Mohon perhatiannya, semua isi berita diblog ini adalah disalin dari berbagai sumber. Dan hanya sebagai arsip pribadi dan Group Komunitas Warga Kulon Progo.

Seluruh informasi termasuk iklan diblog ini bukan tanggung jawab kami selaku pemilik blog. Kami hanya Memberikan tempat kepada para pengiklan dan sebagai ,media sharing


 tarif jasa kami
KEMBALI KE HALAMAN AWAL – LC FOTOKOPI  *  TARIF JASA FOTOKOPI, PRINT, SCAN, KETIK, PRINT , DLL.   *   MELAYANI PRINT, PRINT COPY SECARA ONLINE


09 September 2015

Ombak Tinggi, Nelayan Kulonprogo Libur Melaut

KULONROGO ( KRjogja.com) -Para nelayan di pesisir selatan Kulonprogo
terpaksa libur melaut lantaran ketinggian gelombang mencapai 6-8
meter. Jika dipaksakan, ketinggian gelombang saat ini justru akan
membahayakan para nelayan.
Anggota Kelompok Nelayan Bogowonto, Johan Susanto menyampaikan,
ketinggian gelombang yang mencapai delapan meter ini sudah terjadi
sejak Senin (7/9/2015). Diperkirakan, kondisi ini akan berlangsung
hingga sepekan ke depan.

"Kami sudah diminta untuk tidak melaut karena kondisi gelombang sedang
tidak bersahabat. Diperkirakan, tinggi gelombang akan kembali normal
satu pekan ke depan," kata Johan, saat ditemui di pesisir Pantai
Congot, Selasa (08/09/2015).
Akibat ketinggian gelombang ini, lanjutnya, para nelayan mengalami
kerugian karena tidak bisa mencari nafkah untuk keluarga. Padahal saat
melaut, mereka bisa membawa pulang tangkapan sekitar satu kuintal,
dengan nilai mencapai Rp 3 juta. "Saat ini, pantai selatan Kulonprogo
sedang musim ikan pari dan lobster. Sebelum ada gelombang tinggi, kami
bisa menangkap 8-10 ekor ikan pari ukuran besar, juga mengangkap 3-5
kilogram lobster," jelasnya.(Unt)

Lihat arsip:
http://kwkp.blogspot.com
Share:

Ombak Tinggi Halangi Nafkah Nelayan Kulonprogo


Perahu nelayan menganggur akibat ombak tinggi (Foto: KR Jogja)

Perahu nelayan menganggur akibat ombak tinggi (Foto: KR Jogja)

KULONPROGO – Para nelayan di pesisir selatan Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), terpaksa libur melaut lantaran ketinggian gelombang mencapai enam hingga delapan meter. Jika dipaksakan, ketinggian gelombang saat ini justru akan membahayakan para nelayan.

Anggota Kelompok Nelayan Bogowonto, Johan Susanto menyampaikan, ketinggian gelombang yang mencapai delapan meter ini sudah terjadi sejak Senin, 7 September. Diperkirakan, kondisi ini akan berlangsung hingga sepekan ke depan.

"Kami sudah diminta untuk tidak melaut karena kondisi gelombang sedang tidak bersahabat. Diperkirakan, tinggi gelombang akan kembali normal satu pekan ke depan," kata Johan, saat ditemui di pesisir Pantai Congot, Selasa, 8 September.

Akibat ketinggian gelombang ini, lanjutnya, para nelayan mengalami kerugian karena tidak bisa mencari nafkah untuk keluarga. Padahal saat melaut, mereka bisa membawa pulang tangkapan sekitar satu kuintal, dengan nilai mencapai Rp3 juta.

"Saat ini, pantai selatan Kulonprogo sedang musim ikan pari dan lobster. Sebelum ada gelombang tinggi, kami bisa menangkap delapan hingga 10 ekor ikan pari ukuran besar, juga mengangkap tiga sampai lima kilogram lobster," jelasnya.

