Mohon perhatiannya, semua isi berita diblog ini adalah disalin dari berbagai sumber. Dan hanya sebagai arsip pribadi dan Group Komunitas Warga Kulon Progo.

Seluruh informasi termasuk iklan diblog ini bukan tanggung jawab kami selaku pemilik blog. Kami hanya Memberikan tempat kepada para pengiklan dan sebagai ,media sharing


 tarif jasa kami
KEMBALI KE HALAMAN AWAL – LC FOTOKOPI  *  TARIF JASA FOTOKOPI, PRINT, SCAN, KETIK, PRINT , DLL.   *   MELAYANI PRINT, PRINT COPY SECARA ONLINE


15 August 2019

Warga Kulon Progo Terpaksa Berbagi Air di Wilayah Kekeringan - KOMPAS.com

  • KULON PROGO, KOMPAScom -  Kekeringan masih  melanda beberapa desa dan kecamatan di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
    Warga di wilayah kekeringan terpaksa harus saling berbagi air bersih dari sumur-sumur yang ada.
    Seperti halnya dialami 70 kepala keluarga yang mendiami Dusun Kaligede, Desa Gerbosari, Kecamatan Samigaluh.
    Dusun itu berada pada dataran tinggi Bukit Menoreh. Warga di sana membagi jadwal pengambilan air bersih dari sumur dalam agar tidak cepat habis sepanjang musim kemarau ini.
    Dengan cara ini, warga Kaligede bisa bertahan dari kemarau. Mereka bahkan belum pernah meminta bantuan pasokan air dari pemerintah karena berhasil mengatasi ketersediaan air dengan cara ini. 
    Hal itu diungkapkan Heppy Eko Nugraha, Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penganggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulon Progo, Selasa (13/8/2019).
    "Tergantung efisiensi masyarakat menggunakan air. Seperti di tempat saya, (masyarakat Kaligede) giliran. Yang berada di bawah mengambil malam, yang atas saat pagi. Yang penting bisa untuk mandi, masak, minum. Tidak boleh boros dan tidak boleh menangnya sendiri,” kata Heppy. 
    Menurut dia, warga mulai merasa kekurangan air baku mulai Juni 2019. Mereka sudah mengajukan permohonan bantuan air bersih pada pemerintah.
    Setidaknya ini terungkap dari permohonan perwakilan kelompok masyarakat maupun pemerintah desa setempat. 
    Pemerintah Kulon Progo melalui Dinas Sosial dan sejumlah aksi CSR masih mampu menanganinya.
    Selain itu, sekarang banyak dusun yang warganya masih bisa mencari jalan keluar memperoleh air dengan kearifan lokal mereka. 
    Keberhasilan mengatasi kesulitan air bersih akibat kekeringan itu membuat situsi sekarang belum terasa berat seperti di tahun sebelumnya.
    Heppy menceritakan, Pemda Kulon Progo sampai menerbitkan status Darurat Kekeringan karena hampir semua kecamatan di Kulon Progo kehilangan air baku pada musim panas 2018.
    “(Sekarang) Warga yang meminta bantuan air bersih masih dapat diatasi secara sektoral,” katanya.
    Walau keadaan belum parah, BPBD terus menjalin mengkoordinasikan dengan Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak (P3A) Kulon Progo yang juga memiliki pos anggaran dropping bantuan air bersih ke warga.
    Kekeringan melanda Kulon Progo dalam 3 bulan belakangan ini, sejak Mei 2019 lalu.
    Sumur-sumur warga sebagai persediaan air tanah di beberapa wilayah semakin surut dan berkurang. Prakiraan puncak musim kemarau terjadi pada Agustus, bulan ini.
    Kemarau diperkirakan masih bertahan lama hingga Oktober 2019 mendatang.
    Pemerintah mengharapkan dampak musim kemarau yang dialami warga dapat segera teratasi.
    Warga yang mengalami kesulitan air terdapat di 96 pedukuhan dari 23 desa yang tersebar di enam wilayah kecamatan.
    Tercatat sekitar 4008 kepala keluarga (KK) atau 7.771 jiwa kesulitan mendapatkan air bersih.
    Dusun-dusun itu terdapat di sebagian Kecamatan Samigaluh, Kalibawang, Kokap, Girimulyo, sebagian di wilayah Kecamatan Pengasih dan Kecamatan Panjatan. 

