Mohon perhatiannya, semua isi berita diblog ini adalah disalin dari berbagai sumber. Dan hanya sebagai arsip pribadi dan Group Komunitas Warga Kulon Progo.

Seluruh informasi termasuk iklan diblog ini bukan tanggung jawab kami selaku pemilik blog. Kami hanya Memberikan tempat kepada para pengiklan dan sebagai ,media sharing


 tarif jasa kami
KEMBALI KE HALAMAN AWAL – LC FOTOKOPI  *  TARIF JASA FOTOKOPI, PRINT, SCAN, KETIK, PRINT , DLL.   *   MELAYANI PRINT, PRINT COPY SECARA ONLINE


04 July 2015

Menanti Menoreh Kuning di Kulon Progo

Sentra Pemberdayaan Tani (SPT) merupakan program desa binaan CSR
Pertamina, yang telah sukses membina dan mendampingi masyarakat Desa
Wonokerto, Semarang, Jawa Tengah dalam mengembangkan agrowisata buah
naga. Kali ini, SPT Pertamina menyasar masyarakat Desa Banjaroya,
Kabupaten Kulon Progo, DIY, yang masih berada di sekitar wilayah
operasi Terminal BBM Rewulu.

Desa Banjaroya dan sekitarnya merupakan daerah perbukitan yang kering.
Kondisi pertaniannya juga masih tertinggal. Sebagian besar kondisi
tanah di desa tersebut kurang produktif, yang hal Ini berdampak pada
tingkat sosial ekonomi warganya yang masih rendah. Bekerja sama dengan
Yayasan Obor Tani, sejak 2013, Pertamina menjalankan aktivitas
pemberdayaan masyarakat Desa Banjaroya dengan memanfaatkan lahan
kurang produktif.
-
Potensi durian
Dengan bantuan modal bibit pohon, pupuk pelatihan, dan pembinaan,
lahan tersebut saat ini telah ditanami pohon durian menoreh kuning.
Keunggulan durian menoreh kuning antara lain daging buahnya berwarna
kuning kemerahan dan rasanya lebih manis. Keunggulan ini membuat
durian menoreh kuning bisa memiliki harga pasaran lebih tinggi
dibandingkan durian montong.

Bibit pohon durian menoreh kuning ditanam di lahan-lahan milik warga
dan tanahbengkokyang dipinjamkan pemerintah desa untuk dimanfaatkan
warga. Total luas lahan adalah sekitar 20 hektare dengan 3.000 pohon.
Sejak penanaman bibit pohon tahun 2013, diharapkan hasil dapat dipanen
pada tahun 2016.

Harga durian menoreh kuning per kilogram di pasaran adalah Rp
35.000–Rp 45.000. Setiap petani rata-rata memiliki 15–20 pohon.
Apabila setiap pohon sedikitnya menghasilkan 3 durian, petani akan
memetik hasil sekitar Rp 1.575.000 saat panen. Di samping itu, para
petani juga berinisiatif menanam tanaman sela yang dapat memberikan
pemasukan tambahan.

Program SPT ini memberikan berbagai manfaat. Dalam segi ekonomi,
rezeki akan dirasakan oleh petani dan warga dari hasil panen durian
dan agrowisata. Di segi lingkungan, dengan pemanfaatan lahan kurang
produktif untuk perkebunan durian, cadangan air dalam tanah dan daya
serap karbondioksida akan meningkat. Sementara itu, dari segi edukasi,
para petani mendapatkan pengayaan pengetahuan mengenai teknologi
budidaya pertanian.

"Tadinya saya bertani ya secara tradisional saja. Saya bersyukur
mendapatkan pelatihan ini, jadi tahu cara bertani yang lebih modern,"
ungkap Soleh, salah satu petani SPT.

Keberhasilan program
Pertamina tidak hanya memberikan pelatihan, bibit pohon, pupuk, biaya
pemeliharaan selama 3,5 tahun, dan biaya pengendalian hama penyakit.
Pertamina juga memberikan bantuan pembangunan waduk mini seluas 1
hektare, wisma tani, dan fasilitas pelengkap di argowisata kebun
durian, seperti patung durian,jogging track, dan sejumlah gazebo.
Kini, Desa Banjaroya telah ramai dikunjungi sebagai salah satu
destinasi wisata di Kulon Progo.