(rtw)
Share:

07 September 2015

PENGELOLAAN SAMPAH : Sempat Ditolak Warga, Kini Layani 700 Keluarga

Harianjogja.com, KULONPROGO-Sampurna Asih adalah KSM pengelola sampah
pertama di Kulonprogo. Sejumlah warga setempat merintisnya sejak 2011
silam. Setelah resmi beroperasi pada Maret 2012, KSM Sampurna Asih
saat ini telah melayani lebih dari 700 kepala keluarga (KK) di wilayah
Kecamatan Pengasih dan Wates.

Penggalan sejarah KSM Sampurna Asih itu disampaikan Suryono kepada
Harian Jogja, Sabtu (5/9/2015) pagi. Dia baru saja selesai
mengumpulkan sampah dari beberapa anggota di sekitar Dayakan.

"Pengelolaan sampah itu syarat dengan ibadah. Menyadarkan masyarakat
tidak semudah membalikkan telapak tangan," tutur Suryono sembari
mengajak Harian Jogja menuju ruang sekretariat KSM Sampurna Asih.

Suryono adalah Ketua II KSM Sampurna Asih. Merasa khawatir tidak bisa
memberikan informasi lengkap, dia pun menelepon Ketua I, Sudjendro.
"Dulu kita satu-satunya di Kulonprogo. Iurannya cuma Rp10.000 per
bulan. Kalau sekarang naik jadi Rp15.000," ucap Suryono.

Sembari menunggu Sudjendro, Suryono meneruskan ceritanya. Bagi dia,
membesarkan KSM Sampurna Asih adalah perjuangan besar. "Awal mau
membuat kelompok, kami ditarget harus punya anggota 250 orang dalam
tiga bulan. Padahal waktu itu baru ada 90 orang," papar dia.

Belum lama Suryono bercerita, Sudjendro datang. Dia langsung
bersemangat memaparkan kisah suka duka KSM Sampurna Asih. "Bangunan
pusat pengelolaan sampah sudah berdiri sejak Juli 2011, lalu Agustus
kami bentuk pengurus dan segera sosialisasi kepada masyarakat,"
ujarnya.

Biaya operasional awalnya lebih banyak ditanggung pengurus, termasuk
uang bensin. Mereka juga sempat ditentang warga pada tiga bulan
pertama. "Ada tetangga yang tidak suka karena katanya bikin bau dan
mengganggu. Kami lalu didatangi Ombudsman tapi ternyata itu tidak
terbukti," kata Sudjendro.

Menurut pensiunan berusia 67 tahun ini, saat itu masyarakat setempat
memang belum mengerti cara mengelola sampah. Wajar jika mereka
khawatir dengan keberadaan KSM yang dianggap serupa dengan tempat
pembuangan sementara (TPS).

Sekarang pun, masyarakat belum bisa memisahkan sampah menjadi tiga,
yaitu sampah organik, kertas, dan plastik. Padahal jika itu dilakukan,
beban petugas kebersihan bisa berkurang. "Tempat sampahnya sudah
dibuat terpisah tapi membuangnya ya sama saja. Memang masih butuh
waktu," tukas Sudjendro.

Setiap Senin hingga Jumat, pemilahan sampah menjadi kegiatan utama.
Selanjutnya pada hari Sabtu, mereka mengolah sampah organik menjadi
pupuk kompos. Namun, pupuk kompos yang dihasilkan kebanyakan juga
diambil para anggota secara cuma-cuma.

"Kalau ada yang mau beli juga boleh. Harganya Rp800 per kilogram.
Khusus anggota kami bebaskan. Biar mereka tahu kalau sampah bisa
diolah dan jadi bermanfaat," ungkapnya.

