Mohon perhatiannya, semua isi berita diblog ini adalah disalin dari berbagai sumber. Dan hanya sebagai arsip pribadi dan Group Komunitas Warga Kulon Progo.

Seluruh informasi termasuk iklan diblog ini bukan tanggung jawab kami selaku pemilik blog. Kami hanya Memberikan tempat kepada para pengiklan dan sebagai ,media sharing


 tarif jasa kami
KEMBALI KE HALAMAN AWAL – LC FOTOKOPI  *  TARIF JASA FOTOKOPI, PRINT, SCAN, KETIK, PRINT , DLL.   *   MELAYANI PRINT, PRINT COPY SECARA ONLINE


17 March 2019

Hujan Angin di Kulonprogo, Pohon Tumbang Timpa 7 Rumah dan 5 Jaringan Listrik - Harian Jogja



Harianjogja.com, KULONPROGO-- Sedikitnya tujuh rumah dan lima jaringan kabel listrik rusak tertimpa pohon tumbang saat hujan lebat disertai angin kencang melanda sejumlah wilayah di Kulonprogo pada Jumat (15/3/2019) malam. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini, namun sempat menimbulkan kepanikan di masyarakat lantaran kencangnya hembusan angin.

Ketujuh rumah yang tertimpa pohon itu berada di enam desa, yakni dua titik di Desa Triharjo, Kecamatan Wates dan masing-masing satu titik di Desa Ngestiharjo, Kecamatan Wates; Desa Sentolo, Kecamatan Sentolo; Desa Sorogaten, Kecamatan Galur; Desa Depok, Kecamatan Panjatan serta Desa Banjararum, Kecamatan Kalibawang.

Adapun pohon yang menimpa lima titik jaringan kabel listrik berada di Desa Hargorejo Kecamatan Kokap; Desa Banyuroto, Kecamatan Nanggulan dan tiga titik di Desa Triharjo, Kecamatan Wates.

"Kejadiannya sekitar pukul 22.30 WIB semalam [Jumat], sejak hujan mulai mengguyur wilayah Kulonprogo pada pukul 20.00 WIB," ungkap Anggota Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulonprogo, Sinardi, Sabtu (16/3/2019).

Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kulonpogo, Suhardiyana mengatakan usai mendapat laporan adanya pohon tumbang, TRC dan relawan langsung terjun ke lokasi. Mereka kemudian melakukan assessment serta evakuasi warga terdampak. Pihaknya juga telah mengirimkan bantuan logistik dan terpal untuk dijadikan atap sementara. "Karena atapnya bolong jadi sementara ditutup terpal dulu," katanya.

Ia memastikan kejadian ini tidak sampai menimbulkan korban jiwa, hanya kerusakan rumah yang kebanyakan di bagian atap. Adapun kerugian diperkirakan mencapai jutaan rupiah. Untuk sementara waktu, warga diminta meningkatkan kewaspadaan mengingat potensi hujan lebat masih mengintai Kulonprogo. "Jika terjadi hujan lebat, langsung berlindung ke tempat yang aman," ujarnya.
Share:

15 March 2019

Pemkab Kulon Progo fokus bebaskan lahan jalan Bandara NYIA-Borobudur - ANTARA

  •  
  • Tahun ini, belum ada pembangunan infrastruktur Jalan Bedah Menoreh. Kami masih fokus membebaskan lahan yang akan digunakan untuk jalur Bedah Menoreh
    Kulon Progo (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 2019, masih akan fokus membebaskan lahan untuk proyek Jalan Bedah Menoreh, yang menghubungkan Bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) dengan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Borobudur.
    Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Kawasan Permukiman (DPUPKP) Kulon Progo Gusdi Hartono di Kulon Progo, Selasa, mengatakan ada beberapa lokasi Jalan Bedah Menoreh, yang sudah disusun rencana detail teknis (detail engineering design/DED), akan dilakukan pembebasan lahan pada 2019.
    "Tahun ini, belum ada pembangunan infrastruktur Jalan Bedah Menoreh. Kami masih fokus membebaskan lahan yang akan digunakan untuk jalur Bedah Menoreh, seperti di depan Masjid Ngori sebesar Rp600 juta," katanya.
    Menurut Gusdi, pembangunan infrastruktur Jalan Bedah Menoreh ini tidak mengalami kendala apapun. Hanya saja, pembangunanya melalui tahapan-tahapan, yang harus dilalui, mulai dari penyusunan studi kelayakan (FS), DED, dan pengadaan tanah.
    "Pembangunan Jalan Bedah Menoreh harus berurutan dan sesuai tahapan. Hal ini dikarenakan jalan Bedah Menoreh itu ada jalan berstatus kabupaten dan provinsi, dengan lebar jalan berbeda-beda. Kalau jalan kabupaten lebarnya masih kurang, sedangkan jalan provinsi, lebarnya sudah cukup," katanya.
    Gusdi enggan menbocorkan estimasi anggaran yang dibutuhkan untuk program Bedah Menoreh karena sampai saat ini masih dalam tahapan DED dan pengadaan tanahnya harus ada apraisal. "Saat ini, masih mematangkan DED dan perencanaan pembebasan tanah," katanya.
    Sementara itu, Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo menambahkan pembangunan jalan akses Temon - Borobudur yang lebih dikenal dengan program Bedah Menoreh merupakan upaya pemerintah daerah membangun konektivitas antara Bandara NYIA dan Borobudur dan diharapkan mampu menumbuhkan serta memajukan potensi wisata lokal.
    Program ini dimulai dengan pembebasan lahan sepanjang 2,65 km pada 2017 di Desa Kebonharjo Samigaluh dan pada 2018 telah dilakukan pekerjaan konstruksi pembuatan badan jalan sepanjang 0,5 km serta pembuatan DED Jembatan Ngori dengan bentang 90 meter.
    Program ini juga didukung pembiayaannya dari dana keistimewaan yang pada 2018 telah disusun FS dan DED Jalan Bedah Menoreh sepanjang 57 km.
    "Semua rencana pembangunan Bedah Menoreh menggunakan dana keistimewaan. Hal ini dikarenakan infrastruktur yang akan dibangun menggerakan sektor pariwisata di wilayah utara, dan diharapkan mampu menggerakan ekonomi masyarakat dan mengurangi kemiskinan," katanya. 
    Pewarta: Sutarmi
    Editor: Kelik Dewanto
    COPYRIGHT © ANTARA 2019
Share:

Pemkab Kulonprogo Bakal Cari Solusi untuk Polemik Penataan Kawasan - Harian Jogja

  • Harianjogja.com, WATES--Pemerintah Kabupaten Kulonprogo akan mencari solusi untuk menyelesaikan polemik terkait penolakan penataan kawasan Pantai Glagah dan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) oleh para pelaku usaha di wilayah tersebut.
    Bupati Kulonprogo, Hasto Wardoyo mengatakan penolakan terhadap proyek pembangunan merupakan hal yang lumrah terjadi. Dari penolakan ini, Hasto melihat ada aspirasi masyarakat yang ingin disampaikan.

     "Mereka kan ingin menyampaikan suatu harapan, tantunya bukan harapan yang saklek, karena pasti ada celah untuk menyamakan kepentingan antara mereka dan pemerintah," kata Hasto kepada awak media, Rabu (13/3/2019).

