Oleh: Newswire
Bisnis.com, KULON PROGO – Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengalami kesulitan mempercepat pertumbuhan investasi karena "tersandera" tingginya harga tanah akibat eforia pembangunan proyek New Yogyakarta International Airport.
"Harga tanah di Kawasan Industri Sentolo sangat tinggi, sehingga banyak investor yang mengurungkan niatnya menanamkan modal di Kulon Progo," kata Kepala Bidang Penanaman Modal Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu (DPMPT) Kulon Progo Robi Ampera di Kulon Progo, Selasa (4/9/2018).
Ia mengharapkan masyarakat atau makelar tanah tidak menjual tanah dengan harga tinggi. Investasi merupakan kunci utama pertumbuhan ekonomi di Kulon Progo ke depan.
Robi khawatir dengan tingginya harga tanah di kawasan industri Sentolo, investor akan lari ke Bantul, seperti menanamkan modalnya di Kawasan Industri Piyungan dan Kawasan Industri Pajangan yang juga siap menampung mereka. Hal ini akan merugikan Kulon Progo, dan menghambat pertumbuhan ekonomi dan investasi di Kulon Progo.
"Kami sudah proaktif membantu investor mencari tanah untuk membangun perusahaan, namun harga tanah di masyarakat sudah sangat tinggi. Hal ini dikeluhkan oleh investor, khususnya dari Korea," katanya.
Untuk menarik investor, lanjut Robi, DPMPT memberikan insentif kepada investor, seperti kemudahan berinvestasi yang diatur dalam peraturan daerah dan peraturan bupati.
"Kami memberikan insentif dan kemudahan bagi investor sesuai dengan kewenangan daerah," katanya.
Kepala Seksi Fasilitasi dan Pengembangan Penanaman Modal DPMPT Kulon Progo Saryanto mengatakan saat ini, di Kulon Progo banyak masuk investor yang bergerak pada alat kesehatan.
"Saat ini, ada tiga perusahaan alat kesehatan yang sudah membangun pabrik di Kawasan Industri Sentolo. Seiring adanya bandara, tuntutan untuk rumah sakit berskala internasional menyebabkan banyak perusahaan alat kesehatan berinvestasi di Kulon Progo," katanya.
Sumber : Antara
Editor: Miftahul Ulum