"Melalui program SPT Pertamina, kami berharap dapat memberikan nilai
tambah bagi masyarakat dengan memanfaatkan lahan tidak produktif
menjadi sumber penghasilan, baik dari hasil panennya maupun
agrowisata," tutur CSR Manager Pertamina Agus Mashud.

"Tahun depan, kami berharap pohon-pohon durian itu mulai berbuah dan
agrowisata akan semakin ramai dikunjungi wisatawan. Pertamina bangga
menjadi bagian dari upaya terbangunnya kemandirian ekonomi masyarakat.
Semua kesuksesan ini tentunya tidak terlepas dari kemauan masyarakat
Desa Banjaroya untuk maju, dukungan pemerintah daerah, serta kerja
sama Yayasan Obor Tani," tambah Agus.

Pertamina telah memiliki sedikitnya 120 desa binaan di seluruh
Indonesia. Program desa binaan masuk dalam dalam kelompok Pertamina
Berdikari. Dalam setiap program desa binaan, Pertamina melakukan
pendampingan selama 2–3 tahun. Program ini terbukti telah memberikan
manfaat besar dan menciptakan efek domino perekonomian masyarakat,
serta sangat diapresiasi oleh pemerintah daerah. (Adv)

Penulis:advertorial
Editor: advertorial, kompas
Share:

Kawanan Pencuri Nekat Beraksi di Pasar Gawok Kulonprogo

TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO -Sekawanan pencuri beraksi menyasar
pedagang kelapa di Pasar Gawok selatan Terminal Wates Kulonprogo,
Kamis (2/7/2015) siang. Tas berisi uang tunai kira-kira Rp 17 juta
milik pedagang kelapa, Sastro Utomo (80), pun raib dibawa kabur para
pelaku.
Suasana pasar kelapa yang penuh para pedagang nampaknya tidak
mengurangi nyali para pelaku. Berdasarkan informasi dihimpun di
lokasi, pelaku yang diperkirakan lebih dari tiga orang berpura-pura
sebagai pembeli. Dua orang bertanya-tanya soal harga, pelaku lainnya
beraksi dari belakang menyambar tas di atas kursi panjang lalu kabur.
Korban yang merupakan pedagang kelapa di pasar itu, Sastro Utomo,
mengatakan siang itu kedatangan sekitar dua orang ke gubuk dagangan
kelapanya. Seorang di depan mengenakan topi dan jaket hitam
mendekatinya dan bertanya soal harga kelapa.
"Dia membawa plastik berisi pakan ayam. Tadinya tanya-tanya, tapi
setelah direspon malah menengok ke sana-sini," ujar Mbah Sastro,
ditemui usai kejadian.
Sementara seorang lainnya di luar lapak dagangan. Orang itu sekilas
terlihat mengawasi. Tak disangka, ketika Mbah Sastro sedang menanggapi
dua orang tersebut, seorang lainnya muncul dari arah belakangnya, dari
balik dinding terpal lapak yang penuh lubang karena robek.
"Tiba-tiba tangannya sudah masuk lubang terpal,nyelonongmengambil tas
saya di atas kursi panjang dekat tumpukan kelapa lalu kabur ke
selatan. Isinya Rp 17 juta mau saya pakai
kulakan,"katanya.(*)
Share:

Empat Tokoh WTT Akhirnya Hirup Udara Bebas

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL -Genap empat bulan menjalani pidana
penjara di LP Wates, empat tokoh Wahana Tri Tunggal (WTT), Sarijo cs,
akhirnya menghirup udara bebas, Jumat (3/7/2015).
Menyambut hari bebas itu, ratusan warga WTT melakukan penjemputan
sejak pagi. Sambutan warga WTT tidak hanya berupa arak-arakan
bersepeda motor. Usai keluar dari penjara, empat tokoh tersebut
bersama warga WTT beriringan menuju Pantai Glagah.
Mereka melakukan larungan pakaian dan sandal serta berbagai barang
yang semula dikenakan selama berada di penjara. Hal itu dimaksudkan
sebagai simbol membuang sial.
Seorang dari empat tokoh WTT, Wasiyo, mengaku senang bisa bebas. Dia
bahkan meluapkan kegembiraannya atas sambutan warga WTT.
"Kami senang bisa kembali berkumpul dan antusias tetap menolak
bandara," ujar Wasiyo.
Selengkapnya simak di halaman 6 Tribun Jogja edisi Sabtu (4/7/2015). (*)
Share:

Bekas Aliran Sungai Ditambang, Warga Resah

GALUR ( KRjogja.com) - Warga mengeluhkan aktifitas penambangan pasir
dengan cara manual dan mesin tiup (disebul) yang dilakukan sekelompok
orang di bekas aliran Sungai Progo atau di lahan wedi kengser di
wilayah Desa Banaran Kecamatan Galur. Warga khawatir aliran sungai
berubah ketika terjadi banjir, akibat adanya penambangan.