    Atas hal itu untuk menghindari masalah berkepanjangan, pihaknya bakal mencari solusi. Hasto juga membuka kemungkinan adanya pertemuan dengan pelaku usaha untuk bersama-sama memecahkan masalah ini. Hanya saja dia belum bisa memastikan kapan itu akan dilakukan. "Nanti kita lihat dulu, karena perlu didiskusikan dengan yang ahli," ujarnya.
    Menyoal alasan penolakan penataan Pantai Glagah karena belum adanya sosialisasi dari pemerintah kepada pelaku usaha, Hasto mengatakan jika hal itu akan dilakukan sebelum proses penataan dimulai. Sementara terkait Detailed Engineering Design (DED) Pantai Glagah, menurutnya tak perlu ada sosialisasi karena masih berupa konsep.
    "Baru nanti saat mau dibangun yang mungkin bisa saja tahun 2020 atau lebih akan ada sosialisasi. DED kan masih konsep kan, saya ngerti kok ini tujuannya agar warga diuwongkan [dimanusiakan] dan kalau Glagah ditata kan bisa memakmurkan warga sekitar, itu yang harusnya disamakan persepsinya," jelas Hasto.
    Hasto memastikan, dengan ditatanya Pantai Glagah akan berdampak positif kepada pelaku usaha di wilayah tersebut. Salah satunya meningkatkan perekonomian warga. Hanya saja untuk bangunan di lokasi penataan seperti penginapan dan tambak udang tetap harus digusur.
    Untuk penginapan meski diakuinya telah membayar pajak tiap bulan, akan tetapi lokasinya tetap melanggar aturan. Dengan kata lain bangunan tersebut ilegal. "Mereka kan punya pendapatan, dan tiap pendapatan itu masuk ke pajak, jadi Jangan campur adukan antara kewajiban pajak dan ketertiban lingkungan," ujarnya.
    Hasto mengatakan sejak dilantik untuk kedua kalinya sebagai bupati, pihaknya telah mendatangi sejumlah hunian termasuk penginapan di Pantai Glagah. Dari kedatangannya tersebut, warga yang memiliki hunian telah setuju jika nanti wilayah itu dipakai pemerintah maka mereka rela untuk pindah.
    Sementara untuk nasib petambak udang di selatan New Yogyakarta International Airport (NYIA), Hasto memastikan tetap akan melakukan penggusuran. Hal ini mengingat kawasan sekitar bandara harus steril dan aman. "Mitigasi bencana tetap diperlukan, tapi karena mereka punya keinginan untuk didengarkan, tentu harus tetap dicarikan solusi," ujarnya.
    Diberitakan sebelumnya, penataan kawasan Pantai Glagah dan KKOP mendapat penolakan dari tiga paguyuban yang menaungi para pelaku usaha di selatan NYIA di Kecamatan Temon. Ketiga paguyuban itu yakni Paguyuban Pondok Laguna Pantai Glagah dan Paguyuban Penginapan Pantai Glagah yang menolak penataan Pantai Glagah. Kemudian terdapat Paguyuban Petambak Udang Galitanjang yang enggan digusur untuk penataan KKOP.
    Penolakan penataan ini juga muncul lantaran rasa kekecewaan pelaku usaha terhadap Pemerintah Kabupaten Kulonprogo yang dianggap abai terhadap keberadaan mereka di kawasan tersebut. Ketua Paguyuban Pondok Laguna Pantai Glagah, Subardi Wiyono mengatakan kekecewaan ini mencuat karena pemkab tidak menyertakan pelaku usaha dalam penyusunan Detailed Engineering Design (DED) kawasan Pantai Glagah yang telah rampung akhir 2018 lalu.
    "Dalam penataan harusnya menyerap aspirasi dari pelaku usaha. Pemkab harus duduk bersama, jangan asal pake masterplan, ya kami menolak, karena kami inginnya wisata Glagah jadi wisata alami, tak usah muluk-muluk seperti di masterplan itu," kata Subardi, Selasa (12/3/2019).
    Sementara Ketua Penginapan Pantai Glagah, Sarino atau yang kerap disapa Bento mengatakan adanya penataan pantai Glagah berimbas pada tergusurnya seluruh penginapan di obyek wisata tersebut. Hal itu menjadi kekhawatiran pihaknya lantaran tak ada kejelasan atas nasib pelaku usaha penginapan usai bangunan mereka diratakan, sedangkan para pemilik penginapan menggantungkan hidupnya dari usaha tersebut.
    "Bahkan saat ini, sejumlah pekeja di proyek NYIA juga memanfaatkan penginapan tersebut sebagai rumah indekos. Saat ini ada 18 penginapan dengan total kamar mencapai 200-an, tapi kami dianggap ilegal dan tidak tahu nanti nasibnya kaya gimana. Kami ingin tetap berwirausaha jadi kami tak mau digusur," kata dia.
    Meski dianggap ilegal, para pemilik penginapan ini tetap rutin membayar pajak penginapan setiap bulannya kepada Pemkab Kulonprogo. "Setiap bulannya kami membayar untuk 18 penginapan itu sekitar Rp4 juta-an. Dulu sempat berhenti satu bulan, tapi lanjut lagi rutin, ya aneh sebenarnya jika kami dianggap ilegal tapi pemkab tetap menerima pajak kami," ujar Bento.
    Ketua Paguyuban Petambak Udang Gali Tanjang, Agung Supriyanto dengan tegas menolak proses penataan dan pengosongan lahan tambak untuk KKOP. Jika penggusuran tetap dilakukan, bukan tidak mungkin akan timbul konflik. "Itu kan pertaruhan masa depan kita, kalau terpaksa dengan pertarungan ya mari," ujarnya.
    Agung mengungkapkan sebagian besar petambak udang di selatan NYIA merupakan warga terdampak bandara yang telah merelakan tanahnya untuk mendukung pembangunan proyek nasional tersebut. Para petambak ini merasa Pemkab tak acuh terhadap mereka bila harus merelakan tambaknya.
    "Kami ini sudah ngalah, ngalih, aja ngasi ngelih [sudah mengalah melepaskan lahan, sudah pergi dari lahan bandara, jangan sampai kelaparan], kami ya tegas menolak rencana tersebut," kata Agung.
    Penolakan ini lanjutnya, lantaran kawasan tambak udang di selatan NYIA dianggap tak mengganggu KKOP. Pasalnya, di area tambak tak ada bangunan tinggi yang mengganggu KKOP. Dia memastikan saat ini ratusan tambak udang masih beroperasi. 

