Mohon perhatiannya, semua isi berita diblog ini adalah disalin dari berbagai sumber. Dan hanya sebagai arsip pribadi dan Group Komunitas Warga Kulon Progo.

Seluruh informasi termasuk iklan diblog ini bukan tanggung jawab kami selaku pemilik blog. Kami hanya Memberikan tempat kepada para pengiklan dan sebagai ,media sharing


 tarif jasa kami
KEMBALI KE HALAMAN AWAL – LC FOTOKOPI  *  TARIF JASA FOTOKOPI, PRINT, SCAN, KETIK, PRINT , DLL.   *   MELAYANI PRINT, PRINT COPY SECARA ONLINE


26 September 2015

Gempa Yogya tak menimbulkan kerusakan di Kulon Progo

Merdeka.com - Kota Yogyakarta dilanda gempa bumi pada pukul 20.28 WIB.
Meski tak berlangsung lama, gempa ini sempat mengejutkan warga hingga
berhamburan ke luar rumah.

Bahkan guncangan dari gempa ini juga terasa hingga ke Desa Salamrejo,
Kulon Progo, Jawa Tengah. Namun, guncangan tersebut tidak terlalu
keras seperti di Kota Yogyakarta.

"Di sini berasa guncangannya, tapi enggak begitu keras. Hanya sedikit
bergetar hingga genting rumah bunyi. Kirain hujan, enggak tahunya
gempa," kata Glin, warga Jakarta yang saat itu tengah berada di Kulon
Progo, Jumat (25/9).

Glin menambahkan, guncangan tersebut hanya berlangsung beberapa detik
dan tidak menimbulkan kerusakan apapun. Namun beberapa warga sempat
berhamburan ke luar rumah.

"Sejauh ini belum ada kerusakan apa-apa, tapi warga sempat keluar
rumah. Gempanya juga sebentar enggak sampai tiga sampai lima menit,"
imbuh Glin.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika, Mochammad Riyadi, menyatakan gempa terjadi di Yogyakarta
berpusat di 12 kilometer arah barat laut Gunungkidul. Gempa itu
berkekuatan 4,6 SR dan berada pada kedalaman 10 kilometer.

Meski getaran gempa cukup kuat dirasakan hingga Kota Yogyakarta,
tetapi Riyadi memastikan gempa tersebut tidak berpotensi Tsunami,
sebab masih di bawah 5 Skala Richter. Dari laporan diterimanya, gempa
begitu terasa di daerah Bantul, Yogyakarta.

"Tidak ada potensi tsunami. Di Bantul yang terasa sekali," ucap Riyadi.
Share:

25 September 2015

Warga Kulonprogo Berbondong-bondong Bawa Daging Kurban ke Penggilingan

Bisnis.com, KULONPROGO-Tempat penggilingan daging di Pasar Wates,
Kulonprogo diserbu warga, Kamis (24/9/2015). Mereka rela antre
berjam-jam demi menggilingkan satu atau dua kilogram (kg) daging sapi
yang diterima dari panitia pembagian hewan kurban.
Satu diantaranya adalah Basuki, warga Desa Krembangan, Kecamatan
Panjatan, Kulonprogo. Dia ingin membuat bakso dari gilingan daging
sapi. "Biar lebih tahan lama karena enggak punya kulkas," ungkap
Basuki.

Setahu Basuki, hanya ada tiga tempat penggilingan daging di sekitar
Wates. Dua di Pasar Wates dan satu lainnya di dekat Terminal Wates.
Menurutnya, dia memang harus antre karena tidak ada banyak pilihan.
Semua tempat penggilingan pasti ramai. "Ini sudah antre sejam tapi
masih kurang satu lagi. Tetangga saya nitip 1,5 kg," ujar berusia 37
tahun itu.

Basuki sendiri menggilingkan daging sapi sebanyak dua kg. Uang yang
harus dibayarkan mencapai Rp40.000. "Ini sudah sekalian dengan bumbu
baksonya. Nanti bisa langsung dimasak di rumah," paparnya.