"Warga khawatir kalau terjadi banjir aliran sungai kembali ke arah
barat," kata Ketua Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Jatimulyo, Sukardi,
Kamis (2/7/2015).

Dijelaskan, sebelum gunung Merapi erupsi 2010, aliran Sungai Progo di
kawasan tersebut berada di sisi barat dan banyak menggerus lahan
pertanian warga. Tapi dengan terjadinya erupsi Merapi membuat material
pasir menumpuk dan membuat kawasan itu menjadi daratan, sementara
aliran air berubah arah dan berada di tengah sungai bahkan muncul
laguna di tengah.

Seiring langkanya pasir di pasaran menyusul gencarnya aparat keamanan
baik dari unsur Kepolisian maupun Satuan Polisi Pamong Praja (Sat Pol
PP). Kini banyak penambangan manual beraktifitas di lahan bekas aliran
sungai yang berubah jadi daratan. Lokasi penambangan tersebut berada
dekat dengan bangunan penahan arus sungai (grouncill) dengan kedalaman
di atas satu meter.

"Kami membentuk KUBE Jatimulyo untuk mewadahi warga yang melakukan
penambangan manual dan mesin sedot. Tapi lokasinya di aliran Sungai
Progo dan di sekitar laguna, sehingga lebih aman dan membuat airan
sungai lebih stabil disisi tengah," terangnya.

Berkaitan adanya aktifitas penambangan dengan cara disebul di luar
aliran sungai, warga berharap pemerintah turun tangan
mensosialisasikan, kawasan itu harus dikembangkan menjadi kawasan
pertanian. Bahkan jika perlu pemerintah membantu warga melakukan
penanaman tanaman keras agar aliran sungai tidak berbelok arah karena
membahayakan pemukiman warga. (Rul)
Share:

Masih Utang Klaim, Dana Jamkesda 2015 Makin Menipis

KULONPROGO ( KRjogja.com)- Klaim jaminan kesehatan daerah (Jamkesda)
Kabupaten Kulonprogo makin tahun makin banyak. Tahun 2015 ini dana
Jamkesda sebesar Rp 9 Miliar, hingga Juni telah terpakai Rp 5,5 M.
Namun jumlah itu belum termasuk utang klaim pada RSUD Wates yang baru
sampai April, RSUP Sardjito dan Puskesmas hingga Maret. Sehingga
diprediksikan dana tersebut akan habis klaim semua rumah sakit hingga
Juni.

Dijelaskan Kepala UPTD Jaminan Kesehatan (Jamkes) pada Dinas Kesehatan
Kulonprogo Paryanto SKM, dana Jamkesda selalu habis terpakai dan
bahkan harus ada anggaran belanja tambahan (ABT) untuk mencukupi semua
klaim-klaimnya. Seperti dana tahun 2014 semula Rp 8 M dan ditambah
lagi Rp 7,6 M. Tapi itu tidak cukup karena masih utang RSUD Wates
hingga Rp 2,6 M. Bahkan ada informasi untuk 2016 dana yang disediakan
malah turun, hanya Rp 5,7 M. Padahal tahun 2016 peraturannya akan
berbeda lagi. "Kalau tidak dipilah-pilah kita bisa kerepotan,"
ujarnya, Jumat (3/7/2015).

Menurutnya, dalam penanganan Jamkesda seharusnya tidak total coverage
atau berlaku bagi semua masyarakat yang ber-KTP Kulonprogo, namun
harus ada pemilahan kaya dan miskin. Sehingga dalam pemberian bantuan
tidak sama antara yang kaya dan miskin.

"Kalau bicara total coverage jangan dengan uang di bawah Rp 15 M,
karena tidak cukup. Jamkesda tidak sama dengan penyerapan anggaran,
karena orang sakit tidak bisa dipresdiksi. Bila ingin lebih bijak
tidak total coverage, tapi dipilah-pilah, sehingga yang kaya misalnya
hanya diberi klaim di bawah 50 persen, selebihnya bayar sendiri,"
katanya.