Senada dengan Suryono, menjadi pengurus KSM Sampurna Asih adalah
ibadah bagi Sudjendro. Mereka tidak dibayar sepeser pun. Hasil
penjualan sampah yang telah dipilah dan iuran anggota memang hanya
cukup untuk membayar honor delapan pekerja pengambil sampah dan
sejumlah biaya operasional lain. "Tekad kami ingin mengabdikan diri,"
ungkapnya kemudian.

Lihat arsip:
http://kwkp.blogspot.com
Share:

APBD KULONPROGO : Terpengaruh Megaproyek, Pendapatan Daerah Turun Rp33 Miliar

Harianjogja.com, KULONPROGO-Pendapatan daerah dalam APBD Perubahan
Kabupaten Kulonprogo 2015 diperkirakan turun sekitar Rp33 miliar. Jika
pada APBD murni mencapai Rp1,242 triliun, pendapatan pada APBD
Perubahan direncanakan sebesar Rp1,209 triliun.

Hal itu diungkapkan Bupati Kulonprogo, Hasto Wardoyo pada rapat
paripurna dengan agenda penyampaian Rancangan Kebijakan Umum Perubahan
Anggaran dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUPA-PPAS) 2015 di
gedung DPRD Kulonprogo, Jumat (4/9/2015).

Dia lalu mengungkapkan, hal sebaliknya terjadi pada rencana belanja
daerah. Jika pada APBD murni direncanakan sekitar Rp1,306 triliun,
belanja daerah pada APBD Perubahan menjadi Rp1,340 triliun.

Menurut Hasto, peningkatan belanja daerah diperlukan untuk mempercepat
pencapaian target kinerja daerah. Hal itu juga merupakan konsekuensi
kekurangan anggaran pada APBD murni.

"Sisa lebih penggunaan anggaran tahun sebelumnya kami rencanakan untuk
memenuhi defisit anggaran yang mencapai sekitar Rp66,224 miliar," kata
Hasto menjelaskan, seperti yang dirilis Humas Sekretariat DPRD
Kulonprogo, Jumat sore.

Hasto memaparkan, ada beberapa faktor yang memengaruhi pendapatan dan
belanja tahun ini. Di antaranya, perubahan realisasi investasi mega
proyek berupa pembangunan bandara baru, pabrik pasir besi, dan kawasan
industri di Sentolo. "Beberapa kondisi itu berakibat pada perubahan
pendapatan retribusi dan pajak daerah," ujarnya.

Hasto menambahkan, perubahan kebijakan tarif BPJS Kesehatan pada Pusat
Pelayanan Kesehatan (PPK), khususnya di RSUD Wates, juga menyebabkan
ada perubahan pada besar pendapatan daerah.

"Ada kondisi insidental yang membutuhkan konsekuensi penyediaan
anggaran, tapi ternyata belum tersedia pada APBD 2015," tutur Hasto
kemudian.

Lihat arsip:
http://kwkp.blogspot.com
Share:

Kulonprogo Gelar Uji Coba Tinju Porda

WATES ( KRjogja.com)- Untuk mematangkan persiapan sebelum berlaga di
ajang Pekan Olahraga Daaerah (Porda) DIY 2015, atlet tinju Kulonprogo
melakukan pertarungan uji tanding dengan para petinju amatir dari
beberapa sasana tinju di Jawa Tengah.

Menurut pelatih tinju Kulonprogo, Ferry Kuahaty, pertarungan uji
tanding ini merupakan persiapan terakhir sebelum para petinju berlaga
di Porda. Sebanyak 10 petinju Kulonprogo melakukan pertarungan uji
tanding dengan petinju amatir dari Bantul, Sragen, Kebumen, Solo dan
Magelang.

"Uji tanding bersama ini untuk meningkatkan dan mengukur kemampuan
atlet sebelum berlaga di Porda. Selain itu untuk menambah jam terbang
para atlet dan meningkatkan mental saat bertanding," kata Ferry di
Alun-alun Wates, Minggu (6/9).