Hal serupa dilakukan Titik Sriharyati. Tidak tanggung-tanggung. Dia
sudah antre hampir dua jam demi menggilingkan 2,6 kg daging sapi. "Ini
belum selesai. Tadi saya ke tempat lain tapi ternyata lebih banyak
yang antre," kata Titik.

Titik mengungkapkan, tidak ada tempat penggilingan daging di wilayah
tempat tinggalnya di Desa Hargorejo, Kecamatan Kokap, Kulonprogo.
"Punya kulkas buat menyimpan daging tapi kalau mau menggiling ya harus
ke Wates," ucapnya.

Sementara itu, pengelola tempat penggilingan daging di Pasar Wates,
Rusmin Nuryadin mengaku bisa menggiling daging sebanyak tiga hingga
empat kuintal per hari selama perayaan Idul Adha. Padahal, biasanya
hanya sekitar setengah kuintal. "Biasanya cuma melayani pelanggan dari
kalangan tukang bakso dan rumah makan padang," tuturnya.

Aji mumpung, Rusmin menaikkan harga jasa penggilingan hingga dua kali
lipat dibanding hari biasa. Konsumen jadi harus membayar Rp10.000 per
kg atau Rp20.000 per kg jika ingin sekalian dilengkapi bumbu.
"Ramainya paling lama sampai seminggu. Puncaknya tiga hari," kata
Rusmin menambahkan.

Editor : Nina Atmasari

Lihat arsip:
http://kwkp.blogspot.com
Share:

Edarkan Alprazolam, 2 Warga Sleman Diringkus

Harianjogja.com, KULONPROGO– Sebanyak dua warga Sleman dibekuk Satuan
Resnarkoba (Satresnarkoba) Kulonprogo karena kedapatan mengonsumsi dan
mengedarkan psikotropika. Ironisnya, obat tersebut diperoleh Sunyoto,
30, salah satu pelaku, menggunakan resep dokter.

Kasat Resnarkoba Polres Kulonprogo AKP Agus Nursewan mengungkapkan,
pelaku pertama, Sunyoto berhasil diringkus di rumahnya di Modinan,
Banyuraden, Gamping, Sabtu (19/9/2015) sore. Di hari yang sama,
petugas juga melakukan penggeledahan di rumah Nurdin, 19, pelaku lain
di rumahnya yang beralamat di Sumber Rahayu, Moyudan, Sleman.

"Kami mendapatkan informasi dari wilayah Kulonprogo, lalu kami
kembangkan. Motif pelaku yakni memiliki, menggunakan dan mengedarkan
psikotropika," ujar Agus, Rabu (23/9/2015).

Agus memaparkan, dari tangan pelaku berhasil diamankan empat butir pil
Mersi Alprazolam dan tujuh butir pil Riklona atau Clonazepam. Kedua
barang bukti itu saat ini masih dalam pemeriksaan di laboratorium
narkotika di Semarang, Jawa Tengah.

Dalam pemeriksaan yang dilakukan petugas, Sunyoto terbukti tidak hanya
sebagai pengguna. Pelaku juga mengakui telah memperjualbelikan obat
terlarang tersebut kepada rekannya. Akibat tindakannya itu, Sunyoto
dijerat dengan Pasal 62 atau Pasal 61 ayat 2 Undang-undang nomor 5
tahun 2007 tentang penyalahgunaan obat terlarang. Sedangkan, rekannya
Nurdin, dijerat dengan Pasal 62.

"Ancaman hukuman maksimal adalah lima tahun kurungan. Dari
pemeriksaan, Y [Sunyoto] sebagai pengedar," jelas Agus.

Kepada petugas, Sunyoto mengaku mendapatkan obat tersebut dari sebuah
apotik di Jogja. Awalnya, obat tersebut hanya dikonsumsinya sendiri
sebagai obat penghilang rasa sakit dan sulit tidur. Sunyoto mengaku,
sudah 13 tahun mengonsumsi obat jenis Mersi Alprazolam itu dan
mendapatkannya dari resep dokter.

Sunyoto mengatakan, dalam sekali periksa, obat yang ditebusnya
sebanyak 30 butir. Di mana, harga per 10 butir dibelinya seharga
Rp14.500.