Share:

Jalan Tol Yogyakarta-Cilacap Tak Boleh Belah Kota Wates Kulon Progo - Tribun Jogja

  • Jalan Tol Yogyakarta-Cilacap Tak Boleh Belah Kota Wates Kulon Progo
    TRIBUNjogja.com ---- Setelah tol Yogyakarta-Solo dan Bawen-Yogyakarta selesai kini giliran pembahasan rencana tol Yogyakarta-Cilacap bergulir.
    Ada beberapa hal krusial yang saat ini menjadi pembahasan mendalam sebelum rencana ini benar-benar matang.
    “Persoalannya sekarang bukan soal melayang di atas ringroad atau sungai. Ada hal yang sangat penting dibahas, diantaranya untuk tol Yogya-Cilacap ini tidak membelah kota (Wates). Saran dan usulan pak Gubernur juga seperti itu, kalau membelah kota maka akan mati,” jelas Kepala Bappeda DIY, Budi Wibowo, kepada Tribunjogja.com , di kompleks Kepatihan, Rabu (14/8/2019).
    Menurut Budi, ada juga usulan untuk menggeser jalur tol di utara Kota Wates.
    Hanya saja, persoalan ini adalah terkait dengan biaya yang cukup mahal.
    Hal yang paling penting, paparnya, adalah jalan tol tersebut melewati pinggir kawasan aerotropolis.
    “Intinya, jangan sampai membelah kawasan aerotropolis. Konstruksinya bisa elevated ataupun artgrade,” jelasnya.
    Adapun untuk pembangunan konstruksi dari kawasan Maguwoharjo menuju ringroad barat yang dibuat melayang atau elevated, karena hal ini terkait dengan pilihan terakhir.
    Menurut Budi jika jalur tol dibuat ke utara, maka akan mengenai beberapa situs.

Share:

Warga Kulon Progo Ditemukan Tewas Tercebur Sumur di Rumahnya - Detiknews



Kulon Progo - Warga Desa Gadingan, Kecamatan Wates, Kabupaten Kulon Progo, Supriyati (40), ditemukan meninggal di dalam sumur. Diduga Supriyati terpeleset, lalu tercebur ke sumur gali sedalam 10 meter saat dia menimba air.
Juru bicara Basarnas Yogyakarta, Pipit Eriyanto, menjelaskan Supriyati berpamitan kepada saudaranya, Darso (80), ke kamar mandi dini hari tadi, Senin (12/8). Akan tetapi, setelah beberapa menit, Supriyati tak kembali ke kamarnya.
"Karena (Supriyati) tidak kembali ke kamar, Darso mengecek kamar mandi dan ternyata korban tidak ada. Setelah dicari-cari, ternyata korban sudah berada di dalam sumur," ujar Pipit saat dihubungi detikcom melalui sambungan telepon, Senin (12/8/2019) pagi.

Mengetahui hal tersebut, keluarga korban langsung melapor ke Basarnas Yogyakarta. Mendapat laporan itu, Basarnas langsung ke lokasi kejadian untuk memberi pertolongan kepada korban yang tercebur sumur sedalam 10 meter.
"Pukul 02.45 WIB Tim Rescue Basarnas (Yogyakarta) tiba di lokasi kejadian dan langsung mengevakuasi korban dengan peralatan vertical rescue. Akhirnya pada pukul 03.11 WIB korban berhasil dievakuasi dari dalam sumur dengan keadaan meninggal dunia," kata Pipit.
Terkait luka yang membuat korban meninggal dunia, Pipit belum bisa menjelaskannya secara gamblang. Namun, dari keterangan keluarga, korban ternyata mengalami keterbelakangan mental.
"Sumur itu bersebelahan dengan kamar mandi, diduga korban terpeleset saat menimba air di sumur, lalu tercebur," ucapnya.

Setelah berhasil dievakuasi, jenazah korban dibawa ke RSUD Kulon Progo untuk mendapat penanganan medis lebih lanjut. "Tadi (jenazah korban) dibawa ke RSUD Kulon Progo untuk dilakukan autopsi oleh Inafis Polres Kulon Progo," pungkasnya.
(mbr/mbr)
Share:

Penderita Hipertensi, Jantung, Stroke, dan Diabetes Meningkat di Kulon Progo, Apa Sebabnya? - Kompas.com