Share:

Tinjau Bandara Kulon Progo, Menhub: Konektivitas Borobudur Segera Terwujud - Tribunnews


  • TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKRTA - Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi melakukan peninjauan Bandara Kulon Progo, Yogyakarta. Menhub menilai bandara ini bisa membantu konektivitas Borobudur.
    "Saya lihat progersnya cukup bagus dan mudah-mudahan bisa segera selesai, karena bandara ini akan menjadi andalan bagi wisata Yogyakarta, terutama konektivitas Borobudur," Kata Menhub, Selasa (12/3/2019).
    Panatuan di lapangan tampak pengerjaan terus dilakukan bukan hanya runway melainkan terminalnya yang terus dikebut. Beberapa lampu runway juga sudah terpasang dan faslitas pendukung sudah terlihat mulai dibuat.
    "Sesuai arahan Pak Presiden Jokowi, saya ingin Bandara ini segera beroperasi. Karena memang kebutuan yang sudah sangat mendesak," Tegasnya.
    Diketahui, New Yogyakarta International Airport (NYIA), kadang juga disebut Bandar Udara Internasional Yogyakarta atau Bandar Udara Kulon Progo yang terletak di Kabupaten Kulon Progo direncanakan akan menggantikan Bandar Udara Internasional Adisutjipto yang sudah tidak mampu lagi menampung kapasitas penumpang dan pesawat.
    Bandar udara tersebut berdiri di tanah seluas 600 hektar dan diperkirakan menelan biaya Rp6 triliun. Bandara tersebut akan memiliki terminal seluas 106.500 meter persegi dengan kapasitas 10 juta penumpang per tahun.
    Selain itu, bandar udara tersebut diperkirakan bakal memiliki hanggar seluas 371.125 meter persegi yang direncanakan bakal sanggup menampung hingga sebanyak 28 unit pesawat.