"Karena butuh uang, saya jual ke teman per enam butir seharga
Rp72.000," ungkap Sunyoto.

Lihat arsip:
http://kwkp.blogspot.com
Share:

21 September 2015

Buah Kelapa Terbaik se-Indonesia

Harianjogja.com, KULONPROGO-Pohon kelapa merupakan salah satu potensi
terbesar Kabupaten Kulonprogo. Tidak tanggung-tanggung. Desa Bojong di
Kecamatan Panjatan bahkan diklaim sebagai daerah asal varietas tanaman
penghasil kelapa terbaik di Indonesia.



Kelapa bojong bulat. Begitulah masyarakat setempat menyebut tanaman
asli Desa Bojong ini. Hampir setiap rumah penduduk di sana memiliki
pohon kelapa di pekarangannya.

"Sudah ada sejak zaman nenek moyang," kata Kasie Pemerintahan Desa
Bojong, Yayan, saat ditemui di balai desa, Jumat (18/9/2015).

Yayan memaparkan, kelapa bojong bulat punya banyak keunggulan,
terutama pada kualitas buahnya. Daging buahnya lebih tebal dan
menghasilkan santan yang lebih kental. Kandungan minyaknya pun lebih
banyak, hampir dua kali lipat dibanding kelapa jenis lain.
Produktivitas kelapa bojong bulat juga tinggi.



"Satu jenjang bisa lebih dari 10 butir. Rata-rata 15 butir. Jenis lain
biasanya cuma lima sampai delapan butir," ujar Yayan.

Potensi tersebut kemudian mendapat perhatian khusus dari pemerintah
sejak 2008 lalu dengan mengembangkan perkebunan seluas empat hektare.
Selain peningkatan produksi kelapa, dikembangkan pula usaha
pembibitan.

"Ada 11 kelompok tani yang ikut mengelola dari masing-masing dusun," ucapnya.

Konsumen bibit kelapa bojong bulat berasal dari wilayah Wonosari dan
Bantul hingga Klaten dan Wonosobo. Sedangkan buahnya kebanyakan dijual
ke Solo dan Klaten. Yayan lalu mengeluh, keunggulan kelapa bojong
bulat sering dimanfaatkan pihak tidak bertanggungjawab.

"Sering diklaim sama orang-orang. Padahal itu bukan kelapa kami. Itu
bisa merusak citra kelapa bojong bulat," tuturnya.

Ketersediaan air yang cukup melimpah juga mendukung pengembangan
kelapa bojong bulat. Mereka belum pernah sampai kekurangan air saat
musim kemarau. Yayan lalu menambahkan, warga setempat juga
memanfaatkan bagian lain dari tanaman kelapa untuk mendapatkan
penghasilan tambahan.

"Serabut kelapa dan lidinya bisa untuk sapu," ungkapnya.

Sarinten adalah salah seorang warga yang sehari-hari membuat sapu lidi
di rumahnya. Nenek berusia 70 tahun itu mengaku punya beberapa tanaman
kelapa bojong bulat di pekarangannya. "Lumayan untuk mengisi waktu
daripada menganggur," kata warga Dusun II itu.

Editor: Mediani Dyah Natalia | dalam: Kulon Progo |
Share:

Ekspor Terganjal Pencemaran Merkuri pada Tanaman Kelapa

x



Gula semut Kulonprogo yang akan diekspor terganjal pencemaran merkuri
pada tanaman kepala

Harianjogja.com, KULONPROGO-Pengembangan usaha gula semut di Desa
Kalirejo, Kecamatan Kokap, Kulonprogo terkendala sertifikasi tanaman
kelapa. Pasalnya, ada tiga dusun di sana yang diketahui telah tercemar
merkuri.


Kepala Desa Kalirejo, Lana mengatakan, wilayah tersebut antara lain
Dusung Sangon 1, Sangon 2, dan Plampang 2. "[Merkuri] Hanya di
seputaran sungai tapi dampaknya dirasakan juga sampai wilayah
atasnya," ungkap Lana, dikonfirmasi Minggu (20/9/2015).