Sebab, lanjut Paryanto, saat ini tren-nya, warga yang sudah pindah
penduduk ke daerah lain, karena Kulonprogo memberlakukan total
coverage maka ketika sakit memilih dirawat di Kulonprogo dan akhirnya
bisa mengakses Jamkesda. Seharusnya ketika masuk rumah sakit semua
persyaratan sudah lengkap, namun ada yang mengurus perpindahan
penduduk baru ketika sudah masuk rumah sakit.(Wid)
Share:

Susu Kemasan Sudah Berbelatung Masih di Jual di Kulonprogo

TRIBUNNEWS.COM, KULONPROGO -Razia gabungan Pemkab Kulonprogodi
sejumlah pasar tradisional, Jumat (3/7/2015), kembali menemukan produk
makanan kemasan kadaluarsa dan ikan berformalin.

Saat akan melakukan penyitaan, petugas bahkan menemukan susukotak
bermerk mengeluarkan belatungdari lubang segel yang telah rusak.

Razia tersebut merupakan gabungan dari Satpol PP, Diskepenak,
Disperindag, Dinas Kesehatan, dan Polres Kulonprogo.

Mulai setelah subuh, tim gabungan bergerak menyisir sejumlah pasar
tradisional di sisi barat.
Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Satpol PP Kulonprogo, Kuncahyo,
mengatakan tim kali pertama mendatangi pasar di Kecamatan Temon.

Saat pemeriksaan, petugas menemukan produk susukotak bermerk yang
telah kadaluarsa dan rusak bagian segelnya.

Saat petugas mengambil hendak menyitanya, ternyata susukotak tersebut
mengeluarkan ulat atau belatung.

Nampaknya susukemasan itu sudah cukup lama sehingga menjadi tempat
hidup binatang kecil tersebut.

Kuncahyo mengatakan temuan kali ini cukup banyak. Makanan dan minuman
kemasan ternyata banyak yang telah kadaluarsa.
Petugas langsung menyitanya agar tidak dijual kepada konsumen.
"Makanan dan minuman seperti susuyang kadaluarsa kami sita," katanya.
Menurutnya, pedagang yang bersangkutan langsung mendapat pembinaan.
Intinya, agar mereka tidak mengulangi menjual makanan yang kadaluarsa.
Namun jika di kemudian hari mereka kedapatan mengulangi perbuatannya,
penyidik akan menindaknya melalui proses persidangan.

Selain produk makanan dan minuman kemasan kadaluarsa, petugas juga
menemukan ikan berformalin.

Seperti halnya produk kemasan yang kadaluarsa, ikan positif formalin
juga langsung disita agar tidak dijual lagi. (*)
Share:

02 July 2015

PPDB Reguler Tetap Dipadati Pendaftar

KULONPROGO ( KRjogja.com)- Hari pertama penerimaan peserta didik baru
(PPDB) reguler di Kabupaten Kulonprogo, Rabu (01/07/2015),tetap
dipadati pendaftar. Di SMA N I Lendah hingga pukul 13.00 WIB jumlah
formulir yang keluar sebanyak 152 lembar, sementara yang sudah
mengembalikan atau memasukkan formulir ada 108. Sedangkan di Madrasah
Aliyah Negeri (MAN) Wates I formulir keluar 150 dan masuk 85.
Menurut Wakasek Humas SMA N I Lendah Paijan SPd, daya tampung 192
siswa atau enam kelas, terdiri 160 siswa dengan lima kelas reguler dan
32 siswa atau satu kelas khusus olahraga (KKO). Untuk pendaftar
reguler, nilai ujian nasional (UN) yang masuk sementara ini tertinggi
351,0 dan terendah 149,5.
"Sedangkan untuk kelas khusus olahraga (KK0) karena pendaftarannya
sudah mendahului yang reguler, maka 1 Juli tersebut digunakan untuk
daftar ulang. Kemarin jumlah pendaftar KKO sejumlah 37 siswa dan yang
diterima 1 kelas sebanyak 32 siswa," kata Paijan.
Di MAN Wates I, menurut Humas Madrasah tersebut Anhar, akan menampung
192 siswa atau 6 kelas, dengan tiga jurusan IPA, IPS dan Agama. Meski
hari pertama PPDB sudah ramai, namun biasanya pada hari terakhir PPDB
akan terjadi lonjakan pendaftar. "Formulir yang keluar sampai pukul
13.00 WIB juga sudah lumayan banyak yaitu 150 lembar, dan yang sudah
mendaftar ada 85," ujar Anhar.(Wid)
Share:

29 June 2015

Mancing Bersama di Polres Kulonprogo

TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO -Acara mancing bersama di kompleks
Mapolres Kulonprogo, Sabtu (27/6/2015), berlangsung cukup meraiah.
Setidaknya 300 peserta dari berbagai daerah datang menjadi peserta
mancing bersama yang digelar dalam peringatan HUT ke 69 Bhayangkara
tersebut.
Panitia dari Polres Kulonprogobahkan menebar sekitar 200 kilogram ikan
pada kolam yang disediakan untuk mancing bersama. Selain ikan lele
yang ditebar, di kolam itu juga telah ada ikan hasil budidaya Polres
Kulonprogosejak lama.
Suasana acara pun terasa begitu meriah. Para peserta berlomba
mendapatkan ikan dengan antusiasme tinggi meski Sabtu siang itu terasa
terik.
Mengusung misi agar terjaga kemitraan antara masyarakat dan Polri,
silaturahmi yang terjalin di lokasi pun tampak gayeng.
Seorang peserta dari Kokap, Susanto, mengatakan acara tersebut tepat
untuk mengisi waktu sembari menunggu waktu berbuka puasa. Selain itu,
dia juga cukup tertarik untuk mendapatkan hadiah berupa perangkat
elektronik dari panitia. "Yang jelas sangat menghibur. Kalau
berkelanjutan acara seperti ini malah bagus bisa akrab masyarakat dan
Polri," ungkapnya.
Dia sebagai masyarakat menyatakan siap untuk kerjasama dengan
kepolisian dalam menjaga ketertiban dan keamanan lingkungan.
Jika memiliki informasi terkait tindak kejahatan, Susanto mengaku
bersedia untuk menginformasikannya kepada polisi.
Kapolres Kulonprogo, AKBP Yulianto, mengaku sengaja memilih acara
mancing bersama karena di Kulonprogoternyata banyak yang hobi mancing.
Melalui kegiatan itu, harapannya dapat mengakomodasi ketertarikan
masyarakat. "Kebetulan Polres punya kolam sendiri untuk dimanfaatkan,"
kata Kapolres.
Tidak hanya keasyikan mancing bersama, pada moment tersebut panitia
juga menyediakan hadiah menarik. Meski demikian, panitia tidak
memungut biaya bagi peserta yang mendaftar mancing bersama.
"Luar biasa antusiasmenya. Mereka bisa sekaligus ngabuburit dan
menunggu waktu buka," katanya. Menjelang sore usai gelar mancing
bersama, panitia juga membuka acara menangkap ikan bersama di salah
satu kolam di Polres. Mereka turun langsung ke dalam kolam dan
ramai-ramai menangkap ikan.
Kegiatan itu diharapkan dapat meningkatkan kerjasama antara masyarakat
dan Polri dalam memberantas kejahatan, menjaga keamanan wilayah
Kulonprogo.
"Ketika masyarakat menaruh kepercayaan kepada Polri, informasi apapun
akan masuk. Kami harap melalui kegiatan dapat ini menjalin hubungan
baik," ujarnya.( Tribunjogja.com)
Share:

Ditemukan Obat Kadaluwarsa Masih Beredar

KULONPROGO ( KRjogja.com)- Razia rutin yang digelar petugas gabungan
Pemkab Kulonprogo terhadap produk kadaluwarsa, berbahaya dan tak layak
konsumsi, nampaknya belum meningkatkan kesadaran pedagang. Saat
merazia sejumlah toko kelontong dan minimarket di wilayah Kecamatan
Temon, Senin (29/06/2015), petugas masih menemukan belasan produk
makanan dan obat-obatan kadaluwarsa. Beberapa di antaranya bahkan
telah melewati masa kadaluwarsa dalam hitungan tahun.
Koordinator Lapangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Satpol PP
Kulonprogo, Debbie Hutabarat mengungkapkan, produk obat-obatan
kadaluwarsa langsung diamankan pihaknya karena dinilai berbahaya.
Pasalnya, produk ini sudah kadaluwarsa sejak beberapa tahun terakhir,
bahkan ada yang sejak tahun 2008. "Jenisnya balsam dan obat salep.
Sesuai aturan, barang yang masa kadaluwarsanya lebih dari tiga bulan
harus diamankan," tegas Debbie.
Selain obat-obatan, dalam razia di area pertama petugas juga menemukan
produk lain yang sudah kadaluwarsa seperti sabun bayi, bumbu racik
instan, juga kosmetik yakni bedak tabur. Di area kedua, petugas
menemukan produk kadaluwarsa lainnya yakni beberapa botol saos tomat,
satu kardus susu bubuk bayi dan beberapa bungkus susu bubuk sachets.
"Namun yang kedua, masa kadaluwarsanya belum terlalu lama. Kami tidak
memberikan sanksi, hanya memberikan penyuluhan dan meminta pemilik
toko untuk mengecek dagangan secara berkala," jelasnya.
Ditambahkan Debbie, razia rutin tersebut merupakan penegakan UU Nomor
8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, UU Nomor 18 Tahun 2012
tentang Pangan serta UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Razia
produk kedaluwarsa juga dilakukan untuk mengawasi peredaran produk
makanan dan minuman menjelang Lebaran. "Petugas gabungan yang terlibat
terdiri dari dari Satpol PP, Disperindag ESDM dan Diskepenak
Kulonprogo," katanya.
Sementara itu, pemilik toko kelontong tempat ditemukan produk
kadaluwarsa, Satibi menyampaikan, produk yang sudah melewati masa
berlaku tersebut sudah disisihkan dari etalase. Ia mengaku tidak
pernah mengawasi pengecekan barang yang dilakukan karyawan secara
langsung. "Salep dan balsam itu sebenarnya sudah saya pisahkan, tapi
malah ada di etalase lagi," sesalnya.(Unt)
Share:

Karena hal ini, Bupati Hasto 'Mangkel'

KULONPROGO ( KRjogja.com) -Adanya warga masyarakat yang� membuang
sampah sembarangan di Jembatan Giripeni, membuat Bupati Kulonprogo dr
H Hasto Wardoyo SpOG (K) jengkel. Padahal Pemkab Kulonprogo saat ini
sedang berbenah mewujudkan Kota Wates menjadi kota yang indah, nyaman,
bersih dan sehat.
"Saya memang gemas, jengkel, karena Jembatan Giripeni yang
menghubungkan Wates dan Giripeni ini dikotori oleh warga masyarakat
yang tidak bertanggung jawab. Saat ini kita sedang berbenah-benah di
Kota Wates, malah warga masyarakat seenaknya membuang sampah di
sungai," kata Hasto yang dalam sidak diikuti Kepala Unit Pelaksana
Teknis Daerah (UPTD) kebersihan dan Pertamanan DPU Tony SIP, Kepala
Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Ir Suharjoko MT, dan tokoh masyarakat
setempat drh Sabar Widodo.
Hasto begitu melihat banyak di sungai, langsung minta untuk
ditindaklanjuti oleh instansi terkait. "Sampah di sungai/jembatan ini
memalukan sekali. Saya harapkan kepada warga masyarakat untuk tidak
membuang di jembatan ataupun di tempat-tempat sembarang lainnya.
Karena sampah sumber penyakit, maka saya minta untuk menindaklanjuti
dengan membuat kelompok swadaya masyakat (KSM) dan minta kepada
Pemerintah Desa Giripeni untuk memperhatikan KSM, masyarakat yang
mengelola sampah. Kepada masyarakat diimbau jangan membuang sampah
sembarangan, kita ciptakan Kota Wates meskipun kecil tapi nyaman,
bersih, dan sehat," tandas Hasto.
Sementara itu, Kepala UPTD Kebersihan dan Pertamanan DPU Kulonprogo
Tony SIP mengatakan berdasar informasi, orang yang membuang sampah
diduga dilakukan pada malam hari. Dan warga setempat juga ingin
menangkap orang yang membuang sampah tersebut, namun hingga saat ini
belum kena.
"Tadi KLH akan segera memasang spanduk peringatan untuk tidak membuang
sampah di sungai/jembatan. Sedangkan untuk pembentukan KSM, sebenarnya
di Kota Wates sudah mempunyai KSM yakni KSM Melati dan Pengasih juga
ada," ujarnya.(Wid)
Share:

BERITA KULON PROGO TERBARU

SITEMAP