Share:

Sudah Dekat dengan Laki-laki, Dua Siswi SMP di Kulon Progo Mundur dari UNBK - Tribun Jogja


TRIBUNJOGJA.COM - Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) sedianya akan digelar pada 22-25 April mendatang.
Dua siswi di Kulon Progo urung mengikuti ujian tersebut atas permintaan pihak keluarga.
Kedua siswi itu sebelumnya bersekolah di wilayah Panjatan dan Kalibawang. Namun, sebelum validasi data peserta ujian pada Januari lalu, orangtua masing-masing pelajar tersebut mengajukan permintaan pengunduran diri sang anak dari sekolah maupun sebagai peserta UNBK.
Alasannya, kedua siswi tersebut enggan bersekolah lagi karena ada kejadian yang tidak diinginkan. 
Kepala Seksi Kurikulum dan Penilaian SMP, Dinas Pendidikan. Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Kulon Progo, Sumarni enggan menyebut jelas alasan di balik pengunduran diri kedua sisi tersebut.
Ia hanya menyebut bahwa kedua remaja itu sempat mogok sekolah setelah menjalin kedekatan dengan lawan jenis.
"Mereka sama-sama tidak mau sekolah lagi setelah dekat dengan lawan jenis,"kata Sumarni, Kamis (14/3/2019).
Pihak sekolah sebetulnya sudah tiga kali melakukan kunjungan kepada kedua siswi tersebut dengan harapan ada penyelesaian persoalan. 
Namun, siswi tetap bergeming untuk tidak melanjutkan pendidikannya. Setelah itu, orangtua siswi membuat surat pengunduran diri kepada sekolah.
Sumarni mengatakan, pihaknya tidak serta merta membiarkan hal itu terjadi begitu saja. Disdikpora sempat memberi pengarahan kepada orangtua siswi agar tetap mengikutsertakan sang anak dalam kegiatan pendidikan wajib 12 tahun sebagaimana diwajibkan pemerintah.(tribunjogja)
Share:

Petambak Selatan Bandara NYIA Tuding Pemerintah Matikan Usahanya, Ini Jawaban DKP Kulonprogo - Tribunnews


TRIBUNNEWS.COM, KULON PROGO - Para petambak udang di pantai selatan New Yogyakarta International Airport (NYIA) wilayah Temon mengeluh kesulitan memperoleh solar bersubsidi belakangan ini.
Surat rekomendasi pembelian dari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kulon Progo semakin sulit diperoleh petambak.
Para petambak yang tergabung dalam Paguyuban Gali Tanjang tersebut memang membutuhkan solar sebagai bahan bakar untuk menggerakkan mesin kincir tambak.
Memasuki Maret 2019, para petambak kian kesulitan mendapat surat rekomendasi pembelian solar dari DKP sehingga mereka tak bisa membelinya walaupun hanya beberapa liter saja.
Kondisi tersebut memunculkan dugaan adanya kaitan dengan rencana penataan kawasan pantai selatan itu untuk dijadikan sabuk hijau pelindung New Yogyakarta International Airport (NYIA).
Apalagi, menurut informasi dari petambak, dinas beralasan bahwa ladang tambak di selatan NYIA itu statusnya ilegal sehingga surat rekomendasi tak bisa diberikan.
Hal itu menguatkan dugaan petambak bahwa usahanya sedang dimatikan pelan-pelan.
"Kesannya, kami dipersulit mendapatkan surat rekomendasi. Kalau dibatasi seperti ini terus, lama-lama tambak bisa tutup,"jelas seorang petambak dari Desa Glagah, Bayu Putra, Kamis (14/3/2019).
Jenis solar bersubsidi memang jadi pilihan utama petambak dalam aktivitasnya karena harganya lebih terjangkau ketimbang yang non subsidi.
Dari sekitar 150 petak tambak yang terdapat di wilayah Glagah, Palihan, Sindutan, dan Jangkaran itu, setiap harinya membutuhkan sekitar 4.000 liter solar.
Share:

09 March 2019

Pemkab Kulon Progo Siapkan Aplikasi Persuratan Digital - Tribun Jogja



  • TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Pemerintah Kabupaten Kulon Progo tengah menggodok aplikasi persuratan elektronik yang dinamakan siMAYA.
    Hal ini menjadi terobosan untuk meminimalkan penggunaan kertas (paperless) dalam urusan surat menyurat sekaligus mempercepat prosesnya.
    Sekretaris Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kulon Progo, Heri Darmawan mengatakan aplikasi siMAYA akan mendukung terwujudnya e-government di lingkup Pemkab Kulon Progo.
    Hal ini juga menjadi tindak lanjut dari Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MENPAN-RB) nomor 6/2011 tentang pedoman umum Tata Naskah Dinas Elektronik (TNDE) serta Peraturan Bupati Kulon Progo nomor 87/2013 tentang Pedoman Tata Naskah Dinas Elektronik Pada Pemerintah Daerah.
    "Aplikasi ini dapat digunakan pada telepon seluler android. Diharapkan aplikasi bisa segera tuntas di April atau Mei," kata Heri pada Tribunjogja.com, Kamis (7/3/2019).
    Aplikasi itu disebut akan menjadi jawaban dalam pengoperasian sistem untuk menindaklanjuti surat masuk, pembuatan surat dan disposisi sehingga lebih fleksibel. 
    Saat ini, aplikasi masih terus dimatangkan dan beberapa waktu lalu telah dilakkukan simulasi untuk lingkup internal Diskominfo.
    Adapun untuk OPD lain nantinya dilakukan pendampingan dan sosialisasi lagi agar penerapan aplikasi tidak mengalami kendala.
    Apalagi, nantinya juga terjadi peralihan sistem surat menyurat dari kertas fisik menjadi bentuk digital.
    "Bukan hal mudah mengubah kebiasaan karena selalu bergulat dengan kertas. Maka, kami akan lakukan ujicoba untuk meminimalkan penggunaan kertas," kata Heri.
    Kepala Bidang Aplikasi Teknologi Informatika, Sutarman mengatakan bahwa siMAYA adalah sistem informasi administrasi perkantoran maya yang mendigitalisasi kegiatan perkantoran konvensional.
    Aplikasi sistem ini terhubung dengan jaringan dan dapat diakses oleh semua pengguna dengan cakupan sistem komunikasi eksternal, komunikasi internal, disposisi, dan pembuatan surat dilengkapi alur kerja untuk surat masuk, disposisi dan surat keluar. (*)
  • Aplikasi itu menjadi wujud pemanfaatan teknologi digital serta mengaplikasikan sistem secara maksimal demi meningkatkan efektivitas dan efisiensi, untuk menunjang administrasi perkantoran di setiap organisasi perangkat daerah (OPD).
Share:

Pemkab Kulon Progo Wacanakan Bangun Rusus Lagi di Kokap - Tribun Jogja


  • TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Penyediaan rumah khusus (rusus) untuk warga kurang mampu yang terdampak pembangunan New Yogyakarta International Airport (NYIA) di Temon kembali diwacanakan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo.
    Kabarnya, kompleks rusus baru gelombang ketiga akan dibangun pada 2020 mendatang di Hargomulyo, Kecamatan Kokap.
    Menurut informasi yang diterima Tribun Jogja, lahan tersebut berstatus Paku Alam Ground (PAG) dan dimungkinkan bisa digunakan skema magersari bagi penghuninya.
    Dengan demikian, konsepnya mirip dengan pembangunan rusus gelombang pertama di Kedundang serta rusus gelombang kedua di Kaligintung.
    Rusus Kedundang sudah ditempati warga terdampak pembangunan NYIA sedangkan rusus Kaligintung masih dalam proses pematangan lahan.