Ia menambahkan, untuk memeriahkan pertarungan uji coba ini juga
dilakukan peluncuran Senam Kreasi Tinju Bela Beli Kulonprogo yang
mengombinasikan antara olahraga senam dengan tinju. Launching
dilakukan oleh Bupati Kulonprogo, dr H Hasto Wardoyo SpOG(K). "Tinju
merupakan olahraga hiburan yang dapat dinikmati oleh berbagai
kalangan. Sehingga untuk menarik minat masyarakat kami ciptakan senam
kreasi tinju," jelasnya.(*-32)

Lihat arsip:
http://kwkp.blogspot.com
Share:

NAMA UNIK : Warga Kulonprogo Bernama “Nama”, Sering Terlewat saat Diabsen Guru

Harianjogja.com, KULONPROGO- Setelah Tuhan, Saiton dan Andy Go To
School, nama unik lainnya muncul dari Dusun Salam, Desa Salamrejo,
Kecamatan Sentolo. "Nama saya, Nama," itulah perkenalan awal yang
cukup membingungkan saat ditemui di rumahnya, Minggu (6/9/2015).

Kedatangan beberapa awak media ke kediamannya yang sederhana itu
langsung membuatnya bertanya-tanya. Nama tidak pernah menyangka,
namanya menjadi perbincangan hangat di salah satu akun media sosial
Kulonprogo. Dia bahkan tidak mengetahui, jika kartu tanda penduduknya
telah diunggah oleh beberapa orang di media sosial.

Sehari-harinya, Nama berdagang beras di Pasar Gawok, Wates. Dari sana
juga awalnya dirinya mengaku diberitahu seorang langganan tentang
namanya mendadak terkenal di media sosial. "Saya kaget diberitahu
begitu, tadinya juga tidak percaya. Lalu saya ditunjukkan sama
pelanggan," ujarnya santai.

Nama mengaku, sebelumnya juga tidak mengetahui adanya fenomena
nama-nama unik yang sedang hangat diperbincangkan media massa dan
media sosial. Saking banyak orang yang penasaran di media sosial,
tidak jarang ada orang yang iseng mendatangi kediaman bapak dua anak
itu hanya untuk memastikan keaslian namanya.

Lebih lanjut Nama mengungkapkan, tidak pernah tahu alasan kedua
orangtuanya memberikan nama tersebut. Selama ini, yang diketahuinya
namanya itu hanya sekedar nama yang tidak ada arti khusus. Namun,
Aminah, istri Nama menjelaskan, pernah menanyakan arti pemberian nama
suaminya itu kepada ibu mertuanya.

Aminah mengaku, sejak duduk dibangku sekolah menengah pertama (SMP)
dirinya sudah menjalin hubungan dengan suaminya itu. Karena penasaran
dengan nama orang yang dinikahinya itu, Aminah mencoba menanyakannya.
"Kata ibu [mertua], nama suami saya itu waktu lahir dikasih nama
Tekad. Tetapi karena sering sakit-sakitan, akhirnya diganti namanya
dengan Nama. Hanya begitu saja bilangnya," papar Aminah.

Selama menyandang nama "Nama", ada beberapa pengalaman unik yang
dialaminya. Nama mengisahkan, saat itu dirinya duduk di bangku sekolah
dasar. Daftar presensi siswa selalu diawali dengan nomor dan nama.
Lantaran Nama mendapatkan nomor urut pertama, gurunya selalu tidak
menyebutkan namanya saat diabsen.

"Akhirnya, waktu naik kelas tiga, nomor urut absen saya dipindah ke
tengah agar bisa terbaca guru saat diabsen," kisahnya sambil menahan
tawa geli.

Tidak hanya guru dan teman-teman semasa sekolahnya yang heran dan
merasa lucu dengan nama Nama. Bahkan, ketika mengurus surat-surat ke
kantor pemerintahan desa, namanya seringkali mengundang tawa geli
sebagian perangkat desa. Ketika ada operasi kendaraan pun, SIM C
miliknya juga tak jarang membuat polisi yang memeriksanya tersenyum
menahan tawa.

