KULON PROGO, KOMPAS.com - Pembangunan ruas Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) yang melewati bawah kawasan Bandara Udara New Yogyakarta International Airport (
NYIA) di Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, masih terus berlangsung.
Jalan dalam terowongan atau disebut juga sebagai
underpass itu melewati bawah terminal penumpang dan tempat parkir pesawat terbang atau apron.
Underpass ini diyakini bakal jadi jalan bawah tanah paling panjang di Indonesia dengan jarak 1.302 meter.
Tak hanya terpanjang,
underpass itu nanti akan memiliki ornamen dengan corak kearifan lokal seperti motif
batik khas Yogyakarta.
Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo mengharapkan corak khas dalam
underpass nanti menjunjung kekhasan Kulon Progo.
Misalnya, menampilkan motif batik geblek renteng. Motif bentuk angka 8 ini diambil dari makanan khas kabupaten.
"Saya memang berharap di situ (underpass) bisa menampilkan ciri khas daerah seperti geblek renteng, termasuk di stan UMKM juga ada ciri khas daerahnya," kata Hasto, di ruang kerjanya, Senin (4/3/2019).
WIKA dan MCM KSO menjadi pelaksana proyek underpass ini dengan nilai Rp 293,18 miliar.
Hasto mengatakan, pihaknya belum menerima detail informasi terkait pembangunan jalan bawah tanah tersebut. Begitu pula dengan ornamen apa yang akan dimasukkan ke dinding terowongan.
Walau demikian, menurut Hasto, kearifan Kulonprogo berpeluang tampil di dinding underpass itu karena tidak menyalahi teknis pembangunan.
Pemerintah memang memiliki aturan tentang bangunan dengan ciri khasnya. Ini diatur dalam Peraturan Bupati Kulon Progo tentang Bangunan Ciri Khas Kulonprogo.
Banyak contoh yang sudah menerapkannya, misalnya Mal Pelayanan Publik, kantor Dinas Kesehatan, dan Kantor Kelurahan Wates.
"Hanya saja, untuk underpass tentu ada ketentuannya, tapi tidak menutup kemungkinan jika dalam tahap finishing underpass corak khas Kulonprogo bisa dimasukkan," kata Hasto.
Hasto menekankan, kekhasan Kulon Progo maupun kearifan lokal Yogyakarta pada umumnya bisa diterapkan di mana saja yang menjadi bagian dari airport city.
"Bersama Pak gubernur (Sri Sultan HB X), kami minta di airport city diwarnai dengan lokal konten, makanya bentuk airport city itu gunungan, itu kan Jogja banget," kata dia.
Underpass memang bagian dari ruas JJLS yang menghubungkan Purwokerto dan Yogyakarta. Karenanya, pembangunan ini tidak berhubungan langsung dengan pembangunan Bandara NYIA.
Proyek dimulai pada pertengahan November 2018 dan ditargetkan selesai pada Desember 2019.
Flyover dan underpass
Manajer Proyek untuk Bandara NYIA dari PT Angkasa Pura I (Persero), Tauchid Purnomo Hadi mengungkapkan, terdapat beberapa bagian dari underpass yang nanti bersinggungan dengan daerah-daerah operasional NYIA.
Tauchid mengharapkan, pelaksana proyek underpass bisa menyelesaikan bagian-bagian itu sebelum April 2019. Pembangunan underpass terbagi dalam 11 zona.
Tiga zona di antaranya, yakni 3, 6 dan 9, bersinggungan langsung dengan operasi NYIA.
"Kami meminta supaya 3 zona yang bersinggungan dengan kami selesai sebelum April atau akhir Maret," kata Tauchid, beberapa waktu lalu.
Pembangunan fisik NYIA sendiri masih terus dikebut demi mewujudkan target operasi pada April 2019. Pada awal operasi, NYIA baru akan melayani penerbangan internasional saja.
AP menargetkan, bandara selesai seutuhnya pada akhir 2019. Saat itu, NYIA juga bisa melayani penerbangan domestik maupun internasional.
Saat itu juga bandara sudah lengkap dengan seluruh infrastrukturnya, termasuk underpass dan flyover.
Keberadaan dua jalan seperti itu di dalam kawasan bandara tidak dimiliki di bandara manapun di Indonesia.
"Kalau flyover ada. Seperti di Terminal 3 dan Bandara Sepinggan di Balikpapan. Kalau ada flyover sekaligus underpass (tidak ada)," kata Tauchid.