Padahal, sertifikasi itu menjadi salah satu syarat standar kelayakan
produk gula semut, khususnya pasar ekspor. Meski nilai jualnya lebih
tinggi, warga setempat kemudian memilih tidak mengolah nira dari
tanaman kelapa menjadi gula semut. "Hanya dibut gula jawa biasa untuk
memenuhi pasar lokal," papar Lana.

Lana menambahkan, melemahnya perekonomian juga mempengaruhi kelancaran
ekspor gula semut yang dihasilkan warga dusun lainnya. Dia
mengungkapkan, sudah banyak warga yang berkeluh kesah padanya. "Sedang
tidak ekspor. Gula semut cuma ditampung tengkulak tapi petani tidak
langsung mendapat uang," kata Lana.


Lana berharap Pemkab Kulonprogo tanggap dengan kondisi tersebut.
Setidaknya ada kepastian mengenai lembaga dan tempat yang bisa
digunakan untuk menampung produk gula semut agar tetap tahan lama.
Sebab, jumlah salah satu produk unggulan Kulonprogo itu masih bisa
terus bertambah.

"Pemerintah Desa tidak bisa membantu menampung karena tidak ada gudang
yang bisa digunakan," ucapnya.

Editor: Nina Atmasari | dalam: Kulon Progo |
Share:

Warga Di Lokasi Calon Bandara Kulonprogo Merindukan Kades Pembawa Kerukunan

Bisnis.com, KULONPROGO- Pemilihan kepala desa secara langsung ternyata
tidak disia-siakan warga Desa Palihan, Temon. Meski suasana
kesenjangan masih terasa, namun warga tetap antusias menggunakan hak
pilihnya untuk memilih kepala desa baru di wilayah itu, Minggu
(20/9/2015).

Sejak ditetapkannya Kecamatan Temon, terutama Desa Glagah, Palihan,
Jangkaran, Sindutan dan Kebonrejo sebagai lokasi pembangunan bandara,
ketidakharmonisan antar warga mulai muncul di desa tersebut.
Khususnya, di Desa Palihan yang sebagian besar wilayahnya akan terkena
dampak pembangunan.

Meski siang semakin terik, warga dari beberapa dusun terus berdatangan
ke beberapa Tempat Pemungutan Suara (TPS) di desa ini. Demikian pula
di wilayah TPS 2 yang notabenenya adalah wilayah yang sebagian besar
penduduknya berada di lokasi calon bandara baru.

Sejumlah warga datang penuh harap ke TPS tersebut. Salah satunya
Giyem, 48, warga Dusun Monggangan. Memang bukan kali pertamanya dia
mengikuti acara demokrasi tersebut. Namun, dibalik nama calon kades
yang akan dipilihnya, terselip harapan untuk desa ini. Dirinya, tak
hanya berharap pemimpin desa yang dapat memberi teladan dan bijaksana,

"Paling penting bisa membawa desa ini kembali tenang dan rukun .
Semoga bisa menyatukan warga yang sekarang tidak lagi harmonis,"
ungkap perempuan berkerudung ini saat ditemui di sela menanti giliran
memilih.

Giyem menyadari, selama ini hubungan sosial dengan tetangganya tidak
lagi seharmonis dulu. Sebelum adanya rencana pembangunan bandara,
dirinya masih bisa merasakan kerukunan dengan para tetangganya. Namun,
polemik pembangunan bandara telah melahirkan dua kubu masyarakat di
desa tersebut.

Padahal, selama ini tetangga adalah keluarga terdekat di dalam
kehidupan bermasyarakat. Suasana kerukunan yang selama ini dirasa adem
ayem, dirasa semakin hilang dan luntur. Keinginan yang sama juga
terbesit dalam hati Sailan, 58, yang juga merupakan warga Dusun
Monggangan.

Pensiunan polisi ini berharap desa yang ditinggalinya itu mendapatkan
pemimpin yang bijak. Selain itu, memiliki rasa tanggung jawab tinggi
untuk mengayomi warganya. "Kalau ada konflik antar warganya, harus
bisa menyelesaikannya dengan bijak," jelas Sailan.

