penting. "Oleh karenanya, CJ Group akan melakukan kerjasama dengan memanfaatkan strategi dan teknik pemasaran yang dimiliki afiliasi kami di Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, khususnya Kulon Progo," ujar Meliadi.

Ia menjelaskan pengelolaan Koperasi Serba Usaha Jatirogo akan semakin optimal sehingga memiliki multiplier effect bagi produksi gula kelapa yang meningkat baik dari sisi kualitas dan kuantitas. Bahkan, bukannya tak mungkin, mampu menjadi ikon Kabupaten Kulon Progo. "Selain itu, dengan potensi produksi yang besar maka secara langsung akan berdampak pada kesejahteraan petani perajin gula semut yang semakin baik pula", Ucap Meliadi.

Share:

Soal Bandara Kulon Progo, Petani Kecewa Putusan MA

Sidang kasus Bandara Kulon Progo di PTUN DIY, beberapa waktu lalu. (Metrotvnews.com/Ahmad Mustaqim)
 
 
 
 
 
Metrotvnews.com, Yogyakarta: Mahkamah Agung (MA) mengabulkan kasasi gugatan rencana pembangunan Bandara Kulon Progo yang diajukan oleh Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta.

Rizky Fatahillah, kuasa hukum petani Kecamatan Temon yang menolak pembangunan Bandara Kulon Progo, menyayangkan tindakan MA mengabulkan kasasi gugatan tersebut.

Menurutnya, pembangunan Bandara Kulon Progo bermasalah dalam hal perencanaan. Sebab, pembangunan tidak pernah disebutkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Nasional dan RTRW DIY.

"Pihak kami menyayangkan MA yang mengabulkan putusan pemda karena putusan PTUN kami pikir sudah komprehensif," ujar Rizky yang merupakan salah satu anggota LBH Yogyakarta melalui sambungan telepon di Yogyakarta, Rabu (30/9/2015).

Ia khawatir ke depannya akan semakin banyak pembangunan bermasalah yang dibiarkan di Yogyakarta. "Kami khawatirkan akan melegitimasi pembangunan infrastruktur lain yang bermasalah," ucapnya.

Selain itu, pihaknya menilai dalam rencana pembangunan bandara, pemerintah bertindak sewenang-wenang dan tidak memperhatikan hak hidup dan hak pekerjaan petani di Kulon Progo.

"Kami lihat selama ini pemerintah hanya ingin gusur-gusur. Tapi tidak memperhatikan keinginan kawan petani. Yang kami bela bukan menolak bandara tapi mempertahankan kelangsungan hidup petani di Kulon Progo," tegasnya.

Pihaknya akan melakukan berbagai tindakan untuk membela kelangsungan hidup petani. Salah satunya melakukan upaya hukum dan komunikasi politik dengan pemerintah pusat.

"Upaya hukum lanjutan akan kami lakukan tetapi masih akan dibicarakan lagi. Perlu juga untuk melibatkan pemerintah pusat untuk melakukan upaya politik lebih luas, tujuannya agar pemda yang ingin membangun Bandara Kulon Progo mengerti aspirasi petani," pungkasnya.
SAN                        
Share:

26 September 2015

Pemkab Kulonprogo Turunkan Tim Pemantau Hewan Kurban Kamis Besok

TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO - Meski sudah ada yang melakukan
penyembelihan hewan kurban pada Rabu (23/9/2015), Pemkab Kulonprogo
baru akan menerjunkan tim pemantau pada Kamis (24/9/2015).

Kepala Kesehatan Hewan Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan
Kulonprogo, Drajat Purbadi, mengatakan pemantauan penyembelihan hewan
kurban pada Kamis akan dilakukan sekitar 195 petugas.

Para petugas yang diterjunkan ke lapangan itu, menurutnya, terdiri
atas 54 dokter hewan, 88 petugas kesehatan yang merupakan kader di
setiap desa, dan juga 53 mahasiswa Fakultas Kesehatan hewan UGM.

"Mereka diterjunkan untuk memantau penyembelihan hewan kurban pada
Kamis ini di Kulonprogo. Setiap desa diperkirakan akan dipantau oleh
tiga atau empat orang petugas," kata Drajat, Rabu (23/9/2015).

Drajat mengakui pada Rabu ini memang sudah ada beberapa lokasi yang
melaksanakan penyembelihan hewan kurban. Meski demikian, pihaknya
belum menurunkan petugas pemantau ke lapangan.