  • KULON PROGO, KOMPAS.com – Penderita penyakit hipertensi, stroke, kanker, hingga diabetes melitus meningkat jumlahnya pada fasilitas kesehatan seperti Puskesmas di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
    Penyakit ini semakin menggeser penyakit yang dulu biasanya ditangani Puskesmas seperti diare, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan batuk pilek.
    Pelaksana tugas Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kulonprogo Sri Budi Utami mengatakan, tidak sedikit dari para penderita itu masih dalam usia muda.
    Produk rokok diklaim berperan dalam meningkatnya penyakit tersebut.
    Rokok diyakini mampu menurunkan fungsi organ tubuh, seperti jantung, paru-paru, dan lainnya.
    Gangguan pada organ memicu kemunculan berbagai penyakit hipertensi, jantung, stroke, diabetes melitus hingga kanker.
    "Mayoritas penderita untuk kasus penyakit seperti hipertensi, jantung, stroke, sama diabetes melitus itu ada di usia produktif ke atas hingga lansia," kata Sri Budi seusai mengikuti apel Apel Besar Pramuka Kwartir Cabang Kulon Progo di Taman Budaya Kulon Progo, Rabu (14/8/2019). 
    Apel Pramuka itu diselipkan deklarasi anti rokok bagi pelajar, yang juga diwarnai dengan aksi simbolik berupa merusak atau menghancurkan simbol-simbol rokok.
    Pemerintah daerah mencatat bahwa prevalensi pada penyakit-penyakit itu meningkat drastis.
    Hasil riset kesehatan dasar pada 2013 menyebutkan, prevalensi hipertensi berkisar pada 27 persen. Sedangkan, jumlahnya meningkat 10 persen menjadi 37 persen pada 2018.

Share:

29 July 2019

SMAN 1 Wates Wakili Kulon Progo dalam Lomba Kadarkum - Tribun Jogja


TRIBUNJOGJA-COM, KULON PROGO - SMA Negeri 1 Wates didapuk untuk mewakili Kulon Progo dalam Lomba Kelompok Keluarga Sadar Hukum (Kadarkum) tingkat DIY pada September 2019 mendatang. 
Hal itu disampaikan Kepala Bagian Hukum, Sekretariat Daerah Kulon Progo, Muhadi dalam keterangannya, Jumat (26/7/2019). Penunjukkan itu menurutnya sesuai amanah Bupati Kulon Progo Kepada Kadarkum Makarti dari SMAN 1 Wates.
Ini menurutnya menjadi kesempatan berharga karena tidak semua kelompok atau sekolah berkesempatan serupa. 
"Harapannya, kesempatan dan kepercayaan ini digunakan semaksimal mungkin dalam rangka mewakili sekolah dan Kabupaten Kulon Progo,"kata Muhadi.
Disebutnya, proses untuk menuju perolehan yang maksimal tentu tidak hanya sedapatnya saja namun harus diimbangi dengan latihan dan belajar.
Pihaknya dalam hal ini sudah memberikan dukungan dengan pembinaan dan pengarahan. 
Pada Kamis (25/7/2019) lalu, pembinaan juga dilakukan terhadap beberapa regu siswa Kadarkum Makarti SMAN 1 Wates. 
Peserta diberi pengarahan tentang simulasi dan materi yang akan dilombakan.
Enam materi dasar antara lain tentang Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) dan perubahannya, UU Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, UU Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, UU Tentang Narkoba, UU Sistem Peradilan Pidana Anak dan UU Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan orang.
"Buku panduan dari Kanwil KemenkumHAM juga sudah dibagikan untuk dipelajari sehingga mereka dapat memaksimalkannya,"kata Muhadi.
Kadarkum merupakan wadah masyarakat yang dengan kemauannya sendiri berusaha untuk meningkatkan kesadaran hukum bagi dirinya.
Lomba kadarkum dijadikan kegiatan untuk lebih memasyarakatkan hukum, terciptanya budaya hukum dan memacu peningkatan kualitas kesadaran dan ketaatan terhadap hukum ditengah-tengah masyarakat. 
Kepala SMAN 1 Wates, Moh Komarul Adnan mengatakan dukungannya dengan terpilihnya sekolah tersebut sebagai wakil Kulon Progo dalam lomba tersebut. Ia berpesan agar para siswa bekerja keras dan ikhlas.(TRIBUNJOGJA.COM)
Share:

Ribuan Jiwa Terpapar Kekeringan di Kulon Progo - Tagar News


https://www.tagar.id/Asset/uploads/432478-kekeringan-di-kulon-progo.jpeg
Penyaluran bantuan kekeringan pada masyarakat. (Foto: Tagar/Harun Susanto)
Kulon Progo - Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulon Progo Suhardiyana mengatakan hingga tanggal 25 Juli 2019, dampak kekeringan sudah di Kabupaten Kulon Progo semakin meluas dirasakan oleh 4.008 Kepala Keluarga (KK) dengan total mencapai 7.771 jiwa. 
Sementara untuk wilayah yang terdampak mencapai 97 Dusun, 24 Desa dan 6 Kecamatan yaitu Kecamatan Samigaluh, Kalibawang, Girimulyo, Kokap, Sebagian Pengasih dan Panjatan. Sebagian wilayah itu berada di sisi utara Kulon Progo.
minggu, 28 Juli 2019."Dari 97 Dusun tersebut, juga termasuk rumah ibadah dan sekolah," ujar Suhardiyana saat dihubungi Tagar minggu, 28 Juli 2019.
Masyarakat juga dihimbau tidak membuang puntung rokok dan membakar sampah sembarangan karena hal itu merupakan salah satu penyebab terjadinya kebakaran.
Dia menambahkan, dampak dari kekeringan di Kulon Progo sangat dimungkinkan bisa lebih luas, mengingat kondisi pada saat ini masih pada awal kemarau. Musim panas tersebut diperkirakan terjadi pada awal Agustus, hingga beberapa waktu setelahnya yaitu Bulan September atau Oktober.

Awas Puntung Rokok

Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Kulon Progo Ariadi mengatakan, Pemerintah Kabupaten Kulon Progo sudah mengeluarkan surat edaran. yang menjelaskan jika masyarakat diharapkan bisa menggunakan air secara hemat sesuai kebutuhan, mengingat 41 dari 88 Desa di Kulon Progo termasuk wilayah rawan kekeringan.
"Masyarakat juga dihimbau tidak membuang puntung rokok dan membakar sampah sembarangan karena hal itu merupakan salah satu penyebab terjadinya kebakaran," ujar Ariadi.
Ariadi menjelaskan masyarakat juga diminta untuk selalu waspada dan mengecek instalasi listrik dalam rangka pencegahan korsleting listrik di musim kemarau ini. Meskipun begitu, persediaan air masih mencukupi untuk memasak, dan MCK (mandi cuci kakus).
"Memang sudah sangat sangat berkurang ya. Maka dari itu sejumlah donatur sudah membantu air, disejumlah wilayah, seperti Girimulyo, Kalibawang, Kokap dan sejumlah wilayah lain.

Bijak Gunakan Air

Sementara itu Kepala Stasiun Klimatologi Mlati BMKG Yogyakarta Reni Kraningtyas saat diwawancarai Tagar beberapa waktu lalu mengatakan masyarakat di wilayah kekeringan harus mulai bijak dalam menggunakan air, baik untuk konsumsi maupun pertanian.
"Sementara untuk penggunaan air bersih, harus bisa disiasati oleh masyarakat dengan bijak. Gunakan air secukupnya," ujar Reni.
Dia mengatakan pada periode tiga bulan ke depan untuk wilayah DIY, diperkirakan masih musim kemarau dengan puncaknya terjadi di bulan Agustus. Oleh karena itu, BMKG mengimbau agar masyarakat berhati-hati terhadap potensi kekeringan tersebut. []
Share:

Kisah Pilu Perjuangan Depi, Gadis Kecil Asal Kulon Progo Rawat Ayahnya yang Lumpuh - Tribun Jogja


  • Kisah Pilu Perjuangan Depi, Gadis Kecil Asal Kulon Progo Rawat Ayahnya yang Lumpuh
    TRIBUNJOGJA,COM – Kecelakaan saat memanjat pohon kelapa membuat Sakijo (59) mengalami lumpuh.
    Kini, warga Dusun Tangkisan 3, Desa Hargomulyo, Kulon Progo tersebut hanya bisa pasrah .
    Sehari-hari, Sakijo hidup dengan keterbatasan dan dibantu oleh anaknya semata wayangnya, Putri Depi Nur’aini (9).
    Siang itu, Sakijo menggeser tubuhnya sambil merambat dalam posisi duduk dari kursi panjang ke dipan tempat tidur ruang depan dalam rumah ukuran 5x5 miliknya.
    Mantan penyadap nira kelapa asal Dusun Tangkisan 3, Desa Hargomulyo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, itu menderita lumpuh separuh badan dari pinggang ke kaki.
    Hal itu menyebabkan hari-harinya diisi dengan merambat dalam posisi duduk dari kursi ke kursi, atau dari kursi ke dipan.
    Pada ruang depan yang berfungsi sebagai ruang penerima tamu itu, ada Putri Depi Nur’aini (9), anaknya semata wayang.
    Depi, begitu gadis kecil berkulit langsat itu dipanggil, tengah menyapu lantas mengeluarkan ember bekas cat yang sudah dekil dari bawah dipan.
    Tidak banyak yang diucapkan Depi.