Sementara itu, Ketua Wahana Tri Tunggal (WTT) Martono menambahkan,
pihaknya telah mengimbau pada warga dalam paguyuban itu untuk dapat
menjaga diri dan menggunakan hak pilihnya. Dalam pilkades ini, Martono
berharap, calon yang terpilih dapat menjadi pemimpin yang transparan.

"Selain itu, dapat menjadi pemimpin yang dapat menyampaikan sesuatu
yang apa adanya, tidak ada intimidasi dan rekayasa," imbuh Martono.
Share:

Pilkades di Kulonporogo Diwarnai Dugaan Praktik Politik Uang

Pilkades di Kulonporogo Diwarnai Dugaan Praktik Politik Uang

TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO - Pemilihan kepala desa (Pilkades) serentak di Kulonprogo diwarnai dugaan politik uang atau money politic yang dilakukan calon di beberapa desa.

Meski demikian, dugaan ini tidak terungkap terang-terangan di semua desa pelaksana pilkades.

Dari 35 desa pelaksana pilkades serentak di Kulonprogo, kabar dugaan adanya aksi bagi-bagi uang dari calon kades salah satunya terjadi di Desa Palihan.

Di desa ini peserta pilkades diikuti tiga orang yaitu Kalisa Paraharyana, Emanuel Hardono, dan Supriyanto.

Pada pemungutan suara, Minggu (20/9/2015), salah satu calon yang merupakan anggota warga penolak proyek bandara, mendapat pengawalan dari massa Wahana Tri Tunggal (WTT).

Ketua WTT Martono, menyampaikan secara keseluruhan pelaksanaan pilkades lancar. Namun, proses pemilihan itu menurutnya diduga diwarnai praktik politik uang dari salah satu calon.

Share:

19 September 2015

HUT Lalu Lintas, Bus Samsat dan SIM Keliling Digelar Dua Hari

KULONPROGO ( KRjogja.com)- Sistem administrasi manunggal satu atap
(Samsat) dan satuan penyelenggara administrasi Surat Izin Mengemudi
(Satpas SIM) Kulonprogo, dalam menyambut HUT ke-60 Lalu Lintas,
menggelar pelayanan publik di bidang registrasi dan identifikasi
kendaraan bermotor dan pengemudi, berupa pelayanan bus SIM dan STNK
keliling.

Pelaksanaan bus SIM dan STNK keliling dilakukan Sabtu (19/9/2015)
pukul 18.30 hingga 21.30 WIB dan Minggu (20/9/2015) pukul 07.00 sampai
10.00 WIB di seputaran Alun-alun Wates atau di sudut lapangan tenis.
Sedangkan pada 17 sampai 22 September Samsat maupun Satpas SIM juga
akan memberikan tambahan layanan satu jam.

Dijelaskan Kanit Registrasi dan Identifikasi (Reg Ident) Iptu Sujarwo,
pelaksanaan bus Samsat dan SIM keliling dalam upaya memberikan
kemudahan dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat, merupakan pula
rangkaian menyambut HUT ke-60 Lalu Lintas yang jatuh pada 22
September.

"Bagi yang akan membayar pajak tahunan kendaraan bermotor dan
perpanjangan SIM, dapat mengunjungi bus tersebut sesuai hari dan jam
yang telah ditentukan. Persyaratannya, perpanjangan STNK membawa BPKB,
STNK, KTP asli dan fotocopi. Demikian pula perpanjangan SIM, membawa
SIM dan KTP asli serta fotocopi," ujar Sujarwo, Jumat (18/9/2015).

Sementara terhadap tambahan jam layanan, diberlakukan mulai 17 hingga
22 September. "Biasanya pendaftaran tutup jam 12, maka akan
diperpanjang hingga pukul 13. Kalau layanan sampai sore, menyelesaikan
berkas yang sudah mendaftar," ungkap Sujarwo.