Sebagaimana pantauan di lapangan, penyembelihan hewan kurban pada Rabu
ini salah satunya dilaksanakan masyarakat Durungan Kecamatan Wates.

Seusai melaksanakan salat Id, belasan warga Durungan ini
melanjutkannya dengan penyembelihan dua ekor sapi dan satu ekor
kambing. (*)
Share:

Gempa Yogya tak menimbulkan kerusakan di Kulon Progo

Merdeka.com - Kota Yogyakarta dilanda gempa bumi pada pukul 20.28 WIB.
Meski tak berlangsung lama, gempa ini sempat mengejutkan warga hingga
berhamburan ke luar rumah.

Bahkan guncangan dari gempa ini juga terasa hingga ke Desa Salamrejo,
Kulon Progo, Jawa Tengah. Namun, guncangan tersebut tidak terlalu
keras seperti di Kota Yogyakarta.

"Di sini berasa guncangannya, tapi enggak begitu keras. Hanya sedikit
bergetar hingga genting rumah bunyi. Kirain hujan, enggak tahunya
gempa," kata Glin, warga Jakarta yang saat itu tengah berada di Kulon
Progo, Jumat (25/9).

Glin menambahkan, guncangan tersebut hanya berlangsung beberapa detik
dan tidak menimbulkan kerusakan apapun. Namun beberapa warga sempat
berhamburan ke luar rumah.

"Sejauh ini belum ada kerusakan apa-apa, tapi warga sempat keluar
rumah. Gempanya juga sebentar enggak sampai tiga sampai lima menit,"
imbuh Glin.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika, Mochammad Riyadi, menyatakan gempa terjadi di Yogyakarta
berpusat di 12 kilometer arah barat laut Gunungkidul. Gempa itu
berkekuatan 4,6 SR dan berada pada kedalaman 10 kilometer.

Meski getaran gempa cukup kuat dirasakan hingga Kota Yogyakarta,
tetapi Riyadi memastikan gempa tersebut tidak berpotensi Tsunami,
sebab masih di bawah 5 Skala Richter. Dari laporan diterimanya, gempa
begitu terasa di daerah Bantul, Yogyakarta.

"Tidak ada potensi tsunami. Di Bantul yang terasa sekali," ucap Riyadi.
Share:

25 September 2015

Warga Kulonprogo Berbondong-bondong Bawa Daging Kurban ke Penggilingan

Bisnis.com, KULONPROGO-Tempat penggilingan daging di Pasar Wates,
Kulonprogo diserbu warga, Kamis (24/9/2015). Mereka rela antre
berjam-jam demi menggilingkan satu atau dua kilogram (kg) daging sapi
yang diterima dari panitia pembagian hewan kurban.
Satu diantaranya adalah Basuki, warga Desa Krembangan, Kecamatan
Panjatan, Kulonprogo. Dia ingin membuat bakso dari gilingan daging
sapi. "Biar lebih tahan lama karena enggak punya kulkas," ungkap
Basuki.

Setahu Basuki, hanya ada tiga tempat penggilingan daging di sekitar
Wates. Dua di Pasar Wates dan satu lainnya di dekat Terminal Wates.
Menurutnya, dia memang harus antre karena tidak ada banyak pilihan.
Semua tempat penggilingan pasti ramai. "Ini sudah antre sejam tapi
masih kurang satu lagi. Tetangga saya nitip 1,5 kg," ujar berusia 37
tahun itu.

Basuki sendiri menggilingkan daging sapi sebanyak dua kg. Uang yang
harus dibayarkan mencapai Rp40.000. "Ini sudah sekalian dengan bumbu
baksonya. Nanti bisa langsung dimasak di rumah," paparnya.

Hal serupa dilakukan Titik Sriharyati. Tidak tanggung-tanggung. Dia
sudah antre hampir dua jam demi menggilingkan 2,6 kg daging sapi. "Ini
belum selesai. Tadi saya ke tempat lain tapi ternyata lebih banyak
yang antre," kata Titik.

Titik mengungkapkan, tidak ada tempat penggilingan daging di wilayah
tempat tinggalnya di Desa Hargorejo, Kecamatan Kokap, Kulonprogo.
"Punya kulkas buat menyimpan daging tapi kalau mau menggiling ya harus
ke Wates," ucapnya.

