Seluruh kawasan yang masuk dalam rencana pembangunan bandara baru Yogyakarta akan dikosongkan. Seluruh bangunan akan dirobohkan untuk kepentingan pembangunan bandara baru nanti, termasuk areal makam.
Camat Temon Kulon Progo Djaka Prasetya mengatakan makam sekaligus isinya yang terimbas bandara baru akan direlokasi ke tempat baru. Makam itu menjadi salah satu fasilitas umum warga yang direlokasi dengan luasan berbeda-beda.
"Itu kan salah satu fasum yang ada di situ. Desa Glagah itu ada. Palihan satu ada. Jaten nggak ada makamnya. Di Kibon ada," ujarnya, Rabu, 7 Juni 2017.
Meski begitu, ia menyatakan proses pemindahan jenazah masih lama. Proses pemindahan akan dilakukan setelah warga yang direlokasi menempati rumah masing-masing. Proses pemindahan isi makam ini dinilai akan memakan waktu yang cukup lama.
"Lama lah pakai selamatan juga. Kalau versi Jawa kan pakai selamatan. Itu setelah semua sudah selesai masih agak lama," ujarnya.
Saat ini, warga terdampak yang meminta relokasi sedang menunggu rumah mereka selesai dibangun. Proses pembangunan rumah sudah berjalan sejak Mei lalu.
"Relokasi mengambil rumah tapi belum jadi semua. Belum ada yang jadi kan, minta yang beda-beda. Lalu, sampai berapa persen ya beda beda ada yang 20-50 persen," ujarnya.
Setidaknya ada lima titik relokasi warga terdampak bandara baru. Lima titik itu semuanya menggunakan tanah kas desa. Namun, setiap desa berbeda-beda luasan lokasi yang digunakan relokasi.
"Glagah, pasar ke selatan. Kebon Rejo belakang Koramil, baratnya Desa Jaten, sebagian warga Desa Palihan sejumlah 53 KK. Balai Desa Palihan ke selatan masuk ke barat 99 KK, Jangkaran ada empat KK," ujarnya.
IMB Warga Terdampak Bandara Baru
Djaka mengatakan dalam kepemimpinan Bupati Hasto Wardoyo ini akan membuat program berkaitan dengan program seratus hari bupati yang terpilih kembali itu. Program unggulannya adalah program penyelesaian Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dalam tiga bulan, terutama IMB milik warga relokasi bandara baru.
"Penyelesaian IMB di bawah 100 meter, tidak tingkat, dan tidak di jalan negara jadi wilayah kecamatan. Target seratus saya itu, khususnya di rumah relokasi. Sebanyak 200 lebih itu. Itu tidak ada di kecamatan lain," ujarnya.
Sementara itu, Ahmad Mustofa, mandor rumah relokasi Desa Glagah mengatakan pembangunan rumah relokasi sudah dimulai sejak Selasa kemarin. Saat ini, sudah sampai pada tahap pemasangan batu bata. Tahap kedua memasang kusen, jendela dan pintu.
"Alhamdulillah cepat. Dilembutkan terus. Kalau targetnya 1 Juli, 1,5 hingga dua bulan sudah terima kunci," ujarnya.
Ia mengerjakan khusus rumah dengan tiga tipe berbeda, yaitu tipe 45,60 dan 100. Tipe yang dibangun terlihat perbedaan dari luas, desain dan interior di dalamnya.
"Untuk 10 unit saya. Desa Glagah ini yang paling besar sekitar 90 unit," ujarnya.
Menurutnya, pembangunan relokasi terdampak bandara baru ini berlangsung dalam tiga tahap. Tahap pertama dan kedua adalah pembangunan rumah warga. Sementara, tahap ketiga adalah pembangunan fasilitas umum.
"Nanti terakhir bangun sekolah, puskesmas, masjid, dll, sekarang masih rumah tahap pertama," katanya