Share:

21 July 2019

SRE 2019 Digelar di Kulon Progo - Tribun Jogja



TRIBUNJOGJA COM, KULON PROGO - Gelaran eksebisi dan kompetisi riset bidang inovasi kewirausahaan bertajuk Sagasitas Research Exhibition (SRE) 2019 digelar di Taman Budaya Kulon Progo, 17-19 Juli ini.

Sekitar 251 karya dari para siswa setingkat SMA/MA se-DIY ditampilkan dalam ajang tersebut. Acara dibuka oleh Wakil Gubernur DIY KGPAA Paku Alam X pada Kamis (18/7/2019).

Sagasitas merupakan komunitas ilmiah yang dikembangkan Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) DIY.

Koordinator SRE 2019 sekaligus Ketua Sagasitas Community, Zainal Abidin mengatakan pameran digelar untuk mendukung pengembangan kualitas penelitian dan karya inovasi kewirausahaan di kalangan pelajar SMA/MA se-DIY. 

Di samping juga untuk mendorong budaya riset di dunia pendidikan menengah.

Ajang ini diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan dan pemahaman kalangan sekolah menengah terhadap pentingnya riset, pemanfaatan sains dan teknologi untuk peningkatan kompetensi dunia pendidikan dalam melahirkan calon-calon peneliti di era digital

"Karya yang ditampilkan merupakan hasil seleksi dari ribuan proposal yang diajukan para pelajar," kata Zainal.

Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) DIY, Kadarmanta Baskara Aji, pameran ini untuk membentuk iklim penelitian di semua sekolah di DIY.

Setiap tahunnya terjadi peningkatan jumlah peserta dan sebaran sekolah yang mengikutinya, bukan hanya dari area perkotaan namun juga pelosok daerah.

Disdikpora DIY kini juga mewajibkan seluruh SMA/MA se-DIY untuk menggelar olimpiade penelitian serta festival inovasi kewirausahaan minimal setahun sekali agar siswa terbiasa meneliti dan berwirausaha.

 

"Sekarang bisa kita lihat, penelitian mulai banyak bermunculan dari daerah. Di Kulon Progo mungkin dulu hanya dari Wates tapi sekarang ini ada juga dari Samigaluh. Inovasi yang dimunculkan juga kian beragam," jelas Baskara.

Wakil Gubernur DIY Paku Alam X dalam kesempatan itu mengapresiasi hasil karya para siswa yang ditampilkan dalam SRE 2019.

Ia berharap lokasi penyelenggaraan ke depan bisa bergiliran di tiap kabupaten agar menjadi ajang pembauran para siswa.(TRIBUNJOGJA.COM)

Share:

Kulon Progo akan Bangun Tiga Desa Tangguh Bencana - Republika Online


Desa Tangguh Bencana dibentuk untuk mempercepat pencegahan dan penanganan bencana

REPUBLIKA,CO.ID, KULON PROGO -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, akan membentuk tiga desa tangguh bencana atau destana guna mempercepat pencegahan dan penanganan potensi bencana di wilayah tersebut.

Kepala Pelaksana BPBD Kulon Progo Ariadi mengatakan di wilayah itu berpotensi terjadi bencana, mulai dari banjir, kekeringan, angin kencanga, dan gempa serta tsunami. Mengenai hasil pemetaan potensi bencana di Kulon Progo, ia menjelaskan wilayah rawan longsor ada di Kecamatan Kalibawang, Samigaluh, Girimulyo, Kokap, sebagian Nanggulan dan Pengasih. Wilayah rawan bencana gempa dan tsunami ada di Kecamatan Galur, Panjatan, Wates, dan Temon.

Kemudian, wilayah potensi bencana angin kencang di Sentolo, Nanggulan, Girimulyo, dan Panjatan. Selanjutnya, wilayah berpotensi bencana kekeringan, yakni Kokap, Girimulyo, Samigaluh, Kalibawang, Nanggulan, sebagian Pengasih, Sentolo, Lendah dan Panjatan.

