Harianjogja.com, KULONPROGO-Pemilik usaha tambak udang di kawasan
pesisir selatan Kulonprogo meminta warga bersabar hingga masa panen
udang.
Sumanto, pemilik tambak, mengungkapkan, jika warga menghendaki tambak
udang ditutup, ia akan melakukannya, selama warga tidak main hakim
sendiri.
Ia mengaku beberapa waktu lalu sempat mendapat teguran dari Pemkab,
namun karena sudah terlanjur menebar benih, tambak tetap beroperasi
sampai masa panen. "Saya menunggu panen di bulan ini, supaya bisa
balik modal," ujarnya.
Diuraikannya, pembuatan tambak memakan biaya hingga Rp200 juta dan
belum bisa balik modal jika hanya satu kali panen yang menghasilkan
omzet Rp100-an juta.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, pemberian surat peringatan (SP)
menjadi mekanisme yang ditempuh Pemkab Kulonprogo untuk menutup tambak
udang ilegal yang berada di pesisir selatan Kulonprogo.
Rencananya pemberian peringatan itu akan dilakukan bertahap sepanjang
Juli, mulai dari SP 1 hingga SP 3 yang diikuti dengan penyegelan.
Asisten II Sekretaris Daerah Kulonprogo Triyono mengatakan, pemberian
SP dimaksudkan untuk memberi peringatan kepada pemilik tambak agar
bersiap-siap menutup usahanya sesuai dengan kesepakatan yang pernah
dibuat dengan pemerintah desa beberapa bulan lalu.
Penutupan tambak udang, kata dia, tidak hanya berlaku bagi tambak
udang di Desa Bugel, Kecamatan Panjatan, melainkan seluruh tambak
udang yang melabrak sempadan pantai mulai dari Kecamatan Temon hingga
Galur yang jumlahnya mencapai puluhan.
Editor: Nina Atmasari
05 July 2014
Home »
Arsip berita kulonprogo
» Omzet Tambak Udang Pesisir Kulonprogo Rp100 Juta Setiap Panen