Pengalaman unik juga dirasakan putra sulung Nama, Wahyu Nugroho, 20.
Wahyu menuturkan, nama ayahnya itu sering menjadi bahan lelucon
teman-temannya. "Saat ditanya nama bapak siapa, lalu saya jawab Nama.
Semua teman-teman saya tertawa. Meski saya ulang menyebutnya, juga
kadang tidak ada yang percaya. Mau bagaimana lagi, namanya memang
Nama," celetuk Wahyu.

Meski namanya dianggap unik, namun bapak dua anak ini tidak merasa
spesial dengan namanya. Laki-laki kelahiran 5 Mei 1974 ini, tetap
menjalani aktifitasnya sebagai pedagang beras dari pasar ke pasar.
Meski pelanggannya bertanya-tanya tentang namanya, dia pun hanya
menjawab singkat.

"Mau bagaimana lagi, nama saya memang Nama. Dan itu pemberian orang
tua dari kecil," pungkas Nama singkat.


Lihat arsip:
http://kwkp.blogspot.com
Share:

05 September 2015

Kampung Jagal di Sukoreno Kulonprogo

Bisnis,com, KULONPROGO-Desa Sukoreno, Kecamatan Sentolo, Kulonprogo
dikenal sebagai Kampung Jagalan sejak tahun 1990. Sebab di kampung
ini, warga setempat punya pekerjaan musiman sebagai tenaga penyembelih
sapi setiap perayaan hari raya Idul Adha. Jumlahnya kemudian semakin
bertambah hingga mencapai ratusan seiring banyaknya permintaan dari
masyarakat. Wilayah itu kemudian terkenal dengan sebutan Kampung
Jagal.

Salah satu tukang jagal musiman di sana bernama Suwartono. Dia
memulai pekerjaan itu sejak 1997 silam. "Awalnya cuma ikut-ikutan
teman lalu jadi bisa dan biasa," kata warga Dusun Banggan, Desa
Sukoreno, Jumat (4/9/2015).

Lelaki berusia 50 tahun tersebut sehari-hari berjualan beras dan
ternak ayam. Namun, setiap menjelang Idul Adha, dia bersiap
menyumbangkan tenaganya untuk menyembelih sapi. "Persiapannya cuma
mengasah pedang, pisau kecil, dan menyiapkan tambang," ucapnya.

Suwartono mengaku tidak pernah mengalami kendala berarti selama ini.
Modal utamanya adalah tidak ragu-ragu atau merasa takut ketika
menyembelih hewan kurban. "Belum pernah ada sapi yang sampai berontak.
Jika tidak dikasari, sapi itu juga bakal jinak," ujar Suwartono.

Suwartono dan kawan- kawan punya seorang koordinator bernama Olan
Suparlan. Rupanya, juragan sapi ini sengaja menyediakan tukang jagal
sebagai fasilitas khusus untuk para pelanggannya. "Awalnya ada pembeli
dari kota yang minta tenaga penyembelih. Dulu cuma 10 orang lalu
lama-lama semakin banyak," ungkap Olan.

Olan memaparkan, setiap tahun dia bisa menyebarkan setidaknya 100
tukang jagal ke sekitar wilayah Kulonprogo, Jogja, Sleman, dan Bantul.
Mereka dibagi menjadi beberapa kelompok dan diantar ke masing-masing
lokasi penugasan pada pagi hari. Satu kelompok minimal terdiri dari
dua orang, tergantung jumlah sapi yang akan disembelih. "Jangkauan
wilayahnya memang tidak bisa terlalu jauh karena takut malah
kesiangan. Nanti setelah selesai, siangnya tenaga penyembelihnya
dijemput pulang," tuturnya.