Sementara itu, pengelola tempat penggilingan daging di Pasar Wates,
Rusmin Nuryadin mengaku bisa menggiling daging sebanyak tiga hingga
empat kuintal per hari selama perayaan Idul Adha. Padahal, biasanya
hanya sekitar setengah kuintal. "Biasanya cuma melayani pelanggan dari
kalangan tukang bakso dan rumah makan padang," tuturnya.

Aji mumpung, Rusmin menaikkan harga jasa penggilingan hingga dua kali
lipat dibanding hari biasa. Konsumen jadi harus membayar Rp10.000 per
kg atau Rp20.000 per kg jika ingin sekalian dilengkapi bumbu.
"Ramainya paling lama sampai seminggu. Puncaknya tiga hari," kata
Rusmin menambahkan.

Editor : Nina Atmasari

Lihat arsip:
http://kwkp.blogspot.com
Share:

Edarkan Alprazolam, 2 Warga Sleman Diringkus

Harianjogja.com, KULONPROGO– Sebanyak dua warga Sleman dibekuk Satuan
Resnarkoba (Satresnarkoba) Kulonprogo karena kedapatan mengonsumsi dan
mengedarkan psikotropika. Ironisnya, obat tersebut diperoleh Sunyoto,
30, salah satu pelaku, menggunakan resep dokter.

Kasat Resnarkoba Polres Kulonprogo AKP Agus Nursewan mengungkapkan,
pelaku pertama, Sunyoto berhasil diringkus di rumahnya di Modinan,
Banyuraden, Gamping, Sabtu (19/9/2015) sore. Di hari yang sama,
petugas juga melakukan penggeledahan di rumah Nurdin, 19, pelaku lain
di rumahnya yang beralamat di Sumber Rahayu, Moyudan, Sleman.

"Kami mendapatkan informasi dari wilayah Kulonprogo, lalu kami
kembangkan. Motif pelaku yakni memiliki, menggunakan dan mengedarkan
psikotropika," ujar Agus, Rabu (23/9/2015).

Agus memaparkan, dari tangan pelaku berhasil diamankan empat butir pil
Mersi Alprazolam dan tujuh butir pil Riklona atau Clonazepam. Kedua
barang bukti itu saat ini masih dalam pemeriksaan di laboratorium
narkotika di Semarang, Jawa Tengah.

Dalam pemeriksaan yang dilakukan petugas, Sunyoto terbukti tidak hanya
sebagai pengguna. Pelaku juga mengakui telah memperjualbelikan obat
terlarang tersebut kepada rekannya. Akibat tindakannya itu, Sunyoto
dijerat dengan Pasal 62 atau Pasal 61 ayat 2 Undang-undang nomor 5
tahun 2007 tentang penyalahgunaan obat terlarang. Sedangkan, rekannya
Nurdin, dijerat dengan Pasal 62.

"Ancaman hukuman maksimal adalah lima tahun kurungan. Dari
pemeriksaan, Y [Sunyoto] sebagai pengedar," jelas Agus.

Kepada petugas, Sunyoto mengaku mendapatkan obat tersebut dari sebuah
apotik di Jogja. Awalnya, obat tersebut hanya dikonsumsinya sendiri
sebagai obat penghilang rasa sakit dan sulit tidur. Sunyoto mengaku,
sudah 13 tahun mengonsumsi obat jenis Mersi Alprazolam itu dan
mendapatkannya dari resep dokter.

Sunyoto mengatakan, dalam sekali periksa, obat yang ditebusnya
sebanyak 30 butir. Di mana, harga per 10 butir dibelinya seharga
Rp14.500.

"Karena butuh uang, saya jual ke teman per enam butir seharga
Rp72.000," ungkap Sunyoto.

Lihat arsip:
http://kwkp.blogspot.com
Share:

21 September 2015

Buah Kelapa Terbaik se-Indonesia

Harianjogja.com, KULONPROGO-Pohon kelapa merupakan salah satu potensi
terbesar Kabupaten Kulonprogo. Tidak tanggung-tanggung. Desa Bojong di
Kecamatan Panjatan bahkan diklaim sebagai daerah asal varietas tanaman
penghasil kelapa terbaik di Indonesia.



Kelapa bojong bulat. Begitulah masyarakat setempat menyebut tanaman
asli Desa Bojong ini. Hampir setiap rumah penduduk di sana memiliki
pohon kelapa di pekarangannya.

"Sudah ada sejak zaman nenek moyang," kata Kasie Pemerintahan Desa
Bojong, Yayan, saat ditemui di balai desa, Jumat (18/9/2015).