"Hampir 12 kecamatan berpotensi terjadi bencana dengan karakteristik masing-masing. Untuk itu, kami membentuk destana dengan harapan masalah potensi bencana dapat ditangani dengan cepat dan warga mengetahui tindakan yang dilakukan bila terjadi bencana," kata Ariadi di Kulon Progo, Jumat (19/7).

Ia mengatakan hingga saat ini, di Kulon Progo sudah terbentuk 37 destana dari 88 desa/kota yang tersebar di 12 kecamatan. Pembentukan tiga destana itu direncanakan akan dimulai sejak bulan ini sampai September nanti.

"Anggaran yang disiapkan Pemkab Kulon Progo dalam pembentukan tiga destana tersebut berasal dari APBD," katanya.

Sementara itu, Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kulon Progo Happy Eko Nugroho mengatakan seluruh desa di Kulon Progo potensi terjadi bencana, mulai dari banjir, tanah longsor, hingga tsunami.

BPBD Kulon Progo memberikan pelatihan dan sosialisasi supaya tanggap terhadap potensi bencana di lingkungannya secara bertahap dan kemampuan keuangan daerah. Pada 2019, BPBD kolaborasi dengan BPBD DIY akan membentuk tiga desa tangguh bencana.

Biaya yang dibutuhkan untuk membentuk satu desa tangguh bencana sebesar Rp 10 juta. Biaya tersebut digunakan untuk biaya enam kali pertemuan, pemetaan risiko bencana dan membuat peta bencana desa, forum penanganan bencana dan pembuatan jalur evakuasi. 

Saat ini, BPBD Kulon Progo sedang mengupayakan pemerintah desa mengalokasikan anggaran penanganan bencana melalui dana desa. Hal itu karena bencana menjadi tanggung jawab semua pihak, BPBD hanya menangani dan mengkoordinasi ketika ada bencana.

"Anggaran pembentukan desa tangguh bencana hanya cukup untuk enam kali sosialisasi, berbeda dengan anggaran dari BPBD DIY," katanya.

Share:

Pengisian Anggota BPD di Kulon Progo Tahun Ini Wajib Wakilkan Perempuan - Tribun Jogja





TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Proses pengisian personel Badan Permusyawaratan Desa (BPD) di Kulon Progo pada tahun ini akan menerapkan peraturan baru.

Yakni, kewajiban adanya anggota dari kalangan perempuan, 

Hal ini menyusul telah diterbitkannya Peraturan Daerah nomor 10/2018 tentang anggota BPD sebagai tindak lanjut Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 110/2016.

Dengan demikian, pengisian kursi anggota BPD setidaknya harus memenuhi keterwakilan perempuan sedikitnya satu orang.  

"Kalau pengisian di periode sebelumnya belum ada peraturan itu. Hanya 25 persen dari 87 desa saja yang sudah memasukkan perempuan dalam komposisi anggota BPD," kata Kepala Seksi Kelembagaan Aparatur Pemerintah Desa, Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPMDPPKB) Kulonprogo, Risdiyanto pada Tribunjogja.com, Jumat (19/7/2019).

Pengisian kursi anggota BPD rencananya akan dilangsungkan di akhir tahun nanti dengan proses pembentukan panitia pengisian mulai September.

Proses pengisian bisa dilakukan dengan musyawarah maupun pemilihan langsung.

Jumlah anggota BPD dalam satu desa nantinya akan dibatasi dan harus dalam jumlah ganjil yakni 3-5 anggota menyesuaikan jumlah penduduk setempat.

Kondisi tersebut menurut Risdiyanto berpoternsi mengurangi jumlah anggota BPD se-Kulon Progo dari 817 orang menjadi 609 orang saja. 

"BPD berfungsi dalam tugas pengawasan dan penyaluran aspirasi warga. Dengan adanya keterwakilan perempuan dalam BPD, diharapkan aspirasi dan peran perempuan juga semakin terangkat,"kata dia.

Kepala Desa Srikayangan, Kecamatan Sentolo, Aris Puryanto mengakui belum ada satu orang pun perempuan yang duduk dalam keanggotaan BPD di desanya.

Hal itu dipastikannya tidak akan terjadi lagi seiring penerapan peraturan baru tentang keterwakilan perempuan.(*)
Share:

BERITA KULON PROGO TERBARU

SITEMAP