Saat ini, tukang jagal di Sukoreno tersebar di delapan dusun. Tiga
hari sebelum Idul Adha, Olan akan mengumpulkan mereka untuk pembagian
kelompok dan diberikan pengarahan. "Mereka juga dapat pelatihan tata
cara penyemb elihan, termasuk apa doanya dan bagaimana cara merobohkan
sapi," papar warga Dusun Blimbing, Desa Sukoreno ini.

Editor : Mediani Dyah Natalia

Lihat arsip:
http://kwkp.blogspot.com
Share:

Website MTsN Galur Diluncurkan

KULONPROGO ( KRjogja.com)- Website madrasah yang beralamat
www.mtsgalur.sch.id diluncurkan Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN)
Galur. Peluncuran website bagi insitusi madrasah ini tidak hanya
sebagai elemen pendukung, namun sudah menjadi suatu kebutuhan seiring
dengan berkembangnya zaman dan teknologi yang makin maju dan modern.

"Website madrasah bisa digunakan sebagai sarana informasi dan
komunikasi yang efektif dan efisien antara madrasah dengan siswa, dan
berbagai pihak. Selain itu juga sebagai media promosi sekolah, pusat
dokumentasi, data hingga bisa untuk ruang belajar online. Saat ini
keberadaan website di madrasah sudah menjadi sebuah parameter
ketanggapan madrasah dalam menghadapi perkembangan teknologi," kata M
Muslich Purwanto SAg selaku PYMT Kepala MTs Negeri Galur, Jumat
(04/09/2015).

Sementara itu, Kasi Pendidikan Madrasah Kantor Kementerian Agama
(Kemenag) Kulonprogo Dra Hj Sulasmi MA mengapresiasi diluncurkannya
website MTs N Galur. Menurutnya, kini perkembangan dunia pendidikan
tak dapat dipisahkan dari kemajuan teknologi informasi (internet),
karena pada zaman sekarang ini memiliki website dan email khusus
dengan nama madrasah merupakan suatu identitas baru.(Wid)

Lihat arsip:
http://kwkp.blogspot.com
Share:

02 September 2015

Putusan Banding Menguatkan, Kejari Wates Segera Eksekusi

Harianjogja.com, KULONPROGO-Kejaksaan Negeri (Kejari) Wates segera
mengeksekusi oknum anggota Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP)
Kabupaten Kulonprogo, Subardiyanto yang divonis empat bulan kurungan
oleh Pengadilan Negeri (PN) Wates pada Juni lalu.

Langkah tersebut menjadi tindak lanjut dari hasil banding yang
ditempuh Subardiyanto yang justru menguatkan keputusan majelis hakim
PN Wates.

Kepala Kejaksaan Negeri Wates, Saring mengungkapkan, keputusan
Pengadilan Tinggi Jogja terhadap upaya banding terkait kasus laporan
pembegalan palsu tidak berpihak pada Subardiyanto. Dengan demikian,
eksekusi pasti akan dilaksanakan. Namun, Kejari Wates harus memastikan
yang bersangkutan sudah tidak menempuh upaya hukum berikutnya. "Asal
tidak ada upaya hukum lagi atau sudah inkrah," ujar Saring, Selasa
(1/9/2015).

Saring memaparkan, dia telah menerima surat putusan Pengadilan Tinggi
Jogja pada 13 Agustus lalu. PN Wates juga sudah memberitahukan hal itu
kepada yang bersangkutan. "Kami akan konfirmasi ke PN apa masih ada
upaya hukum atau tidak. Kalau inkrah, langsung kami eksekusi," tegas
Saring

Terpisah, Kepala Bidang Pengawasan Data dan Kesejahteraan PNS Badan
Kepegawaian Daerah (BKD) Kabupaten Kulonprogo, Heri Warsito
mengatakan, pelanggaran disiplin oleh Subardiyanto sudah termasuk
kategori berat.

Terlepas bagaimana hasil akhir proses hukum nantinya, BKD Kulonprogo
telah memutuskan sanksi berupa penurunan pangkat satu tingkat selama
tiga tahun. "Dari golongan II B menjadi II A. Selama tiga tahun tidak
boleh naik pangkat," ucap Heri.