    Kepala Dinas Pertanahan dan Tata Ruang (PTR) Kulon Progo, Heriyanto mengakui memang ada wacana untuk membikin lagi rusus.
    Ada lahan seluas setengah hektare yang potensial untuk digunakan bagi pembangunan rusus tersebut.
    Namun begitu, ia mengaku belum tahu status tanahnya karena belum dilakukan identifikasi lebih lanjut.
    Pun hal itu masih sebatas rencana awal.
    "Rencananya di 2020. Kami siapkan tanahnya setengah hektare tapi belum teridentifikasi alas haknya. Kami belum tahu hal lainnya karena hanya dimintai untuk mencarikan lahan,"kata Heriyanto, Jumat (8/3/2019).
Share:

Retakan Tanah Sepanjang 20 Meter Muncul di Tonogoro Kulon Progo - Tribun Jogja



  • TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO - Retakan tanah sepanjang sekitar 20 meter muncul di perbukitan Pedukuhan Tonogoro, Desa Banjaroya, Kecamatan Kalibawang, Kulon Progo.
    Kondisi itu muncul sejak beberapa tahun terakhir dan retakan terus memanjang.
    Dukuh Tonogoro, Nuryanti mengatakan saat ini retakan sudah menganga sekitar 10 sentimeter diikuti amblesnya tanah berkedalaman 30 sentimeter.
    Amblesnya tanah diketahui warga pada Minggu (3/3/2019) setelah hujan deras mengguyur wilayah tersebut dan bukan sekali ini saja terjadi.
    Kondisi itu berpotensi menimbulkan tanah longsor dan mengancam beberapa rumah warga di sekitarnya
    "Ada empat rumah dengan 14 jiwa yang terancam kalau kondisi retakan makin parah dan terjadi longsor," kata Nuryanti pada Tribunjogja.com, Kamis (7/3/2019).
    Keempat rumah itu yakni milik Sukijan (45) di bagian atas bukit dan berjarak sekitar lima meter dari lokasi retakan. Juga, rumah milik Sujari (65) Turdi (70), serta Sumiyadi (60) sekitar 20 meter di bawah lereng bukit.
    Nuryanti menyebut, hampir semua titik di wilayah pedukuhannya rawan terjadi tanah longsor. Pada 2018 lalu juga terjadi retakan tanah berujung longsor yang menutup akses jalan setempat.
    Untuk kondisi retakan yang muncul saat ini, pihak kecamatan sudah turun tangan meski belum membuahkan hasil. 
Share:

07 March 2019

DKP Kulon Progo 'Restocking' Ribuan Ikan Tahun Ini - Tribun Jogja


TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Penambahan kembali persediaan ikan (restocking) akan dilakukan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kulon Progo di tahun ini.
Ada sekitar 231.200 ekor ikan yang bakal disebar ke berbagai penjuru wilayah.
Ikan air tawar jenis nila dan tawes itu diperoleh melalui anggaran APBD Kulon Progo (111.200 ekor) maupun Pemerintah DIY (120.000 ekor).
Ribuan ikan dari anggaran Pemerintah DIY itu akan disebar di 12 titik.
Yakni, Sungai Boro, Sungai Gede, Sunga Diro, Embung Juruk, Miri Sewu, Bendung Kamal, Sungai Nagung, Sungai Serang, Bendung Sepuri, Embung Sumoroto, Kalipapah, dan Sungai Pringkali Jatimulyo.
"Penebaran dilakukan setelah April. Namun, untuk yang berasal dari anggaran Pemkab, masih dilakukan pembahasan kapan dan di mana saja penebarannya,"kata Kepala DKP Kulon Progo, Sudarna, Rabu (6/3/2019).
Restocking ikan menjadi upaya untuk menambah persediaan ikan tangkapan di perairan umum untuk kebutuhan konsumsi.
Terutama pada wilayah yang mengalami penurunan stok lantaran tingkat pemanfaatannya berlebihan. Restocking diharapkan juga bisa menyeimbangkan kembali peran perairan umum sebagai ekosistem akuatik yang bermanfaat bagi manusia.
Sudarna mengatakan, kapasitas restocking tahun ini cenderung lebih sedikit dibanding 2018 lalu yang mencapai 1.371.000 ekor.
Pada tahun lalu anggaran kabupaten menyumbang 173.000 ekor yang terdiri dari 153.000 ikan nila dan 20.000 ekor ikan bandeng.
Share:

BERITA KULON PROGO TERBARU

SITEMAP