Yayan memaparkan, kelapa bojong bulat punya banyak keunggulan,
terutama pada kualitas buahnya. Daging buahnya lebih tebal dan
menghasilkan santan yang lebih kental. Kandungan minyaknya pun lebih
banyak, hampir dua kali lipat dibanding kelapa jenis lain.
Produktivitas kelapa bojong bulat juga tinggi.



"Satu jenjang bisa lebih dari 10 butir. Rata-rata 15 butir. Jenis lain
biasanya cuma lima sampai delapan butir," ujar Yayan.

Potensi tersebut kemudian mendapat perhatian khusus dari pemerintah
sejak 2008 lalu dengan mengembangkan perkebunan seluas empat hektare.
Selain peningkatan produksi kelapa, dikembangkan pula usaha
pembibitan.

"Ada 11 kelompok tani yang ikut mengelola dari masing-masing dusun," ucapnya.

Konsumen bibit kelapa bojong bulat berasal dari wilayah Wonosari dan
Bantul hingga Klaten dan Wonosobo. Sedangkan buahnya kebanyakan dijual
ke Solo dan Klaten. Yayan lalu mengeluh, keunggulan kelapa bojong
bulat sering dimanfaatkan pihak tidak bertanggungjawab.

"Sering diklaim sama orang-orang. Padahal itu bukan kelapa kami. Itu
bisa merusak citra kelapa bojong bulat," tuturnya.

Ketersediaan air yang cukup melimpah juga mendukung pengembangan
kelapa bojong bulat. Mereka belum pernah sampai kekurangan air saat
musim kemarau. Yayan lalu menambahkan, warga setempat juga
memanfaatkan bagian lain dari tanaman kelapa untuk mendapatkan
penghasilan tambahan.

"Serabut kelapa dan lidinya bisa untuk sapu," ungkapnya.

Sarinten adalah salah seorang warga yang sehari-hari membuat sapu lidi
di rumahnya. Nenek berusia 70 tahun itu mengaku punya beberapa tanaman
kelapa bojong bulat di pekarangannya. "Lumayan untuk mengisi waktu
daripada menganggur," kata warga Dusun II itu.

Editor: Mediani Dyah Natalia | dalam: Kulon Progo |
Share:

Ekspor Terganjal Pencemaran Merkuri pada Tanaman Kelapa

x



Gula semut Kulonprogo yang akan diekspor terganjal pencemaran merkuri
pada tanaman kepala

Harianjogja.com, KULONPROGO-Pengembangan usaha gula semut di Desa
Kalirejo, Kecamatan Kokap, Kulonprogo terkendala sertifikasi tanaman
kelapa. Pasalnya, ada tiga dusun di sana yang diketahui telah tercemar
merkuri.


Kepala Desa Kalirejo, Lana mengatakan, wilayah tersebut antara lain
Dusung Sangon 1, Sangon 2, dan Plampang 2. "[Merkuri] Hanya di
seputaran sungai tapi dampaknya dirasakan juga sampai wilayah
atasnya," ungkap Lana, dikonfirmasi Minggu (20/9/2015).

Padahal, sertifikasi itu menjadi salah satu syarat standar kelayakan
produk gula semut, khususnya pasar ekspor. Meski nilai jualnya lebih
tinggi, warga setempat kemudian memilih tidak mengolah nira dari
tanaman kelapa menjadi gula semut. "Hanya dibut gula jawa biasa untuk
memenuhi pasar lokal," papar Lana.

Lana menambahkan, melemahnya perekonomian juga mempengaruhi kelancaran
ekspor gula semut yang dihasilkan warga dusun lainnya. Dia
mengungkapkan, sudah banyak warga yang berkeluh kesah padanya. "Sedang
tidak ekspor. Gula semut cuma ditampung tengkulak tapi petani tidak
langsung mendapat uang," kata Lana.


Lana berharap Pemkab Kulonprogo tanggap dengan kondisi tersebut.
Setidaknya ada kepastian mengenai lembaga dan tempat yang bisa
digunakan untuk menampung produk gula semut agar tetap tahan lama.
Sebab, jumlah salah satu produk unggulan Kulonprogo itu masih bisa
terus bertambah.

"Pemerintah Desa tidak bisa membantu menampung karena tidak ada gudang
yang bisa digunakan," ucapnya.

Editor: Nina Atmasari | dalam: Kulon Progo |
Share:

BERITA KULON PROGO TERBARU

SITEMAP