Sanksi tersebut diberikan atas berbagai pertimbangan, terutama terkait
banyaknya tindakan pelanggaran disiplin yang dilakukan. Di antaranya
membuat laporan palsu, penipuan, dan aksi premanisme. Heri
mengungkapkan, berdasarkan PP No.53/2010, semua itu termasuk
pelanggaran disiplin kategori berat.

"Hasil pemeriksaan pimpinan menunjukkan semua itu sudah terbukti.
Kalau nanti sampai diulang lagi, ya sudah. Sayonara," ujarnya
kemudian.

Lihat arsip:
http://kwkp.blogspot.com
Share:

01 September 2015

Pemkab Akan Bangun TPST di Seluruh Desa

GALUR ( KRjogja.com) - Sebagai upaya memperpanjang masa penggunaan
Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) di Pedukuhan Sambiroto Desa
Banyuroto Kecamatan Nanggulan sekaligus untuk menciptakan lingkungan
bersih dan sehat, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kulonprogo berencana
membangun Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di seluruh desa dan
kelurahan.

"Rencananya ke depan TPST akan dibangun di 87 desa dan satu kelurahan.
Tapi karena keterbatasan dana daerah, maka dalam pelaksanaan program
kabupaten bersih sampah tersebut pemkab terpaksa minta bantuan Satuan
Kerja Pengelolaan Air Minum (Satker PAM) DIY," tegas Kepala Unit
Perangkat Teknik Daerah (UPTD) Kebersihan dan Pertamanan Dinas
Pekerjaan Umum (DPU) Kulonprogo, Toni SIP, di ruang kerjanya, Senin
(31/8/2015).

Sejak dilaksanakan program tersebut yakni 2014 telah dibangun empat
TPST masing-masing di Desa Pengasih, Kelurahan Wates, Desa Bendungan
dan Sentolo. Sedangkan pada 2015 ini akan dibangun empat TPST lagi
meliputi Desa Triharjo, Giripeni, Ngestiharjo Kecamatan Wates dan Desa
Kranggan Kecamatan Galur.

Langkah populis pemkab dalam penanganan sampah memang cukup bagus,
selain bertujuan memperpanjang usia TPAS Banyuroto serta menciptakan
lingkungan bersih dan sehat juga membuka lapangan pekerjaan bagi
masyarakat. Dalam operasinya Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang
menangani TPST di masing-masing desa melakukan pengolahan sampah
dengan cara tiga R. Reduce (mengurangi sampah), reuse, (pemanfaatan
ulang sampah) dan recycle (daur ulang sampah). Petugas mengambil
sampah dari rumah warga dan di bawa ke TPST. Di tempat tersebut
petugas melakukan pemilahan. Sampah yang bisa diolah menjadi pupuk
atau kompos disendirikan. Begitu juga dengan sampah plastik maupun
jenis lainnya dikelompokkan sendiri untuk dijual.

"Kalau pengurus dan anggota KSM benar-benar bisa maksimal melakukan
pengolahan sampah rumah tangga, maka prosentase sisa sampah yang masuk
TPAS Banyuroto tinggal sekitar 40 persen lagi, sebab sebagian sampah
rumah tangga sudah dipilah dan dimanfaat di tingkat TPST," terang
Toni.

Menanggapi kekhawatiran sebagian warga terhadap timbulnya pencemaran
lingkungan, aroma tidak sedap maupun banyak lalat di wilayah mereka
akibat adanya TPST, Toni mengimbau warga agar tidak berlebihan
mensikapi kehadiran TPST. Sebab keberadaan sampah di tempat tersebut
tidak akan terlalu lama. Begitu sampah rumah tangga di bawa ke TPST
tentu petugas akan langsung melakukan pemilahan. (Rul)

Lihat arsip:
http://kwkp.blogspot.com
Share:

BERITA KULON PROGO TERBARU

SITEMAP