Lebih lanjut, Sujarwo mengingatkan untuk tanda nomor kendaraan
bermotor (TNKB) orderan 2014 (kecuali September 2014) sudah jadi.
Sehingga masyarakat dapat mengambilnya dengan membawa bukti notes
pajak.(Wid)

Lihat arsip:
http://infokwkp.blogspot.com
Share:

6 Oktober Digelar Lari Manunggal 10 KM

KULONPROGO ( KRjogja.com)- Lari Manunggal 10 Km akan digelar Selasa
(6/10/2015) mendatang. Pendaftaran gratis di Kantor KONI Kulonprogo
mulai 25 September hingga 4 Oktober. Kegiatan ini dalam rangka
memeriahkan Hari Jadi ke-64 Kabupaten Kulonprogo tahun 2015.

Start di Pasar Sentolo Baru dan finish tingkat SD/MI di SMPN 2
Pengasih Kedungsari, sedangkan SMP, SLTA dan Umum finish di polsek
Wates atau eks polres.

Dijelaskan Ketua Ketua KONI Kulonprogo Bambang Gunoto SPd, start pukul
07.00 WIB dengan start di Pasar Sentolo baru dengan finish kategori
SD/MI di SMPN Kedungsari Pengasih. "Sedangkan SMP, SLTA, umum di
bekas Polres atau Polsek Wates," ujar Bambang dan Ketua PASI yang juga
Kabag Kesra Setda Arif Prastowo SSos MSi dalam rapat persiapan, di
ruang rapat Wakil Bupati, Jumat (18/9/2015).

Diharapkan Arif Prastowo, lari manunggal dapat diikuti ribuan peserta
baik siswa sekolah SD hingga SLTA, PNS maupun masyarakat umum. Peserta
dari peserta didik ada surat izin dari kepala sekolah, PNS izin dari
kepala SKPD dan masyarakat dengan fotocopi KTP.

"Peserta lari ini dikhususkan bagi warga Kulonprogo dan mengambil
start di Sentolo dan finish di Wates. Hal ini untuk mengingatkan
sejarah bergabungnya Kabupaten Kulonprogo yang beribukota di Sentolo
dengan Kabupaten Adikarto wilayah Pakulaman yang beribukota di Wates,
bersatu dengan nama Kabupaten Kulonprogo yang beribukota di Wates,"
kata Arif.(Wid)
Share:

Kulon Progo gelar Festival Ketoprak 2015

Kulon Progo, Jawa Tengah - Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan
Olahraga Kabupate Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta,
menyelenggarakan Festival Ketoprak 2015, 30 September hingga 3 Oktober
dalam rangka regenerasi pelaku seni.

Kepala Bidang Kebudayaan Disbudparpora Kulon Progo, Joko Mursito, di
Kulon Progo, Jumat, mengatakan festival ketoprak diikuti 12 peserta
dari 12 kecamatan.

"Festival ketoprak ini dalam rangka melestarikan dan mengembangkan
seni budaya, serta meningkatkan kreativitas pelaku seni di masyarakat,
khususnya ketoprak," kata dia.

Ia mengatakan festival ketoprak dibagi dalam empat zona yakni zona
pertama dari Kecamatan Samigaluh, Kalibawang dan Girimulyo,
pementasannya di Lapangan Banjarharjo. Zona kedua meliputi Kecamatan
Nanggulan, Pengasih dan Sentolo, pementasan di Pengasih.
Selanjutnya, zona ketiga yakni Kecamatan Kokap, Temon dan Wates yang
pementasannya di Kokap. Zona keempat meliputi Kecamatan Galur, Lendah
dan Panjatan, pementasannya di Galur.

"Semua kelompok berlomba menjadi pemenang. Tetapi, berdasarkan hasil
penilaian pada Festival Ketoprak 2014, Kecamatan Pengasih menjadi
juara umum," katanya.

Ia mengatakan pada festival ini nanti akan mencari pemeran pria dan
putri terbaik, penata panggung terbaik, pemeran pembantu pria dan
putri terbaik. Pemainnya harus dari kalangan muda karena tujuan utama
dari festival ini adalah regenerasi pelaku seni ketoprak.

"Kami ingin mengubah cara pandangan dari pementasan tanpa skenario
menjadi pementasan yang berdasarkan skenario, supaya ketoprak dapat
dinikmati lintas generasi, khususnya generasi muda," katanya.

Lihat arsip:
http://kwkp.blogspot.com
Share:

BERITA KULON PROGO TERBARU

SITEMAP